Sinar Tani, Banyuasin — Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan yang didominasi rawa lebak dengan pendampingan petani oleh penyuluh yang terfokus dan terintegrasi, nyatanya mampu memproduksi Padi hibrida sebanyak 8 ton/hektar dalam waktu 4 bulan. Inilah efek dari Proyek Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP) yang dirasakan langsung petani.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo optimistis program IPDMIP dapat bermanfaat bagi kepentingan masyarakat perdesaan. Khususnya, bagi petani dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan.
IPDMIP sendiri terbukti meningkatkan akselerasi pembangunan pertanian di daerah-daerah.Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa IPDMIP merupakan upaya strategis yang mengembangkan orientasi baru, yakni pola pengembangan program didasarkan pada komponen-komponen utama pengembangan pertanian, yakni ketersediaan air, teknologi, rekomendasi teknis yang optimal, akses pembiayaan pertanian dan akses pasar dengan peningkatan nilai produk petani.
Untuk diketahui, Pelaksanaan kegiatan IPDMIP ini telah dimulai semenjak ditandatanganinya perjanjian kerjasama pada bulan September 2017 antara Pemerintah Indonesia dengan Asian Development Bank (ADB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD). IPDMIP secara terintegrasi akan dilaksanakan oleh empat kementerian yaitu Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Pertanian, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Perencanan Pembangunan Nasional/BAPPENAS dengan koordinasi di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dengan melibatkan Balai/Balai Besar Wilayah Sunga, dan Dinas-dinas terkait seperti Bappeda dan Dinas Pertanian di jajaran Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) BPPSDMP Kementan, Bustanul Arifin Caya, yang juga Direktur IPDMIP mengatakan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui IPDMIP membangun model kemitraan agribisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Model yang diintroduksikan adalah pertanian terpadu sensitif gizi (Integrated Farming System Sensitive Nutrition) dengan kemitraan berbasis closed loop melalui metode Demonstrasi farming (Demfarm) Padi Hibrida.
Bustanul Arifin menambahkan, partisipasi aktif penyuluh dan staf lapang dalam melakukan pendampingan bagi petani menjadi kunci penting dalam IPDMIP ini. Karenanya, metode penyuluhan pertanian menjadi jalan utama untuk mengubah kebiasaan petani di lokasi IPDMIP.
Demonstrasi farm (Demfarm) di Desa Durian Gadis Kecamatan Rambutan menjadi metode penyuluhan dalam IPDMIP untuk memperlihatkan suatu inovasi baru (pembaharuan teknologi) kepada petani secara nyata atau konkret. Melalui kegiatan demonstrasi, petani diajarkan mengenai keterampilan inovasi baru termasuk keunggulannya untuk menyempurnakan cara lama yang selama ini sudah diterapkan oleh petani.
“Kita memperbaiki penggunaan benihnya serta memperbaiki teknologi yang diterapkan petani. Di Banyuasin ini dengan Hibrida MAPAN 05 metode jarwo. Hasilnya menggembirakan, dari 2-3 ton tembus 8 ton/hektar GKP,” tutur Penyuluh Pertanian Pusat dari Pusluhtan yang menjadi Deputi Teknis dari Project IPDMIP Kementerian Pertanian, Pamela Fadhillah.
Pendampingan
Pendampingan petani tak hanya sampai budidaya secara demfarm saja, tetapi juga dari segi pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Pamela menambahkan, dengan model close loop, sudah difasilitasi saluran pemasarannya dengan harga yang menguntungkan petani. Penyuluh pun ditingkatkan kapasitasnya dalam melakukan penyuluhan kepada petani melalui literasi keuangan.
Ketua Gapoktan Murni Jaya, Nang Otok sendiri mengaku senang dengan pendampingan total yang dilakukan penyuluh. “Insya Allah mudah mudahan berkah dan dengan bimbingan penyuluh, petani rawa lebak bisa meningkat (produksi dan kesejahteraannya),” harapnya.
Nang Otok juga mengaku senang karena Kecamatan Rambutan memiliki Sekolah Lapang dan Lab Lapangan seperti demfarm, yang bisa menjadi tempat belajar untuk petani mencoba teknologi baru.
“Produksi padi dulu hanya 2-3.5 ton per hektar. Sekarang pengubinan produksi sampai 8,3 ton per hektar. Kenaikan tinggi. Atas keberhasilan itu tak luput dari bimbingan penyuluh, ” tuturnya.
Sementara itu, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pengembangan, Pemkab Banyuasin, Drs. H.M Yusuf, Msi mengatakan pihaknya menyambut efek positif dari IPDMIP ini. Bahkan dirinya berharap jika Kecamatan lainnya bisa meniru keberhasilan di Kecamatan Rambutan.
“Pemerintah Kabupaten Banyuasin akan selalu mensupport serta mendukung kegiatan IPDMIP ini. Bahkan sebagai bagian melaksanakan visi misi Bupati dan Wabup yaitu 7 (tujuh) Program Prioritas dan 12 (dua belas) Gerakan Bersama Masyarakat,” tambahnya.
Di tingkat Provinsi Sumsel, Kepala Bidang Pengolahan, Pemasaran Hasil, dan Penyuluhan Pertanian, Darwan Agus, SP.,MM mewakili Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Provinsi Sumatera Selatan, menyambut baik adanya IPDMIP ini karena mendukung Gerakan Sumsel Mandiri Pangan.
Mengenai ketenagaan penyuluh Pertanian, Sumsel sendiri termasuk paling siap karena Gubernur Sumsel telah mengangkat 1400 orang petugas penyuluhan lapangan guna mendampingi petani di tiap-tiap desa.
Polbangtan Bogor Gelar Public Hearing untuk Tingkatkan Standar Layanan
Polbangtan Kementan Pacu Tracer Study: Pastikan Lulusan Siap Kerja dan Berdaya Saing
Forum Teknis Pimpinan BPP, Sinergi Tingkat Kecamatan untuk Swasembada Pangan