Sinar Tani, Semarang — Cabai, komoditas yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa Tengah, kembali menjadi sorotan. Dengan kebutuhan rata-rata sekitar 4,7 kg per kapita per tahun (2024), total kebutuhan cabai di provinsi ini mencapai angka yang sangat besar, mengingat populasi Jawa Tengah yang mencapai 37,61 juta jiwa pada tahun 2023.
Fluktuasi harga cabai di pasar yang sering kali terjadi akibat sifat musiman produksi, menjadi tantangan yang harus dihadapi. Menyikapi hal ini, Menteri Pertanian menetapkan cabai sebagai komoditas strategis nasional melalui Permentan No. 46 Tahun 2019.
Penetapan ini didasari oleh peran cabai yang signifikan dalam mempengaruhi inflasi, tingginya permintaan, serta ketidakmampuan komoditas lain untuk menggantikan cabai dalam konsumsi masyarakat.
Di Jawa Tengah, pengembangan kawasan cabai menjadi prioritas untuk memastikan pasokan cabai stabil sepanjang tahun dan antar wilayah. Produksi cabai di provinsi ini sebenarnya cukup besar, dengan cabai rawit menempati posisi kedua secara nasional setelah Jawa Timur, menyumbang 12,19% atau 174,24 ribu ton dari total produksi. Sementara itu, cabai besar menempati posisi ketiga setelah Jawa Barat dan Sumatera Utara, dengan kontribusi sebesar 13,17% atau 171,79 ribu ton.
Namun, produksi cabai di Jawa Tengah tidak merata sepanjang tahun, terutama terjadi defisit pada bulan Januari hingga Februari dan September hingga Desember, yang membuat harga cabai rentan naik dan memicu inflasi daerah.
Guna mengantisipasi hal tersebut, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bertajuk “Kemitraan Champion Mendukung Stabilisasi Pasokan Cabai dan Bawang Merah Jawa Tengah Tahun 2024 dan 2025”.
Rakor yang dilaksanakan di Hotel Novotel Semarang pada bulan Agustus lalu ini bertujuan untuk mengatasi fluktuasi harga cabai dengan melibatkan para “Champion” – tokoh-tokoh petani cabai dan bawang merah dari berbagai wilayah sentra produksi di provinsi ini.
Kepala Bidang Hortikultura pada Distanbun Provinsi Jawa Tengah, Ir. Ani Mulyani, menjelaskan, Rakor tersebut bertujuan untuk mengantisipasi fluktuasi harga cabai karena produksi bersifat musiman, sehingga perlu kerjasama dengan para champion dalam pengaturan pola tanam dan pola produksi.
Ia menambahkan bahwa dengan adanya kerjasama ini, diharapkan harga cabai dapat lebih stabil dan ketersediaan barang di setiap daerah terjamin, sehingga harga yang menguntungkan baik untuk konsumen maupun petani dapat dicapai.
Para champion yang diundang ke rakor ini adalah petani yang dinilai memiliki pengalaman dan keterampilan mengelola agribisnis cabai, mulai dari budidaya, pascapanen, hingga pemasaran.
Mereka juga dianggap memiliki komitmen dan kapasitas untuk mendukung program stabilisasi dengan mengoordinasikan kelompok tani atau gapoktan di wilayah masing-masing.
Peran strategis para champion ini diharapkan dapat dieksplorasi lebih lanjut guna mendukung stabilisasi pasokan cabai dan bawang merah antar-waktu dan antar-wilayah.
Beberapa narasumber yang hadir pada rakor ini di antaranya adalah Himawan, SP, MP, Sekretaris Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah; Ir. Ani Mulyani, Kepala Bidang Hortikultura Distanbun Jateng; Deputi Direktur Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Tengah; serta Direktur Perumda Pergudangan dan Aneka Usaha “Pedaringan” Kota Solo.
Mereka masing-masing menyampaikan materi terkait strategi kemitraan champion, intervensi Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi komoditas pertanian, serta peluang pasar dan potensi kemitraan serapan produk hortikultura di Jawa Tengah.
Sebanyak 17 hampion dari berbagai kabupaten di Jawa Tengah seperti Banjarnegara, Batang, Blora, Boyolali, Cilacap, Demak, Grobogan, Kendal, Klaten, Magelang, Purbalingga, Purworejo, Rembang, Semarang, Temanggung, Wonogiri dan Wonosobo hadir dalam rakor tersebut.
Puncak acara ditandai dengan penandatanganan Komitmen Petani Champion Jawa Tengah untuk Stabilisasi Pasokan Cabai Tahun 2024, sebuah langkah konkret menuju stabilisasi harga dan pasokan cabai di provinsi ini.
Reporter : Djoko W
Persiapan Reklasifikasi, P4S Kabupaten Cilacap Diskusi di Kedai Ning Kopi
Perhiptani Jateng: BOP Rp 300 Ribuan, Jelas Tak Manusiawi Bagi Penyuluh Pertanian
Staf Khusus Menteri Pertanian Pantau Langsung Implementasi Pertanian Modern di Indramayu