Sinar Tani, Surabaya — Climate Smart Agriculture (CSA) SIMURP sudah berada didepan dalam mitigasi perubahan iklim atau climate change. Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam Pertemuan Forum Laporan Semester SIMURP Tahun Anggaran 2023 untuk wilayah Timur, Kamis (20/7)
Diungkapkan Dedi, tahun ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memprediski terjadi El Nino, yang sudah dimulai sejak Juni lalu.
El Nino yang merupakan fenomena alam yang terjadi akibat peningkatan suhu menyebabkan curah hujan yang ada di Indonesia turun signifikan.
“Padahal air untuk pertanian adalah mutlak, pengarian memberikan distribusi sampai 60% terhadap produktifitas pertanian kita. Sampai saat ini pengairan di Indonesia masih mengandalkan air hujan, meskipun sudah ada irigasi teknis namun sumber air masih mengandalkan hujan. Karena itu dengan turunnya curah hujan yang signifikan bisa berakibat luar biasa terhadap produktifitas pertanian kita,” jelasnya.
Karena itu, Kepala BPPSDMP terus mendorong untuk melakukan aksi nyata menanggulangi El Nino. Dari mulai aksi mitigasi atau pencegahan terhadap terjadinya El Nino atau perubahan iklim, hingga adaptasi dengan El Nino.
“Perubahn iklim ternyata diawali dari meningkatnya suhu di permukaan bumi, dan itu berbanding lurus dengan konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di Atmosfer, peningkatan GRK di atmosfer juga berbanding lurus dengan perilaku manusia,” ujarnya.
Kabadan mengatakan bahwa insan pertanian wajib mengurangi emisi Gas Rumah Kaca dari lahan pertanian, dan Climate Smart Agriculture (CSA) /kegiatan pertanian cerdas iklim SIMURP merupakan pertanian yang dapat mengatasi perubahan iklim termasuk Gas Rumah Kaca (GRK).
“SIMURP sudah berada di garis depan dalam mitigasi climate change ini melalui berbagai kegiatan, seperti pengairan basa dan kering/Alternate Wetting and Drying (AWD). Disaat yang sama SIMURP juga membangun pemupukan berimbang, artinya kalau kita memupuk dengan efisien maka GRK bisa ditekan dan pupuk tidak ada yang terbuang.” Ungkapnya.
Kabadan menambahkan bahwa SIMURP juga menggaungkan pestisida nabati, dimana dengan pestisida nabait maka bisa mengurangi penggunaan pestsida kimia yang menyebabkan pencemaran lingkungan.
“Betapa pentingnya program SIMURP dalam antisipasi terhadap perubahan iklim. Karena itu saya mengajak untuk terus menggalakan program SIMURP karena sudah terbukti melakukan mitigasi terhadap emisi Gas Rumah Kaca,” harapnya.
Reporter : Eko
Staf Khusus Menteri Pertanian Pantau Langsung Implementasi Pertanian Modern di Indramayu
Kolaborasi Kementan dan HIMPUNI, Dorong Transformasi Pertanian Modern di Indonesia
DPW Perhiptani NTB Dikukuhkan, Semangat Baru untuk Pertanian Berkelanjutan