15 Oktober 2024

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Model SL-PHT, Dukung Kehadiran Agro Standar Di Lahan Petani

Sinar Tani, Banjar Baru — Peningkatan kapasitas petani dan penyuluh pertanian terus berjalan secara linier simultan dengan bertambahnya waktu dan beragamnya inovasi teknologi yang tersedia untuk pembangunan pertanian menuju pertanian yang maju, mandiri dan modern. Beragam media dan metode penyuluhan sudah ada, tinggal bagaimana kita merakitnya menjadi senjata untuk membidik sasaran dengan tepat.

Terkait hal itu, kita sadari bahwa penyuluhan itu lebih ke arah ”proses”, sehingga tergantung pada cepat dan lambatnya invensi yang dibawa bisa ada di lahan petani sebagai central point atau sasaran yang dimaksud.  Model Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) merupakan salah satu contoh dari pendidikan yang memberdayakan, yang mencakup pendidikan transformatif (mengubah cara bertindak dengan mengubah cara berpikir) dan pendidikan yang membebaskan (mengubah cara berpikir dengan mengubah cara bertindak). \

Adapun komitmen yang memberdayakan bukan sekedar mengubah cara berpikir dan bertindak, tetapi keduanya diperuntukkan bagi usaha penambahan kemampuan nalar dan tabiat manusia dalam meningkatkan daya guna alam dan dirinya.

Ruh dalam model SL-PHT adalah terus berlangsungnya kegiatan AAE (Analisis Agro Ekosistem) pada setiap pertemuan kelompok yang didahului dengan pengamatan terhadap kondisi komoditas dan lingkungan saat itu, kemudian dilakukan dengan diskusi dan presentasi dari petani peserta Sekolah Lapangan (SL) dan dilanjutkan dengan sebuah tindakan yang diperoleh berdasarkan kesimpulan bersama serta dilanjutkan dengan tindakan terhadap keadaan tersebut secara bersama-sama pula.

Kurikulum/Materi yang disampaikan melalui model SL-PHT disesuaikan dengan usahatani yang mereka lakukan serta inovasi teknologi yang standar berdasarkan SNI  6729: 2016 tentang penerapan teknik budidaya tanaman yang baik dan benar agar usahatani yang belum, sedang dan akan dilakukan dapat menguntungkan hingga berprospek terhadap pendapatan.

Pengguna inotek yang berstandar adalah pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemanfaatannya untuk meningkatkan atau memperbaiki system produksi dari usahatani yang dikelolanya. Secara umum, pengguna inotek berstandar tersebut adalah para pelaku utama (petani) yang menginginkan adanya peningkatan hasil atau kinerja dari usahatani yang sedang dijalankannya.

Baca Juga :  Syukuri Hasil Panen, Bupati Sidrap Hadiri Pesta Masyarakat Tonrongnge

Melalui Model SL-PHT cendrung perbanyakan inovasi teknologi pertanian yang berstandar akan banyak di lahan lahan petani karena prinsif SL-PHT yang berupa; (1) budidaya tanaman sehat, (2) pengelolaan hama dan pelestarian musuh alami, (3) pengamatan rutin ke lahan yg sedang diusahakan, dan (4) petani ahli PHT atau manajer di lahannya sendiri.

Keempat prinsip ini saling terkait dan bersinergi, jadi harus dilaksanakan dalam penerapan model SL-PHT di lapangan. Model ini telah dilakukan pada kegiatan hilirisasi inovasi komoditas Jagung Hibrida oleh BPTP/BSIP Kalsel tahun 2021 dalam bentuk penangkaran benih JH-37 di Desa Jilatan Alur (Poktan Lestari & Poktan Tani Membangun) Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut dengan produksi benih  ± 1 ton/ha dan lulus sertifikasi.

Benih yang dihasilkan tersebut ditanam kembali di Petani Kota Banjarbaru sebagai inisiasi pengembangan tepatnya di kelurahan Sungai Ulin Kecamatan Banjarbaru Utara dengan hasil 9,8 ton/ha pipilan kering begitu juga yang ditanam di kelurahan guntung manggis kecamatan Landasan Ulin dengan hasil 8,96 ton/ha pipilan kering.

Panen perdana Inovasi jagung hibrida (JH-37) ini ternyata mampu membuat petani jatuh cinta bahkan pejabat pemda Kota Banjarbaru.

Asisten II Pemda Kota Banjarbaru, Ir. Puspa Kencana, M.P mengatakan Jika kita menanam jagung hibrida/jagung pakan ini peluang untuk peningkatan pendapatan petani besar terlebih Kota Bnjarbaru dekat dengan Kabupaten Tanah Laut yang saat ini memiliki dua buah perusahaan pakan yang tentu membutuhkan jagung pakan tersebut.

Ciri-ciri dari penggunaan model SL-PHT adalah ; (1) Belajar dari pengalaman (menjauh dari filosofi Dipaksa – Terpaksa – Terbiasa), (2) Lahan belajar dan mengikuti secara berkesinambungan fase-fase fenomena object belajar (fenologi), (3) POD/Andragogi (Pendidikan Orang Dewasa) dan (4) Kontrak belajar sampai temu lapang serta (5) Siklus belajar setiap pertemuan (mengamati, menganalisa, mendiskusikan, menyimpulkan, melakukan tindakan, dinamika kelompok).

Baca Juga :  Persiapan PENAS, Pemprov Berikan Pembekalan Kontingen KTNA Jateng

Dengan menerapkan karakteristik/ciri-ciri model SL-PHT ini petani peserta penangkaran pada kegiatan hilirisasi inovasi komoditas jagung hibrida tahun 2021  tidak merasa bahwa pertemuan yang dilakukan mereka mulai dari pembuatan trichokompos, persiapan lahan, tanam, pemupukan, rouging, detaselling, perkawinan bunga jantan dan Betina, pangkas jantan hingga panen/pasca panen berlangsung ± 20 kali pertemuan.

Berdasarkan pengalaman di atas, dapat disimpulkan bahwa petani dapat menikmati proses pendidikan nonformal ini dengan baik artinya bahwa motivasi yang tinggi untuk belajar dengan alam selama SL-PHT terus terjaga bahkan meningkat karena ada rasa keingintahuan yang bertambah, walaupun musim kemarau ditambah pandemi Covid-19 yang mana bergantian antara petani peserta bahkan pemandu SL-PHT terkena dan sakit, namun dengan kesepakatan dan kontrak belajar yang sudah disepakati terus berjalan.

Disini jelas terlihat bahwa kesepakatan yang mereka buat mampu berperan sebagai hukum/regulasi untuk kegiatan penangkaran ini harus mendapatkan benih yang berkualitas/bersertifikat dan terbukti memang lulus sertifikasi.

Kami disini semua sepakat untuk belajar jadi apapun yang terjadi selama kegiatan berlangsung adalah pelajaran yang kami dapatkan dan tentu kami akan berusaha semampu kami untuk menepati kesepakatan yang dibuat saat kontrak belajar dilakukan, ungkap Sarmin selaku peserta kegiatan juga sebagai ketua poktan “Lestari”.

Sungguh kegiatan hilirisasi inovasi jagung hibrida berupa penangkaran ini bukan sesuatu yang mudah karena petani belum pernah melakukan penangkaran atau boleh dikatakan belum tahu bagaimana cara membuat dan melaksanakan penangkaran ditambah lagi Varietas unggul jagung hibrida yang dihilirkan ini baru dan memiliki saingan dengan jagung hibrida dari perusahaan swasta yang sudah mapan dan hampir mendominasi di lahan petani.

Imam Tajwid selaku ketua poktan “Tani Membangun” yang juga peserta kegiatan menyampaikan bahwa akan berusaha semampunya untuk melakukan tahapan-tahapan budidaya yang baik dan benar terlebih teknik pengendalian ulat grayak ramah lingkungan berdasarkan kondisi tanaman serta melakukan pertemuan rutin bersama peserta lainnya sesuai kesepakatan.

Baca Juga :  Dorong Korporasi Petani, Distanbun Jateng Lakukan Koordinasi

Model SL-PHT yang diterapkan pada kegiatan hilirisasi melalui penangkaran benih jagung hibrida (JH-37) ini dan berhasil menghasilkan benih bersertifikat dan ditanam kembali dengan hasil yang tinggi serta melahirkan 6 (enam) orang petani (wakil dari poktan Lestari dan Tani Membangun) calon penangkar benih di Kabupaten Tala bahkan di Provinsi Kalimantan Selatan merupakan bukti bahwa model ini dapat mendukung keberadaan inovasi teknologi yang berstandar di lahan petani.

Harapan penulis semoga calon penangkar ini oleh stakeholders dapat dijadikan penangkar yang handal dan mampu berkontribusi untuk memecahkan masalah perbenihan di tingkat lapangan, mengingat jika penangkaran benih bisa dilakukan petani di lokasi maka harga jualnya bisa lebih murah dan lebih tersedia dalam artian keberadaannya cendrung sesuai jadwal tanam petani, disamping itu penangkaran yang dikelola secara bersama akan berprosfek pada pendapatan bersama/kelompok tani.

Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana telah membunuh musuh alami hama dan merusak kesehatan lingkungan, terkait dengan resistensi dan resurgensi hama (ulat grayak) serta  INPRES No. 3 tentang Penerapan PHT dan melarang 57 jenis insektisida, disamping untuk membuat tanaman tumbuh sehat, musuh alami terjaga, produktivitas komoditas tinggi bahkan kita sendiri sehat. Model SL-PHT cendrung dapat mendukung keberadaan Agro Stándar di lahan-lahan petani.

Reporter : Ir. Sri Hartati, M.P./PL I SL-PHT/Penyuluh Pertanian Madya  BSIP Kementerian Pertanian

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini