Sinar Tani, KAPUAS – Lewat gebrakan inovatif Program Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB), Kementerian Pertanian kembali menunjukkan komitmennya untuk memajukan pertanian Indonesia.
Di tengah derasnya arus modernisasi, sektor pertanian Indonesia pun tak ingin ketinggalan.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, baru saja melepas ribuan mahasiswa dalam program Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB) di bawah payung Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Bertempat di Kapuas, Kalimantan Tengah, acara ini jadi tonggak penting bagi pertanian modern Indonesia yang terus bertransformasi menuju masa depan.
Dengan penuh semangat, Mentan Amran menegaskan bahwa program MSIB adalah solusi nyata untuk menjawab tantangan besar di sektor pertanian.
“Reformasi pertanian tidak bisa dilakukan setengah-setengah,” ujarnya. Menurutnya, mahasiswa yang terjun ke program ini harus menguasai seluruh rantai pertanian, mulai dari produksi hingga hilirisasi. “Mereka adalah agen perubahan, garda terdepan untuk mengawal pertanian yang lebih maju dan berkelanjutan,” lanjutnya.
Tak bisa dipungkiri, ada kekhawatiran mengenai regenerasi di sektor pertanian. Namun, dengan hadirnya ribuan mahasiswa dari seluruh penjuru Nusantara yang siap belajar langsung di lapangan, kekhawatiran itu perlahan mulai mereda.
Tercatat lebih dari 3.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk Universitas Hasanuddin, IPB, UGM, dan Universitas Diponegoro, turut serta dalam program ini.
Yang menarik, jumlah peserta perempuan ternyata mendominasi dengan 54%, menunjukkan bahwa generasi petani milenial bukan hanya soal tenaga, tapi juga strategi dan inovasi.
Para peserta ini nantinya akan ditempatkan di sepuluh lokasi penyangga pangan nasional, di mana mereka akan menerapkan ilmu dan memberikan solusi untuk tantangan-tantangan yang dihadapi pertanian Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Sementara itu, Idha Widi Arsanti, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, dalam sambutannya tak kalah optimis.
Ia menggarisbawahi bahwa teknologi memegang peranan penting dalam menarik minat generasi muda ke sektor pertanian.
“Kalau kita ingin pertanian kita bersaing, teknologi harus berada di depan,” tegasnya.
Dengan inovasi seperti Percepatan Areal Tanam (PAT) dan proyek cetak sawah rakyat, diharapkan produktivitas pangan dapat terus meningkat, sekaligus menjawab tantangan darurat pangan yang mungkin mengintai.
Selain teknologi, akses permodalan juga menjadi fokus utama.
Menurut Idha, program Pertanian Modern yang terintegrasi dengan MSIB ini diharapkan bisa membuka akses permodalan yang lebih luas bagi generasi muda yang ingin terjun ke dunia agribisnis.
“Kita tidak hanya memberikan teori, tapi juga keterampilan yang benar-benar aplikatif di lapangan,” jelasnya.
Dengan demikian, mahasiswa yang ikut program ini tidak hanya mendapatkan pengalaman, tetapi juga mampu menjadi penggerak perubahan di daerah asalnya.
Di acara yang juga dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Tengah, Pangdam Tanjungpura dan para tokoh penting lainnya, Menteri Amran mengingatkan bahwa keberlanjutan pertanian Indonesia berada di tangan generasi milenial.
Melalui program MSIB, mahasiswa diharapkan tidak hanya berkontribusi secara praktis, tetapi juga mampu menjadi agen promosi dan representasi pertanian modern yang digagas oleh Kementan.
Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta, masa depan pertanian Indonesia tampak cerah.
Generasi milenial kini tak lagi hanya dianggap sebagai penerus, tapi juga sebagai inovator yang siap mengubah wajah pertanian nasional menjadi lebih maju, modern, dan berkelanjutan.
Program MSIB di Kalimantan Tengah bukan hanya soal pelepasan mahasiswa, tetapi pelepasan harapan besar bagi masa depan pertanian Indonesia.
Mendorong Pertanian Modern, Kolaborasi Multipihak di Kapuas
Kementan Latih Mahasiswa Butcher untuk Penuhi Kebutuhan Dunia Usaha
Meningkatkan Kompetensi Siswa, SMPP Kementan Kenalkan Teaching Factory