Sinar Tani, Jakarta—Membangun pertanian tidak lepas dari desa, sehingga masyarakat desa menjadi ujung tombak pembangunan pertanian. Karena itu SDM pertanian di desa menjadi kunci keberhasilan pembangunan pertanian.”
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian pun mendorong tumbuhnya P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya). Bahkan ditargetkan pada tahun 2023 setiap kabupaten/kota akan ada satu P4S. Data Pusat Pelatihan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) saat ada ada 1.562 P4S yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
“Animo petani milenial dan petani andalan setelah Forum Nasional P4S di Bali, makin tumbuh. Saya berharap Forum Komunikasi P4S nasional untuk terus menumbuhkan di seluruh kabupaten/kota ada satu P4S. Kami harapkan gaung P4S makin besar,” kata Kepala Pusat Pelatihan Pertanian, BPPSDMP, Lely Nuryati saat Webinar P4S: Dari Petani untuk Petani yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, Rabu (2/11).
Belajar dari Korea Selatan, Lely menilai, keberhasilan negara tersebut membangun pertanian adalah karena banyaknya generasi muda yang kembali ke desa. Melalui konsep Saemaul Undong menjadi gerakan kembali ke desa yang menyentuh human capital dan social capital.
“Ke depan kita harapkan adanya regenerasi petani menjadi penggerak pembangunan pertanian di perdesaan, seperti Korea Selatan yang maju pertaniannya dengan Saemaul Undong,” ujarnya.
Karena itu, Lely melihat sangat penting penumbuhan P4S. Apalagi banyak P4S yang telah membawa inovasi dari yang sederhana hingga modern, sehingga kelembagaan tersebut bukan hanya sebagai pelaku utama, tapi juga pelaku usaha. Dalam penumbuhan P4S, pemerintah mengoptimalkan UPT pelatihan yang ada di daerah. Saat ini sudah ada 1.562 P4S di seluruh Indonesia.
“Pelaku usaha atau pelau utama di daerah kita dorong menjadi P4S. Namun dengan syarat mereka memiliki jiwa kesukarelawan, berjiwa volunteer atau mau berbagi pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dengan yang lain,” tuturnya.
Nah, sebagai kelembagaan pertanian dan pedesaan yang didirikan, dimilik dan dikeleloa pelaku usaha secara swadaya, baik perorangan maupun kelompok, Lely mengatakan, prinsip utama yang harus dipegang adalah keswadayaan. Dengan demikian, dalam penumbuhan P4S tidak ada bantuan dari pihak lain. “Prinsip keswadayaan disini adalah mengedepankan kemampuan daripada bantuan pihak lain,” tegas Lely.
Dengan model penumbuhan P4S tersebut, Lely mengatakan kini Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappanas) kini melirik P4S menjadi salah satu strategi pembangunan pertanian. Bahkan lembaga tersebut bersiap mengucurkan anggaran DAK (Dana Alokasi Khusus) untuk pengembangan P4S sebagai centre of excelent, terutama pembangunan pertanian yang regeneratif dan keberlanjutan terhadap lingkungan hidup.
Namun Lely mengakui, masih perlu penyempurnaan mekanisame dalam penentuan DAK. Saat ini setidaknya ada 10 P4S model yang akan mendapatkan DAK melalui Dinas Pertanian di wilayah masing-masing. “Proses ini kami harapkan nantinya P4S tersebut menjadi kelembagaan strategis yang mendapat perhatian pemerintah,” tuturnya.
Satu P4S per Kecamatan
Sementara itu, Ketua 2 Forum Komunikasi (FK) P4S Nasional, Zulharman Djusman menegaskan, anggota P4S tidak hanya bergerak bidang pertanian (pangan, hortikultura dan perkebunan), tapi juga perikanan. Bahkan ke depan, pihaknya akan mengajak petani di sekitar kawasan hutan.
“Terpenting adalah mereka yang bersedia sebagai penggerak pembaharu pertanian perdesaan di wilayah binaan. Ini akan kami wajibkan, karena saat ini masih banyak petani yang melakukan pertanian secara tradisional,” ujarnya.
Jadi tupoksi P4S adalah menjadi agen pembangunan pertanian dan pembaharu (motor penggerak) di perdesaan. Selain itu, P$S juga menjalankan funsi educating, promoting, securing dan exploring.
Dengan demikian, P4S menjadi lembaga yang turut menumbukan, mengembangkan dan mempeluas kader penggerak perdesaan, baik kader tani dan penyuluh swadaya. “Jadi melalui P4S kita akan melakukan pembaharuan pertanian di perdesaan,” katanya.
Pada tahun ini, FK P4S sudah berancang-ancang menubuhkan P4S di 195 kabupaten/kota serta penguatan 319 P4S. Sedangkan Tahun 2023, diharapkan dapat menumbuhkan P4S baru, minimal satu kecamatan, satu P4S.
“Kami juga akan menumbuhkan P4S model, satu provinsi, satu model P4S yang menerapkan pertanian regeneratif. P4S tersebut akan menjadi role model yang bisa dikembangkan di provinsi lain,” kata Zulharman.
Sementara itu M. Ridha Ismail, salah seorang yang sempat melahirkan P4S mengatakan, ciri khusus yang harus ada di P4S adalah swadya. Artinya, pengelola P4S harus memiliki kemampuan, kreativitas dan kemandirian, sehingga tidak tegantung bantuan dari pemerintah.
Namun dirinya mengakui, dalam pelaksanaan di lapangan memang tidak terlepas banyaknya kedala, terutama dalam pelatihan. Untuk itu, penting persiapan modul pelatihan dan fasilitas instruktur agar kegiatan P4S berjalan efektif. Selain itu, ke depan, perlu dipikirkan menjadikan P4S sebagai sebuah lembaga berbadan hukum.
“Soal klasifikasi, sebaiknya tidak semua ditarik ke pusat. Di pusat hanya yang utama, sedangkan yang lain di provinsi atau kabupetan. Dengan demikian hubungan P4S akan lebih baik dalam pembinaan,” saran Ridha.
Seperti apa penumbuhan P4S? Sobat Sinar Tani bisa baca selengkapnya di Tabloid Sinar Tani cetak dan e paper. Bagi yang telah mengikuti webinar, bisa mendatapkan materi dan e sertifikat dengan mengunduh di link bawah ini.
Link : E Sertifikat Webinar P4S; Dari Petani untuk Petani
Link : Meteri Webinar: Dari Petani untuk Petani
Reporter : Julian
Redaktur : Yulianto
Mohon ijin dan petunjuk, untuk saya bisa mendukung / kerjasama, untuk penumbuhan P4S 2024 . Mulai tahun 2024 di Kecamatan / BPP Kledung
Terima Kasih
Saya