Sinar Tani, Jakarta — Dukung peningkatan gizi keluarga Indonesia, Wanita Tani HKTI menggelar pelatihan olahan ikan bandeng bagi anggotanya. Lewat pelatihan yang dilaksanakan di halaman kantor DPP Wanita Tani HKTI, Jakarta, para ibu diajarkan teknik “Bandeng Cabut Duri” yang bertujuan membuat hidangan ikan lebih mudah diterima keluarga.
Ketua Umum Wanita Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Anita Ariyani, mengatakan Kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan pentingnya gizi keluarga melalui pangan yang mudah diolah, terjangkau, dan bergizi tinggi, terutama untuk anak-anak yang kerap kurang tertarik pada olahan ikan.
Anita menjelaskan bahwa selain telur dan ayam, ikan merupakan sumber protein yang tak kalah penting dalam pola makan sehat keluarga. Lebih lanjut Anita mengaku dengan adanya pelatihan ini, pihaknya ingin ibu-ibu di rumah mampu mengolah ikan dengan cara yang menarik dan enak, sehingga anggota keluarga, terutama anak-anak, tertarik mengonsumsinya.
“Banyak dari mereka yang kurang suka ikan, padahal ikan sangat kaya akan gizi. Maka dari itu, pelatihan ini diadakan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada ibu-ibu agar bisa menyajikan olahan ikan yang disukai keluarga,” jelas Anita.
Pelatihan yang mengajarkan teknik “Bandeng Cabut Duri” dianggap penting agar ikan bandeng lebih mudah dikonsumsi oleh semua kalangan, termasuk anak-anak. Dengan teknik ini, ikan bandeng tidak lagi menjadi makanan yang sulit dimakan karena durinya yang terkenal banyak.
“Kami memilih bandeng karena selain mudah didapat dan harganya terjangkau, bandeng juga memiliki cita rasa yang lezat. Kami berharap melalui pelatihan ini, ibu-ibu bisa lebih kreatif dalam menyajikan menu berbasis ikan di rumah,” tambahnya.
Pelatihan ini diikuti oleh 20 anggota Wanita Tani di pusat, dengan instruktur yang berasal dari kalangan pengurus Wanita Tani sendiri. Para pengajar memiliki kapabilitas dalam memberikan pelatihan pengolahan pangan dan membekali peserta dengan keterampilan mengolah makanan yang sehat dan bergizi.
Ke depannya, Anita dan timnya berencana untuk memperluas jangkauan pelatihan ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, mengingat banyaknya anggota Wanita Tani yang tersebar di berbagai wilayah. Meskipun saat ini pelatihan dimulai dari pusat, Anita berharap kegiatan ini bisa berkembang hingga ke pelosok negeri, dengan harapan pelatihan olahan ikan ini bisa menjadi agenda rutin yang diadakan minimal sekali sebulan.
“Kami akan terus mengembangkan pelatihan ini hingga ke daerah-daerah. Anggota Wanita Tani tersebar di seluruh Indonesia, dan kami ingin semua anggota mendapatkan manfaat dari pelatihan ini. Saat ini kami masih memulai dari pusat, namun ke depan pelatihan ini akan kami bawa ke daerah-daerah agar semakin banyak ibu-ibu yang bisa mendapatkan ilmu dan keterampilan baru,” ujar Anita.
Tidak hanya untuk anggota Wanita Tani, Anita juga berharap organisasi-organisasi wanita lainnya dapat turut terlibat dalam pelatihan ini, baik sebagai peserta maupun penyelenggara kegiatan serupa. “Kegiatan ini tidak hanya untuk Wanita Tani. Kami membuka pintu bagi organisasi wanita lainnya untuk bergabung, agar ilmu yang kami bagikan bisa menyebar lebih luas. Kami ingin semangat ini bisa tertular ke berbagai organisasi wanita lain di seluruh Indonesia,” tuturnya.
Selain pelatihan olahan ikan, Anita menekankan pentingnya diversifikasi pangan dalam pola makan keluarga Indonesia. Pada periode kepemimpinannya, Wanita Tani HKTI juga akan mengembangkan pelatihan olahan pangan non-beras dan non-terigu sebagai alternatif makanan pokok. Beberapa bahan pangan yang dipromosikan antara lain sorgum, talas, dan umbi-umbian lainnya.
“Kita perlu memperluas pilihan pangan kita. Selain ikan, kami juga akan mengembangkan pelatihan-pelatihan olahan pangan berbasis sorgum, talas, dan umbi-umbian. Ini adalah langkah penting dalam mendukung diversifikasi pangan dan mengurangi ketergantungan pada beras dan terigu,” jelasnya.
Melalui kampanye diversifikasi pangan ini, Anita berharap masyarakat dapat lebih memahami pentingnya memilih bahan pangan yang tidak hanya bergizi, tetapi juga mudah diolah di rumah. Hal ini juga penting untuk memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga yang memiliki kondisi kesehatan khusus, seperti anak-anak yang memerlukan pola makan yang lebih terkontrol.
“Kami ingin memastikan bahwa makanan yang disajikan di rumah benar-benar bergizi, mudah diolah, dan bisa diatur sesuai dengan kebutuhan anggota keluarga. Bagi ibu-ibu yang memiliki anak dengan kebutuhan gizi khusus, ini sangat penting,” imbuh Anita.
Tahapan pelatihan ini diawali dengan sesi teori, di mana peserta diberikan penjelasan mengenai gizi, teknik memasak, dan cara memilih ikan yang baik. Setelah itu, para peserta mempraktikkan langsung dua menu olahan ikan bandeng, satu menu standar dan satu menu variasi yang disesuaikan dengan kreativitas masing-masing peserta.
“Hasil olahan ini nantinya akan dicicipi bersama, dan kami harap peserta bisa menemukan menu olahan yang paling cocok dengan selera keluarga masing-masing,” kata Anita.
Anita berharap kegiatan pelatihan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak agar tujuan untuk meningkatkan gizi keluarga Indonesia bisa tercapai. Ia juga optimis bahwa kegiatan ini akan berkelanjutan dan dapat menjangkau seluruh pelosok negeri, sejalan dengan visi menciptakan generasi emas Indonesia 2045.
“Harapan saya, kegiatan ini bisa mendapat dukungan dari berbagai pihak, agar kita bisa bersama-sama menyiapkan generasi emas 2045. Selain itu, saya berharap kegiatan ini menjadi program berkelanjutan yang bisa menjangkau seluruh Indonesia,” tutup Anita.
Melalui sinergi dengan organisasi-organisasi wanita dan kelompok masyarakat lainnya, Anita yakin bahwa Wanita Tani HKTI dapat menjadi pelopor dalam memperkuat ketahanan pangan keluarga dan masyarakat di seluruh Indonesia.
Baca juga
Tingkatkan Kualitas Tembakau, Petani Sinjai Dilatih Blending dan Diversifikasi Produk
Kolaborasi Distan Cilacap dan Muhammadiyah Dukung Pertanian Ramah Lingkungan
Manajemen Pendampingan Pompanisasi, Kementan Siapkan Tim Terlatih untuk Petani