Sinar Tani, Banyumas — Penggunaan pupuk kimia untuk tanaman memang langsung menunjukkan hasil yang nyata, cara pemberian mudah, efisien dalam pengangkutan serta mudah didapat. Sehingga petani kita dalam beberapa dasa warsa sangat suka bahkan cenderung fanatik, hanya menggunakan pupuk kimia bagi tanaman mereka.
Masyarakat Petani Dan Pertanian Organik Indonesia (Maporina) Jawa Tengah yang baru berumur 2 bulan, tanpa banyak berteori langsung beraksi melakukan pendampingan terhadap kelompok-kelompok tani untuk menyehatkan kembali tanah mereka, seietah berpuluh tahun diguyur pupuk kimia.
Kegiatan ini diawali dengan “ Pelatihan Pembuatan dan Penggunaan PGPR ” di Kelompok Tani “Tani Perkasa” desa Pekuncen, kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas , Jawa Tengah.
Ketua Maporina Jawa Tengah, Ir. Suryo Banendro, MP mengatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman yang lebih sehat adalah dengan pemanfaatan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR).
“ PGPR mudah dibuat, dan bahan-bahan yang diperlukan tersedia melimpah disekitar tempat tinggal petani, mudah dan murah ” ungkap Suryo
Suryo menambahkan dari bahan-bahan yang sederhana ini manfaatnya sangat besar bagi tanaman dan juga bagi kesuburan tanah.
Dengan bahasa yang mudah dan komunikatif Suryo Banendro menjelaskan bahwa PGPR adalah kelompok bakteri menguntungkan yang berada di rizofir (lapisan tanah tipis antara 1-2 mm di sekitar perakaran).
“Aktivitas PGPR ini sangat bagus bagi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun secara tidak langsung,” ungkapnya.
Suryo menegaskan bakteri yang tinggal bersama dengan perakaran dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan tanaman, bahkan menumbuhkan kekebalan terhadap penyakit tanaman karena PGPR mampu untuk menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) da, Dan menjadi biokatalis atau mengolah unsur NPK dan asam-asam organik penting lainnya yang masih “mentah” menjadi tersedia bagi tanaman.
Dalam hal ini Maporina Jateng mendorong agar para petani untuk menggunakan pupuk organik hayati, seluas-luasnya. Baik dalam bentuk kompos, pupuk organik cair (POC), PGPR atau bentuk-bentuk lain dalam bercocok tanam. Sehingga kesuburan tanah yang tercemar, rusak dan tidak sehat kembali terjaga, baik kesuburan fisik, kesuburan kimia maupun kesuburan biolobisnya.
Cara Membuat PGPR
Dalam kegiatan ini Maporina Jateng bekerjasama dengan Laboratorium BPTPH (Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura) Wilayah Banyumas di Tajum, para petugas Pengamat Hama Penyakit, para Penyuluh Pertanian setempat dan Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas.
Ir. Faturrahman dari Lab BPTPH bersama PPH dan PPL membimbing para peserta pelatihan praktek membuat PGPR.
Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyiapkan biang PGPR yang dibuat dari akar bambu atau akar putri malu atau akar rumput paitan sekitar 250 gram dan direndam dalam 1 liter air selama tiga malam.
Selain itu juga perlu disiapkan 20 liter air, 1/2 kg dedak/bekatul atau tepung gaplek, Terasi, 1 sdm air kapur sirih dan biang PGPR.
Semua bahan tersebut dicampur dan direbus hingga mendidih kemudian didinginkan. Setelah dingin baru dicampur dengan 1 liter “biang PGPR” ditutup rapat dan diidiamkan satu hingga dua mingggu.
Selain PGPR akar bambu,dan akar-akar lain tersebut, biang PGPR juga dapat dibuat dari air kelapa segar yang ditambah gula merah atau tetes tebu. Bahan tersebut difermentasi selama seminggu.
PGPR yang telah jadi dapat di tilik dari bau cairan. Apabila bau cairan beraroma tapai segar menandakan PGPR jadi. Kalau berbau busuk berarti gagal.
Cara Aplikasi PGPR
Untuk Perlakuan Benih :
Benih dari toko dan diduga mengandung pestisida dicuci dahulu sampai bersih 3-4 kali. Kemudian benih direndam dalam larutan PGPR dengan konsentrasi 10 ml per liter air selama 10 menit hingga 8 jam tergantung jenis benih.
Kemudian dikering anginkan di tempat yang teduh sebelum penanaman/persemaian.
Untuk Perlakuan Bibit :
Untuk perlakuan pada stek atau biakan vegetatif lain, bahan tersebut direndam selama 1-3 jam.
Konsentrasi PGPR adalah 10 ml per liter air. Setelah dikering anginkan baru stek atau biakan vegetative ditanam.
Untuk Tanaman
Untuk tanaman musiman PGPR dilarutkan dengan konsentrasi 5 ml per liter air . Aplikasi dengan cara menyiramkan atau menyemprotkan bagian perakaran dengan volume sebanyak 400-600 ml larutan untuk masing-masing tanaman.
Untuk tanaman tahunan, konsentrasi dan jumlah larutan yang dipergunakan disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman. Aplikasi dianjurkan pada pagi hari sebelum pukul 09.00 WIB atau pada sore hari setelah pukul 15.00 WIB.
Untuk lebih meyakinkan manfaat PGPR, peserta diminta mencoba dulu membandingkan pada tanaman pot. Tanaman yang diberi PGPR dibandingkan yang tanpa PGPR.
Mengembalikan Pola Pikir
Suryo Banendro mengatakan bahwa kegiatan pertama ini akan dilunjutkan dengan pendampingan dan pelatihan berikutnya.
Dengan menggandeng semua pihak yang yang mempunyai visi seiring dalam pertanian organik, diharapkan akan menjangkau sebanyak mungkin kelompok-kelompok tani di Jawa Tengah.
Pendampingan dan Pelatihan ini diikuti tidak kurang dari 30 orang. Disamping anggota Kelompok Tani “ Tani Perkasa” sendiri, peserta juga datang dari luar desa Pekuncen, dan luar kecamatan Pekuncen juga.
Melihat antusias peserta. Maporina Jawa Tengah akan mengembangkan pola ini ke daerah-daerah lain.
“Kegiatan pendampingan Maporina ini sifatnya adalah membantu, yaitu mengisi pada wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh program pemerintah “ ujar Suryo. Ia juga mengatakan, bahwa tantangan yang dihadapi saat ini adalah mengembalikan pola pikir masyarakat petani untuk menggunakan pupuk organik hayati “ Seperti nenek moyang kita dahulu” pungkasnya.
Reporter : Djoko W
Manajemen Pendampingan Pompanisasi, Kementan Siapkan Tim Terlatih untuk Petani
Dukung Peningkatan Gizi, Wanita Tani HKTI Gelar Pelatihan Olahan Ikan
Tingkatkan Kapasitas Petani, Distanbun Jateng Gelar Pelatihan Grade Tembakau