Sinar Tani, Jawa Tengah — Sebagai faktor utama dalam pertumbuhan tanaman, membuat kehadiran pupuk menjadi suatu keharusan bagi para petani. Karean itu tidak heran, bila pengurangan pupuk subsidi serta pupuk non subsidi yang mengalami kelangkaan dan harga jual yang tinggi medorong masyarakat tani mulai mencari solusi untuk mengatasi hal ini.
Banyak ragam pendapat dari petani tentang masalah pupuk ini sehingga mereka hanya pasrah dan cenderung untuk tidak bertani lagi, karena input dikeluarkan lebih tinggi dari pada output yang dihasilkan.
Ada beberapa gelintir orang mulai berpikir bagaimana solusi untuk mengatasi kebutuhan pupuk pada tanaman salah satunya dengan membuat pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang dihasilkan dari limbah makhluk hidup baik tumbuhan maupun hewan. Pupuk organik ini bisa berupa pupuk padat maupun cair dan berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Salah satu solusi dalam mengatasi kelangkaan pupuk dengan menggunakan pupuk organik dari limbah pertanian yang setara dengan penggunaan pupuk NPK, seperti urea, phonska, dan lain sebagainya.
Seperti yang dilakukan Kelompok Tani Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang dan kelompok Tani Kecamatan Gunung Pati kota Semarang.
Kami mengadakan pelatihan pembuatan pupuk sebagai pengganti pupuk NPK untuk tanaman. Pelatihan pembuatan pupuk organik ini kami lakukan secara mandiri dengan kedua kelompok tani yaitu Rejeki Lumintu dan Ngudi Rahayu I.
Dalam pembuatan pupuk organik ditekankan menggunakan semua bahan-bahan limbah bukan bahan yang dapat dikonsumsi karena nanti input produksi menjadi lebih tinggi. Barang yang dikonsumsi ini lebih baik kita gunakan untuk keperluan kehidupan manusia.
Bahan dan alat yang digunakan dalam pelatihan pembuatan pupuk organik setara NPK sebagai berikut :
Bahan :
- Urine sapi/ kambing sebanyak 5 liter disaring
- Cangkang telur sebanyak 3 kg
- Cocopit sebanyak ½ kg kemudian dibakar
- Sekam sebanyak ½ kg kemudian dibakar
- Kulit bawang merah dan bawang putih masing-masing sebanyak 1 kg
- Kulit nanas sebanyak 3 kg diblender
- Air
Alat :
- Ember
- Drum
- Aerator
- Blender
- Botol atau galon
Langkah Pembuatan:
- Semua bahan urine sapi atau kambing, cangkang telur, cocopit dan sekam bakar, kulit bawang merah dan bawang putih, serta kulit nanas ditambahkan air masing-masing sebanyak lima liter
- Kemudian semua bahan ditutup dan didiamkan selama tujuh hari
- Setelah tujuh hari bahan yang sudah direndam dengan air dimasukkan semua ke dalam drum yang sudah dipasang aerator yang berfungsi menjaga kadar oksigen di dalam drum karena adanya mikroorganisme dan membantu mempercepat dalam fermentasi
- Didiamkan selama 14 hari atau 2 minggu, setelah itu dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman.
- Pada drum diberi kran agar cairan yang dihasilkan dapat menetes ke dalam botol atau galon.
- Dalam penggunaan untuk 100 ml/ tangki setiap 5 hari sekali dimulai tanaman umur 15 hst (pemeliharaan), selain itu untuk pengendalian penggunaan dosis menjadi 200 ml/tangki
Tanda pupuk organik cair ini sudah jadi yaitu dari bau tidak terlalu menyengat dan bau yang dihasilkan seperti ragi atau sedikit masam karena adanya proses fermentasi.
Cara penggunaan sebaiknya apabila akan digunakan dapat dikocok dahulu kemudia baru ditambahkan air pada tangki. Penyemprotan dilakukan pada waktu pagi hari sebelum pukul 9.00 atau sore hari pukul 15.00. Apabila musim hujan pupuk organik cair dapat disemprotkan lagi setelah tanaman disiram air.
Oleh: Sri Murtiati, SP., M.Si./BPTP Jateng
Dukung Peningkatan Gizi, Wanita Tani HKTI Gelar Pelatihan Bandeng Cabut Duri
Tingkatkan Kapasitas Petani, Distanbun Jateng Gelar Pelatihan Grade Tembakau
Tingkatkan Pemanfaatan Pangan Lokal, Dishanpan Jateng Gelar Pelatihan Olahan Pangan