Sinar Tani, Ungaran — Kekhawatiran tentang masa depan sektor pertanian di Indonesia muncul dari anggapan bahwa generasi muda, khususnya generasi milenial dan Z, semakin enggan bekerja di bidang ini. Mereka lebih memilih pekerjaan di kota, baik di pabrik, proyek, maupun sektor informal lainnya. Alasan utama ketidaktertarikan mereka seringkali terkait dengan stigma bahwa bekerja sebagai petani itu “kotor, tidak intelek, terlalu mudah, dan berpenghasilan kecil.”
Namun, fenomena yang terjadi di SMKN H. Moenadi Ungaran, Jawa Tengah, membuktikan sebaliknya. Minat para lulusan SMP yang ingin melanjutkan pendidikan di SMK dengan ciri khas pertanian ini justru meningkat tajam. Dari tahun ke tahun, peminat SMKN H. Moenadi terus bertambah, bahkan untuk tahun ajaran 2024/2025, jumlah siswa mencapai 1.034 orang—naik signifikan dari 880 siswa pada tahun sebelumnya.
Peningkatan jumlah siswa ini bukanlah hal yang terjadi begitu saja. SMKN H. Moenadi merupakan transformasi dari Sekolah Pertanian Menengah Atas Daerah (SPMAD) Jawa Tengah yang berdiri sejak tahun 1967.
Sekolah ini pernah mengalami masa paceklik siswa selama hampir dua dekade. Namun kini, dengan berbagai inovasi, SMKN H. Moenadi berhasil menyesuaikan diri dengan perkembangan pertanian modern dan kembali menarik minat generasi muda.
Menurut Kepala Sekolah SMKN H. Moenadi, Imro’atul Azizah, S.Pd., M.Si., pihaknya tetap mempertahankan ciri utama kejuruan pertanian, namun dengan sentuhan modernitas. “Kami mengajarkan pertanian modern dengan fokus pada urban farming, mengingat lokasi sekolah kami yang berada di perkotaan,” jelasnya.
Hal ini memungkinkan siswa untuk mempelajari pertanian yang relevan dengan kondisi masa kini, yang tidak lagi hanya sebatas pekerjaan di ladang, tetapi telah menjadi bagian dari industri besar yang memanfaatkan teknologi canggih.
Indah Linawati, S.Pd., yang juga berperan sebagai humas sekolah, menambahkan bahwa untuk tahun ajaran 2024/2025, SMKN H. Moenadi membuka tujuh kelas, enam di antaranya untuk jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian dan Agribisnis Tanaman, serta satu kelas untuk jurusan Desain Komunikasi Visual. “Kami berusaha menciptakan suasana belajar yang modern dengan fasilitas yang mendukung pengajaran pertanian canggih,” ujar Indah.
Salah satu fasilitas yang menjadi kebanggaan sekolah ini adalah kebun praktek jurusan Agribisnis Tanaman yang dilengkapi dengan beberapa green house (GH) berstandar agribisnis. “Kami bekerja sama dengan perusahaan agribisnis besar di Semarang dan Yogyakarta untuk membangun green house dengan infrastruktur dan sarana hidroponik yang setara dengan perusahaan agribisnis besar,” jelas Taat Sutaryo, guru pendamping praktek.
Dengan adanya green house ini, para siswa dapat belajar berbagai metode penanaman modern, seperti Vertigasi atau Sistem Tetes, Dutch Bag, dan Deep Root Floating Technique (DRFT).
Bukan hanya siswa jurusan Agribisnis Tanaman yang merasakan kemajuan ini, siswa jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHT) juga mendapat kesempatan untuk mempraktekkan proses pengolahan hasil pertanian dengan peralatan modern.
Di laboratorium praktek, mereka dilengkapi dengan alat perajang, alat penepung, hingga dehydrator yang memungkinkan mereka untuk mengolah hasil pertanian menjadi produk kering tanpa mengurangi kandungan nutrisinya. Hal ini tidak hanya memberikan keterampilan praktis, tetapi juga mengasah kemampuan mereka untuk mengolah produk yang bernilai jual tinggi di pasar.
Lebih lanjut, SMKN H. Moenadi juga menerapkan model pembelajaran yang dikenal sebagai Teaching Factory (TEFA). Azizah menjelaskan, Teaching Factory adalah pabrik dalam sekolah, yang merupakan sarana produksi yang dioperasikan berdasarkan prosedur dan standar dunia kerja sesungguhnya. “Tujuannya bukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan kondisi nyata dunia kerja.” Tambahnya.
Dalam skema ini, para siswa dapat merasakan langsung bagaimana proses produksi dilakukan di dunia nyata, menjadikan mereka siap untuk terjun ke dunia industri setelah lulus.
Azizah juga mengungkapkan bahwa salah satu kunci sukses SMKN H. Moenadi adalah menguatkan kompetensi kewirausahaan siswa. “Kami ingin membentuk mindset bahwa pertanian adalah sektor yang bisa menjadi peluang usaha besar. Banyak siswa yang kami persiapkan tidak hanya untuk bekerja di dunia industri, tetapi juga untuk menjadi wirausahawan di bidang pertanian,” ujar Azizah dengan penuh optimisme.
Selain Teaching Factory, SMKN H. Moenadi juga berfokus pada peningkatan kompetensi guru melalui berbagai program pelatihan, serta mengadakan kemitraan aktif dengan dunia usaha dan industri.
Langkah-langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa para siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga memahami bagaimana menerapkan ilmu mereka dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Program seperti PKL (Praktik Kerja Lapangan), magang guru, dan guru tamu menjadi bagian dari upaya sekolah dalam menciptakan lulusan yang siap pakai.
Melalui pendekatan ini, SMKN H. Moenadi Ungaran berhasil mencetak generasi muda yang tidak hanya kompeten di bidang pertanian, tetapi juga memiliki karakter kerja yang kuat. Para lulusan diharapkan dapat menjawab tantangan dunia kerja, serta mampu berinovasi di tengah pesatnya perkembangan teknologi pertanian.
“Kami ingin menciptakan generasi yang melihat pertanian sebagai sektor masa depan yang menjanjikan, bukan sebagai pekerjaan kelas bawah.” Tambahnya.
Salah seorang siswa yang ditemui saat sedang praktek di kebun menuturkan bahwa dirinya sangat senang belajar di SMKN H. Moenadi. “Saya merasa bangga bisa belajar pertanian di sini. Banyak hal baru yang saya pelajari, terutama soal teknologi pertanian modern,” ujarnya.
Dengan berbagai langkah inovatif ini, SMKN H. Moenadi Ungaran telah berhasil mengubah pandangan negatif masyarakat terhadap sektor pertanian. Sekolah ini bukan hanya tempat belajar, tetapi juga wadah untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi tantangan masa depan pertanian modern.
Reporter : Djoko W
Mendorong Pertanian Modern, Kolaborasi Multipihak di Kapuas
Meningkatkan Kompetensi Siswa, SMPP Kementan Kenalkan Teaching Factory
Kementan Ajak Desa Bantu Permodalan Petani Muda Banjar