15 Januari 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Tingkatkan Nilai Jual, Mahasiswa Undip Ajak Masyarakat Tampingwinarno Olah Singkong

Tingkatkan Nilai Jual, Mahasiswa Undip Ajak Masyarakat Tampingwinarno Olah Singkong

Sinar Tani, Kendal — Sebagai komoditas pertanian utama di desa Tampingwinarno, ubi kayu/singkong menjadi andalan. Untuk itu, mahasiswa Universitas Diponegoro mengajak Masyarakat Tampingwinarno membuat berbagai olahan ubi kayu agar bisa memberikan nilai tambah.

Ubi kayu atau singkong atau  cassava yang dalam Bahasa latin disebut Manihot esculenta merupakan tanaman pangan penting di Provinsi Jawa Tengah. Produksi ubi kayu menduduki posisi   terbesar ke 3, setelah jagung dan padi.

Tanaman yang di Jawa Tengah disebut juga pohung, kaspe atau bodin, pada tahun 2022 menghasilkan produksi sebanyak 2.979.780 ton. Berada dibawah  produksi jagung yang sebanyak  3.467.314 ton, dan produksi padi yang mencapai 9,36 juta ton (BPS Jateng).

Demikian juga yang terjadi di desa Tampingwinarno, kecamatan Sukorejo kabupaten Kendal, ubi kayu menjadi komoditas tanaman pangan pokok disamping jagung.

Sehingga tak heran apabila para mahasiswa Undip yang sedang melakukan “KKN Tematik” menjadikan pengembangan agribisnis singkong menjadi entry point dalam usaha mengembangkan perekonomian desa Tampingwinarno menjadi model Desa Wirausaha.

Ada 13 mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang yang sejak bulan Juli lalu, tiga hari dalam seminggu tinggal didesa tersebut.

Bersama para pamong desa, Tim Penggerak PKK desa, Gapoktan dan Karang taruna, mereka beruoaya mengidentifikasi masalah, membaca peluang, tantangan, kelemahan dan kekuatan serta mengeksekusi solusi yang mungkin dilakukan.

Koordinator kelompok mahasiswa, Edward Suryawijaya, mengatakan pengembangan agribisnis ubi kayu dari hulu sampai kehilir dipilih sebagai entry point karena potensi ubikayu yang ada didesa Tampingwinarno cukup besar, serta melibatkan hampir seluruh petani didesa tersebut.

Ubi kayu sendiri sebagai bahan pangan sebenarnya cukup sempurna. Karena setiap 100 gr ubikayu mentah mengandung nutrisi kurang lebih : – Kalori: 160 kcal, – Karbo hidrat: 38.06 g, – Serat: 1.8 g, – Gula: 1.7 g, – Protein: 1.36 g, – Lemak: 0.28 g, – Vitamin C: 27.7 mg, – Vitamin B6 (Piridoksin): 0.088 mg, – Folat: 27 mcg, – Mangan: 0.383 mg, – Magnesium: 21 mg, – Kalium: 271 mg, – Zat Besi: 0.81 mg, – Kalsium: 16 mg, – Fosfor: 27 mg, – Zinc: 0.34 mg dan – Vitamin A (Beta-karoten): 1 mcg

Baca Juga :  SMKN H. Moenadi, Didik Petani Muda dengan Sentuhan Teknologi

Namun dari hasil wawancara dan survey lapangan mereka melihat bahwa selama ini ubikayu yang dihasilkan petani sebagian besar dijual dalam bentuk umbi segar, dan sebagian dikonsumsi dalam bentuk umbi rebus. Sehingga margin yang diperoleh sangat kecil, tidak dapat dipakai sebagai penggerak perekonomian desa.

Dari sisi keilmuan yang mereka peroleh dari kampus, ubikayu dapat diolah menjadi tepung mokaf, yang sangat potensial untuk diolah lagi menjadi berbagai bahan pangan yang unggul dan mempunyai nilai jual tinggi.

Setelah dirembug bersama perangkat desa dan pihak terkait, para mahasiswa ini menyelenggarakan  pelatihan yang bertema “ Edukasi dan Pelatihan Diversifikasi Produk Olahan Singkong” pada tanggal 4 Agustus lalu.

Mereka menggandeng para dosen dan Dinas Pertanian Kabupaten Kendal untuk bertindak sebagai Nara Sumber. Dalam pelatihan ini dipaparkan teknis pembuatan dan pemanfaatan tepung mokaf untuk membuat berbagai kue .

Dipandu oleh mahasiswa, para peserta praktek langsung membuat tepung mokaf dan juga membuat kue pukis berbahan baku tepung mokaf. Acara tersebut ternyata mendapat sambutan positif.

Para peserta yang terdiri dari Tim Penggerak PKK Desa Tampingwinarno, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Anugerah Tani Makmur, Kelompok Wanita Tani (KWT) Kencana Tani, dan Karang Taruna Tunas Muda, dengan antusias mengikuti dari awal sampai akhir pelatihan.

Dalam pada itu Dr. Ir. Wulan Sumekar, M.S.pakar dan dosen di Undip berkesemapatan menyampaikan materi “Penguatan Kelompok” Wulan  mengatakan bahwa suatu kelompok masyarakat harus dibentuk melalui adanya kesamaan tujuan, kekompakan antar-anggota, dan juga rasa saling percaya di dalam kelompok tersebut.

Agar terbentuk tujuan bersama untuk mengoptimalkan aktivitas perekonomian demi kesejahteraan masyarakat Juga  Agus Subhan Prasetyo, SP, MSi, selaku dosen pembimbing juga mengungkapkan bahwa pembentukan kelompok wirausaha di Tampingwinarno diperlukan dalam revitalisasi peran wirausaha di desa untuk kesejahteraan bersama segenap masyarakat desa.

Baca Juga :  Cetak Petani Muda Kompeten, Kementan Tingkatkan Kapasitas Petugas Kewirausahaan BPP

Seperti diketahui, tepung mokaf pada saat ini sudah mulai dikenal dan mendapat posisi yang cukup kompetitif, sebagai bahan baku pangan lokal. Tepung ini sangat potensial sebagai subtitusi tepung gandung yang nota bene adalah bahan pangan import.

Beberapa kelebihan tepung mokaf dibandingkan dengan tepung gandum antara lain :

  1. Bebas Gluten:  Ini membuatnya menjadi alternatif yang baik bagi orang yang memiliki sensitivitas atau alergi terhadap gluten.
  2. Indeks Glikemik Rendah:  yang berarti makanan yang menggunakan tepung mokaf cenderung memiliki efek yang lebih stabil pada peningkatan gula darah setelah makan.
  3. Sumber Energi Karbohidrat: Tepung mokaf mengandung karbohidrat kompleks yang  memberikan rasa kenyang lebih lama.
  4. Peningkatan Serat:  Serat membantu pencernaan yang sehat dan menjaga perut kenyang lebih lama.
  5. Kandungan Nutrisi Tambahan:  seperti vitamin C, vitamin B6, mangan, dan kalium, yang dapat memberikan manfaat kesehatan tambahan .

Pelatihan ini juga mendapat perhatian yang cukup besar dari kalangan pemerintah dan universitas. Hadir dalam acara ini Ketua Program Studi S1 Agribisnis Universitas Diponegoro, Ir. Kustopo Budiraharjo, M.P., segenap jajaran staf dosen program studi S1 Agribisnis UNDIP.  Jajaran perangkat Desa Tampingwinarno.

Perwakilan dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kendal bahkan berkenan menyampaikan materi tentang diversifikasi pangan.

Masih ada sisa waktu yang cukup panjang. Para mahasiswa tersebut telah  Menyusun road map dalam pengembangan agribisnis singkong menuju Desa Wira Usaha. Mereka akan mengembangkan produksi mokaf.

Mereka juga akan menggarap produk turunan dari industri tepung mokaf tersebut. Misalnya pengolahan limbah tepung dan kulit singkong menjadi pakan ternak. Juga pengembangan budidaya Peternakan nya.

Produk-produk tersebut akan digarap secara kekinian, baik dalam proses produksi serta dalam pemasaran. Kesemuanya akan memanfaatkan Teknologi Informasi dan kekuatan Media Sosial, yang sudah menjadi tuntutan  masa kini.

Baca Juga :  Timor Leste Belajar Ke PEPI, Pelajari Pertanian Modern

Untuk mencapai tujuan kegiatan, Surya dan 12 temannya yang berasal dari Fakultas Peternakan dan Pertanian, Fakultas Ekonomi Bisnis dan Fakultas Teknik Komputer, telah membagi diri menjadi 3 kelompok.

Yaitu Kelompok   Diversifikasi di pimpin oleh Dian Putri, kelompok Digitalisasi dipimpin oleh Fadhil Hadrian dan kelompok   Media dan Pemasaran dipimpin oleh M. Nizam Hanif. Para mahasiswa ini didampingi oleh Agus Subhan Prasetyo, S.P., M.Si.sebagai dosen pembimbing.

Walaupun harus menempuh jarak tak kurang dari 70 km dari kampusnya, anak-anak muda ini merasa puas dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan ini. Karena sambutan dan tanggapan dari warga dan perangkat desa yang positif dan penuh keakraban menyentuh hati mereka.

Para mahasiswa ini dapat menyalurkan semangat pengabdian kepada Masyarakat Desa atas dukungan Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia.

Reporter : Djoko w

 

 

 

 

 

 

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini