Sinar Tani, Jakarta—Akhir-akhir ini viral video ungkapan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman mengenai pendapatan petani milenial Rp 10 juta per bulan. Angka tersebut jauh di atas pegawai biasa yang hanya Rp 3-4 juta per bulan. Dari manakah penghasilan tersebut?
Bagi generasi muda, selama ini dunia pertanian memang bukan ladang usaha yang dianggap menggiurkan. Selain ada kesan sebagai pekerjaan petani yang harus berlumur kotoran dan lumpur, generasi mudah menilai pekerjaan di bidang pertanian tak mentereng dunia usaha lainnya.
Padahal kesan tersebut tak 100 persen benar. Banyak contoh kaum milenial yang kini berkecimpung di dunia pertanian, baik di hulu maupun hilir, hingga produk olahan pertanian, justru hidup lebih mentereng ketimbang yang bekerja duduk di kantoran.
Dengan meningkatkan populasi penduduk dunia, kebutuhan pangan juga akan meningkat, sudah dapat dipastikan potensi dan peluang usaha pertanian terbuka lebar. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir menghadapi ancaman krisis pangan, sehingga banyak negara yang semula menjadi eksportir produk pangan terpaksa lebih mementingkan kebutuhan untuk negaranya sendiri.
Kondisi tersebut juga menjadi latar belakang Kementerian Pertanian yang berusaha menggaet kaum milenial terjun ke dunia pertanian. Salah satunya melalui program pertanian modern. Konsep pertanian modern akan diterapkan di beberapa daerah seperti Kabupaten Merauke, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, serta di sebagian Pulau Jawa.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menilai, Kalimantan dan Papua berpotensi menjadi kekuatan utama dalam tercapainya swasembada pangan di Indonesia yang ditargetkan dapat tercapai dalam tiga tahun kedepan. ”Daerah tersebut akan menjadi cadangan pangan nasional dan membantu menutup defisit, sekaligus menjadi strategi kita untuk mengurangi impor,” katanya.
Hitungan Amran, jika 500 ribu ha bisa digarap dan menghasilkan minimal dua kali panen dengan produktivitas 5 ton/ha, maka akan ada tambahan produksi sebanyak 5 juta ton gabah. Artinya, masalah defisit pangan dapat teratasi. Program ini juga sebagai bentuk keseriusan pemerintah untuk terus mengantisipasi dampak El Nino dan krisis pangan.
Di lokasi pengembangan pertanian modern nantinya seluruh sarana dan prasarana produksi akan terintegrasi dengan teknologi dan mekanisasi. Jadi secara secara sederhana pertanian modern sebagai sistem pertanian yang lebih maju, mulai dari segi teknologi, penggunaan varietas unggul, pengendalian hama dan penyakit, penggunaan alsintan modern, penggunaan alsintan hingga kegiatan panen dan pasca panen.
Baca juga
Lahan Oplah Terendam Banjir, Polbangtan Kementan Turun Tangan di Jambi
Jaga Stabilitas Harga dan Ketahanan Pangan, Polbangtan Kementan Gelar Operasi Pasar Pangan Murah
Kado Indah Idul Fitri 2025, Polbangtan Kementan Naik Peringkat Akreditasi Jurnal