8 Oktober 2024

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

PR Besar Tanaman Pangan di Tahun 2023

Petani padi di Jepang | Sumber Foto:ISTIMEWA

Sinar Tani, Jakarta—Persoalan kecukupan dan ketersediaan pangan tetap menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah di tahun 2023. Apalagi menjelang tutup tahun 2022 sempat ada pro dan kontra mengenai kondisi stok pangan dalam negeri. Persoalan data menjadi awal dari polemik yang terjadi hingga kini.

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengakui, tantangan pangan tahun 2023 semakin sulit. Untuk itu, dirinya mengajak semua jajaran pertanian juga aktif mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi, serta kolaborasi antara pusat, daerah, perbankan dan para stakeholder yang lain. Khususnya dalam menyikapi ancaman krisis pangan dan mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap perubahan iklim.

“Perkuat kolaborasi kita juga dengan digital sistem dan sistem pertanian yang maju. Gerakkan setiap kegiatan dan program yang sudah direncanakan. Saya tahu pasti ini tidak mudah karena memerlukan langkah fokus dan pasti ada tantangan, tidak perlu takut, saya siap backup,” ujarnya.

Mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu juga meminta desain skema pembangunan pertanian untuk komoditi tanaman pangan dibuat dengan inovasi dan terobosan guna mewujudkan reformasi pertanian, intensifikasi produksi, dan peningkatan akses pasar. Sebab dalam menghadapi tantangan global 2023 yang berdampak langsung terhadap sektor pertanian, komoditas pangan tak boleh bersoal namun harus mampu menembus langit.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan, kegiatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada 2023 dilaksanakan dengan langkah besar yang dirumuskan lebih kuat guna mengantisipasi tantangan ke depan. Diantaranya dengan pertanian presisi untuk meningkatkan produksi, efisiensi biaya, ramah lingkungan dan peningkatan income petani.

Ada 10 langkah tanaman pangan presisi 2023 yang Ditjen Tanaman Pangan siapkan yakni, TIK dan indeks pertanaman (IP) 400 atau panen 4 kali setahun, milenial konsolidasi kelompok tani, digitasi poligon lahan CPCL, pemanfaatan benih unggul 6 tepat, penggunaan pupuk organik dan penghematan pupuk kimia.

Baca Juga :  Kembangkan Wirausaha Pertanian, Kementan selenggarakan Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh

Kemudian pemanfaatan biosaka elisitor, mekanisasi hulu-hilir, Pengendalian Hama Terpadu (PHT) ramah lingkungan, panen menekan losses, dan avalis akses KUR. Dengan langkah-langkah tersebut, harapannya Indonesia lumbung pangan dunia 2045 dan Swasembada Padi Berkelanjutan dapat tercapai. ”Tahun ini, selain meningkatkan produksi, kita juga akan mengejar efisiensi biaya produksi,” ujarnya saat Rakernas Dirjen Tanaman Pangan di Depok, Kamis (26/1).

Inovasi Tanaman Pangan

Soal inovasi dan terobosan dalam bidang tanaman pangan, Suwandi mengungkapkan, biosaka menjadi salah inovasi yang lahir atau berasal dari petani. Apalagi, biosaka terbuat dari bahan alami yaitu rerumputan. “Bahan baku biosaka itu dengan mudah didapatkan di lingkungan sekitar dan yang terpenting ini gratis,”  katanya seraya menambahkan, pihaknya terus mendorong petani terus berinovasi dengan terobosan-terobosan baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Suwandi menegaskan, paradigma pembangunan tanaman pangan harus berubah. “Jika kita terus dengan kimia, apakah kita tidak sayang dengan lingkungan? Pertanian organik itu bagus, harganya tinggi, petani yang mau beralih ke organik akan kita bantu dan fasilitasi,” tuturnya.

Suwandi mengakui, berdasarkan data Noah satelit dari Amerika dan gabungan dengan data IRI 2022 yang memprediksi kondisi iklim hingga September 2023 akan terjadi El Nino dan prediksi BMKG yang menyebutkan Agustus-September BMKG akan terjadi kemarau lebih panjang.

“Memang ini ramalan ke depan, sekarang apa yang harus dilakukan. Biasanya habis musim hujan, musim kemarau. Jadi kita harus bisa mengantisipasi ancaman iklim ekstrim. Jadi saya minta dinas tolong mapping daerah langganan banjir, langganan kekeringan, langganan serangan hama penyakit dipetakan masing-masing daerah,” tuturnya.

Selain itu Suwandi juga meminta Pemda untuk menyiapkan Brigade Dampak Perubahan iklim dan OPT, kemudian membangun early warning system mitigasi dan adaptasi. Bukan hanya itu, ia juga mengingatkan agar petani menggunakan benih varietas unggul. ”Kalau musim kemarau, gunakan benih tahan kering dan musim hujan dengan benih yang tahan genangan,” ungkapnya.

Baca Juga :  Kementan Galakkan Genta Organik sebagai Solusi Pupuk Mahal

Hal lain yang juga wajib mendapat perhatian menurut Suwandi adalah saluran air dan sumber-sumber air, termasuk embung, pemanfaatan mekanisasi pra panen dan pasca panen. Untuk daerah yang langganan dampak perubahan iklim, ia juga meminta daerah untuk mempercepat dan mengajak petani menjadi peserta Asuransi Usaha Tanaman Padi.

“Tolong pertahankan swasembada padi beras berkelanjutan. Kita tidak ada impor lagi dan maunya surplus. Arahan Wapres, Pak Menteri sudah clear, produksi naik, surplusnya juga harus naik. Jadi ada dua, produksi naik, surplusnya juga harus naik,” tegasnya.

Reporter : Echa

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini