SINAR TANI, Bekasi — Bertani tak lagi identik dengan kerja berat di bawah terik matahari! Kementan kini mengajak anak muda terjun ke pertanian modern dengan teknologi canggih demi wujudkan swasembada pangan nasional.
Dulu, jadi petani identik dengan cap “orang tua”, panas-panasan di sawah, dan kerja berat.
Tapi zaman sudah berubah! Kini, anak muda justru jadi ujung tombak pertanian modern.
Kementerian Pertanian (Kementan) pun tak tinggal diam. Lewat berbagai inovasi, mereka mengajak generasi muda untuk turun ke sawah—bukan dengan cangkul, tapi dengan teknologi canggih!
Dalam rangka mewujudkan swasembada pangan, Kementan menggelar koordinasi strategis di Pebayuran, Kabupaten Bekasi, pada 20 Februari 2025.
Acara ini dihadiri oleh Tenaga Ahli Menteri Astu Unadi, Brigjen TNI Ade Prasetya Nurdin, serta Imam Wahyudi.
Tujuan utama? Menjadikan pertanian lebih menarik bagi anak muda!
Faktanya, tantangan terbesar saat ini adalah minimnya minat generasi muda di dunia pertanian.
Sawah dianggap “nggak keren” dan kurang menjanjikan.
Padahal, dengan mekanisasi pertanian, penguatan agribisnis, dan sistem yang lebih modern, bertani justru bisa jadi bisnis menggiurkan!
Tak main-main, Kementan bahkan menggandeng TNI untuk sektor padi dan Polri untuk pengembangan jagung.
Ada 1,2 juta hektare lahan potensial untuk jagung yang harus dimaksimalkan agar Indonesia tak bergantung pada impor.
Fluktuasi suhu, curah hujan tak menentu, hingga cuaca ekstrem bisa meningkatkan risiko gagal panen.
Untuk itu, Kementan mendistribusikan pompa air guna memastikan ketersediaan air di lahan pertanian.
Tapi, infrastruktur saja tak cukup! Perlu SDM berkualitas yang siap menghadapi tantangan zaman.
Maka dari itu, mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor pun diterjunkan langsung ke lapangan untuk praktik kerja lapangan (PKL).
Dengan begitu, mereka tak hanya belajar teori, tapi juga langsung mengaplikasikan keahlian di dunia nyata.
Sinergi antara pemerintah, akademisi, dan petani menjadi kunci dalam membangun sektor pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan. Kini, bertani bukan lagi pekerjaan “terpaksa”, tapi bisa jadi pilihan karier yang menjanjikan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa ketahanan pangan adalah hal yang tak bisa ditawar. Perubahan iklim dan krisis geopolitik bisa berdampak pada ketersediaan pangan nasional.
“Pemerintah melakukan percepatan program swasembada untuk menjaga ketahanan pangan nasional di tengah ancaman perubahan iklim dan krisis geopolitik,” kata Mentan.
Senada dengan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyoroti ancaman perubahan iklim terhadap sektor pertanian.
“Pompa air ini sangat penting untuk memastikan ketersediaan air di lahan pertanian,” ujar Santi.
Jadi, masih mau bilang bertani itu kuno? Dengan teknologi, mekanisasi, dan dukungan penuh dari Kementan, pertanian justru bisa jadi masa depan yang gemilang bagi generasi muda!
Baca juga
Cetak Mahasiswa Jadi Pengusaha Sukses, Polbangtan Kementan Gandeng PT Mandiri Banana Indonesia
Demi Ketahanan Pangan, Polbangtan Kementan Turun Gunung ke Jambi Genjot LTT dan Oplah
Polbangtan Kementan Perkuat Koordinasi dengan Pendamping Brigade Pangan di Muaro Jambi