SINARTANI.COM, Aceh – Umumnya pedagang ikan keliling di Banda Aceh diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di laut, dilakukan oleh pria.
Tapi yang menarik adalah seorang ibu rumah tangga, bernama Kakna warga Kuta Cot Glie, Aceh Besar dengan sepeda motornya menjajakan ikan gabus, ikan mas dan lobster air tawar hingga ke Banda Aceh.
“Saya ambil untung dari ikan dan lobster berkisar Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram. Kalau Bapak ada acara boleh pesan ikan segar bisa melalui WhatsApp. 082228588184,” ujar Kakna kepada tabloidsinartani.com.
Alhamdulilah dari usahanya tersebut Kakna bisa memperoleh keuntungan Rp 150 ribu per hari dan bersih Rp 100 ribu setelah isi bensin dan makan siang.
Setiap hari Kakna mulai berangkat jam 9 setelah menyiapkan sarapan dan mengantar anaknya ke sekolah.
Ida Maulidar yang disapa Kakna ini setiap hari harus menempuh jarak puluhan kilometer dari tempat tinggal nya menuju ke Banda Aceh. Pasalnya, dia tinggal di gampong Bak Sukon kecamatan Kuta Cot Glie, kabupaten Aceh Besar.
Selain berjualan ibu satu ini juga bertani dengan menyewa sawah orang seluas 0,75 ha dan membayar sewa 200 kg per sekali panen.
“Dari penghasilan bertani cukuplah buat makan,” ujarnya.
Suaminya bekerja serabutan sebagai tukang bangunan penghasilan nya pas pasan.
Selain itu kami memilki 3 anak, yang sulung bernama Suci Amanda kelas 1 SMP, yang kedua Rajul Yusra kelas 2 SD dan yang bungsu masih bayi berumur 3 tahun.
“Jadi saya berjualan untuk membantu ekonomi keluarga,” sambungnya.
Saya hanya sekolah dasar di Dayah Kumbang Rambong Beureunun – Pidie.
Kemudian tahun 2009 merantau ke Banda Aceh.
Ia merasa sedih ketika anaknya minta dibelikan sepeda agar tidak perlu dijemput jika dagangannya hingga siang belum habis.
“Karena anak saya tidak ada yang jemput dan terpaksa pulang sendiri dengan berjalan kaki hingga 2 kilometer,” tuturnya.
Sedangkan anaknya yang sulung di Dayah juga perlu biaya dan uang jajan.
Harapannya agar anaknya bisa bersekolah lebih tinggi jangan seperti dirinya, hanya tamat SD. Namun apa nyana ibarat nasi sudah menjadi bubur. Pasalnya kelas 6 SD dia sudah tidak melanjutkan sekolah lagi karena faktor biaya.
“Saya berharap kepada anak-anak yang sekolah agar jangan sia-siakan waktu. Manfaatkan waktu untuk masa depan yang lebih baik,” ucapnya dengan air mata berkaca.
*Abda*
Penuhi Permintaan Pasar, Produsen Kacang Oven Cilacap Terkendala Bahan Baku
Karena Hobi, Generasi Kedua Anggrek Bayeman Tetap Bertahan
Skin Care Ramah Lingkungan Persembahan Ruri