Sinar Tani, Salatiga — Dilapak durian yang berada di tepi jalan lingkar utara Salatiga Km 1, Anda tidak akan menekukan durian ternama seperti montong, petruk apalagi musangking. Ya, dilapak durian Herry yang tidak pernah sepi pembeli ini hanya menjual durian lokal yang tidak jelas nama varitas atau jenisnya, tapi jelas mencantumkan nama desa asal durian itu dihasilkan yaitu Brongkol.
Herry atau biasa disapa Om Herry ini memang hanya menjual durian dari Desa Brongkol. Karena itu ia memberi nama lapaknya “Durian Brongkol” yang dalam satu tahun hanya berjualan durian selama 5 bulan.
“Tujuh bulan lainnya saya gunakan untuk jalan-jalan mencari ilmu.” katanya.
Lapak durian Brongkol om Herry memang beda. Walau terbuat dari bahan-bahan sederhana, tetapi lapak tersebut cukup luas dengan dilengkapi kursi dan menja tebal untuk melayani pembeli yang ingin makan ditempat.
Bukan rahasia lagi bila membeli durian dilapak-lapak tepi jalan, bagai membeli kucing dalam karung. Sering kita terkecoh, durian yang dipilih memiliki bentuk bagus, berbau harum, namun sesampai dirumah dibelah ternyata hambar bahkan kadang masih mentah.
Membeli durian di lapak Durian Brongkol, kita tinggal minta dicarikan durian yang sesuai keinginan, mau yang rasa manis ada pahitnya sedikit, legit, daging tebal isi kecil, Om Herry dibantu mbak Leni akan mencarika buah durian yang sesuai dengan permintaan.
Bila ternyata tidak sesuai, durian tersebut tidak perlu dibayar alias gratis, dan akan dicarikan ganti buah durian lain yang sesuai.
Jaminan rasa tersebut tidak hanya berlaku bagi pembeli yang makan ditempat. Bagi pembeli take away pun, apabila setelah dibelah ternyata tidak sesuai, tetap akan diganti. Cukup membawa bukti foto.
Untuk memperkuat jaminan tersebut, disegala arah pandang lapaknya, om Herry banyak memasang tulisan “ Tidak manis ..gratis”
Harga durian Brongkol di lapak Om Herry bervariasi, mulai dari Rp 50.000, Rp 60.000, Rp 80.000 sampai Rp 100.000,- per butir. Bahkan lapak ini juga menjual durian lokal super, yang kata si penjual memiliki citarasa yang tidak kalah dengan durian Musangking dengan harga Rp 200.000 per butir.
Om Herry mengaku sudah 8 tahun berjualan durian dilokasi tersebut. Sehari lapaknya rata-rata dapat menjual 200 butir, bahkan bila hari Minggu dapat mencapai 400 sampai 500 butir.
Ditanya tentang keuntungan berdagang durian, pria yang sudah menyelesaikan pendidikan S2 pada tahun 1990 an tersebut dengan santai mengatakan setiap musim durian, bisa membeli mobil.
“Saya bisa membeli 3 mobil seperti itu,” katanya sambal menunjuk sebuah mobil.
Mobil yang ditunjuk tersebut adalah mobil sejuta umat tahun 2012..Wah..
Durian Brongkol
Brongkol adalah sebuah desa di kecamatan Jambu, kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Berada di kaki Gunung Kelir, sebuah gunung kecil di sebelah utara Gunung Telomoyo,
Desa Brongkol dikenal sebagai desa penghasil durian, banyak pohon durian didesa Brongkol yang sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun. Musim buah durian di desa Brongkol sekitar bulan Januari, Ferbruari dan Maret.
Sudah tentu tanaman-tanaman durian peninggalan kakek atau kakek buyut warga desa Brongkol adalah durian lokal. Walaupun sama-sama berasal dari Desa Brongkol, namun buah durian disana memiliki bentuk, warna kulit buah, warna buah, hingga rasa yang berbeda. Bahkan ada juga yang memberi nama jenis-jenis durian tersebut seperti durian budeg (tuli) hingga durian plengkang.
Beberapa petani durian muda didesa ini ada yang telah menanam durian unggul nasional, yang bibitnya mudah didapat. Ada yang menanam langsung bibit jadi, ada juga yang mencoba menyambung sendiri. Batang bawah memakai durian local yang sudah terbukti cocok. Batang atas memakai tunas durian unggul yang enak rasanya.
Reporter : Djoko W
Baca juga
Pasar Lapak Petani Cilacap, Solusi Segar Pangan Lokal
Mora Lubis, Bawa Lidi Sawit ke Pasar Internasional
Alumni Polbangtan Fikri Immanuddin, Buktikan Bisnis Pakan Menjanjikan