Sinar Tani, Batu Malang – Kokedama atau bola lumut yang berasalah dari negara Sakura Jepang memang belum banyak dikenal masyarakat. Namun seni menanam ini menjadi usaha yang menjanjikan bagi Dwi Lili Indayani dan Kharisma. Bukan hanya diminati pasar dalam negeri, Kokedama ala pengusaha asal Batu Malang ini sempat masuk ke pasar Malaysia.
Keindahan seni tanaman Kokedama memikat Dwi Lili Indayani dan Kharisma untuk memperlajari dan menjadikannya sebagai usaha. Kokedama merupakan seni menanam yang menempatkan tanaman dalam bola tanah kemudian membungkusnya dengan moss (lumut) lalu mengikatnya dengan tali.
Diceritakan Kharisma, usaha kokedama yang digeluti berawal dari keinginan Dwi Lili Indahyani yang merupakan lulusan fakultas pertanian untuk memberikan souvenir perningkahan yang berhubungan dengan pertanian, unik, simple dan mudah dibawa.
“Mbak Lili ingin souvenir yang ada hubungannya dengan pertanian, tapi kalau souvenir itu dibawah tamu ke luar pulau tidak merepotkan, kalau ada tanahnya tentunya menjadi sulit diperjalanan, apalagi kalau naik pesawat udara. Akhirnya mencari informasi teknik pertanian dari negara Jepang yaitu kokedama/bola lumut,”tutur Kharisma.
Kokedama yang dikembangkan, menggunakan bahan yang berbeda dari aslinya. Bila di negara asal menggunakan lumut, Kokedama dari Batu Malang ini menggunakan sabut kelapa sebgai media tanamnya.
“Karena sulit menemukan lumut dan stok sabut kelapa yang melimpah membuatnya digunakan untuk media tanam.” Tambahnya.
Selain itu, Kokedama dari Batu Malang ini juga memanfaatkan batok kelapa dan tali rotan sintetis yang didapat dari limbah potongan pembuatan kursi sebagai pernak pernihnya.
Kharisma mengatakan sampai saat ini masih banyak warga yang belum tahu kalau pembuatan kokedama dilakukan secara handmade dan membutuhkan keahlian khusus.
“Tidak semua orang telaten dan bisa membuat kokedama, walau dibilang kelihatannya mudah tapi faktanya sulit, Sekarang masih ada tiga karyawan yang bisa telaten membuat kokedama, terkadang ada yang bentuknya tidak sempurna atau kempos seperti bantal,”paparnya.
Masih banyaknya msyarakat yang belum mengetahui Kokedama dan harga yang relative mahal membuat pemasaran produk Kokedama membutuhkan kerja yang ekstra. Selain memanfaatkan berbagai platform pemasaran digital, pelatihan membuat kokedama juga menjadi salah satunya.
“Sampai saat ini sudah dilaksanakan pelatihan membuat kokedama, alat dan bahan yang digunakan selama pelatihan disediakan, mulai dari tanaman, pupuk, limbah, serabut kelapa, benang jahit, dan benang wol,” ungkapnya.
Pemasaran secara offline juga dilakukan yaitu melalui outlet di beberapa kota seperti Kota Batu, Surabaya hingga Jakarta. Harga yang ditawartkan mulai dari Rp 65 ribu hingga 100 ribu.
Walaupun terkesan ekslusif dan mahal namun peminat Kokedama tetap ada. Bahkan, sebelum pandemic sudah dilakukan 3 kali pengiriman Kokedama asal Batu Malang ke Malaysia.
Penbuatan Kokedama
Yunita salah satu pengrajin Kokedama mengatakan Kokedama pada dasarnya ada;ah tanaman polibag atau pot biasa yang kemudian tanaman itu dibuat bersifat kecil,
“Awalnya dari tanaman hias biasa yang kecil, bukan yang besar kemudian medianya kita kemas, kita kasih inovasi atau kreativitas berupa serabut kelapa murni,”tutur Yunita.
Pengrajin lain yaitu Dzaky menambahkan, setelah di balut sabut kelapa kemudian diikat dengan benang jahit dengan warna menyerupai sabut kelapa.
“Kemudian dibentuk menyerupai bentuk bola yang bulat, untuk lebih mempercantik penampilannya, Kokedama diberi tali rotan sintetis dengan pola seperti anyaman,”tambah Dzaky.
Agar lebih mudah, Dzaky mengatakan proses pembuatan Kokedama dibagi dua tim/ Yiaut yang membuat bulatan dan membuat antaman.
“Yang membuat bulatan bulatannya itu lebih khusus dari yang membuat anyaman karena itu perlu yang sudah terlatih bertahun-tahun,” jelasnya.
Tanaman yang bisa dibuat Kokedama mempunyai karakteristik yang berbeda, pertama tanaman tidak besar perakarannya, cenderung bukan yang berbentuk batang keras karena daunnya akan mudah rontok.
“Jenis tanaman aglonema, sansivera, bambu cina, lebih mudah perawatannya biasanya hanya perlu penyiraman 1-2 kali dalam seminggu. Bahan serabut kelapa sudah sangat membantu untuk mempertahankan air di dalam media tanaman kalau tanaman itu disiram seminggu sekali masih bagus,”paparnya.
Dzaky menuturkan, perawatan Kokedama lebih menyesuaikan pada jenis tanamannya, cukup disiram seminggu sekali menggunakan air biasa dengan cara dicelupkan atau disuntik.
“Kendalanya biasanya terlalu kebanyakan air atau kurang air karena memang setiap tanaman karakteristiknya berbeda, solusinya memang harus paham jadi tidak terlalu banyak air atau saat menyelupkan dikurangi waktunya, “ ujarnya.
Reporte : Soleman
Penuhi Permintaan Pasar, Produsen Kacang Oven Cilacap Terkendala Bahan Baku
Karena Hobi, Generasi Kedua Anggrek Bayeman Tetap Bertahan
Skin Care Ramah Lingkungan Persembahan Ruri