Sinar Tani, Tangerang—Bertani hidroponik memiliki banyak kelebihan dibanding pertanian konvensional. Namun tingginya modal awal yang harus dikeluarkan membuat calon petani harus berfikir ulang. Di tangan Kunto Herwibowo pemilik Keboen Hidroponik’koe, modal awal dalam bertani hidroponik dapat ditekan tanpa mengurangi kualitas sayur yang dihasilkan.
Bagi Kunto, hidrponik merupakan salah satu sistem pertanian yang sangat menakjubkan. Dengan budidaya hidroponik, petani bisa mendapatkan berbagai kelebihan dibandingkan pertanian konvensional. Pertama, hasil panen lebih banyak. Hitungannya, tiap 1 meter persegi hidroponik bisa menghasilkan sayur sekitar 5 kg, sedangkan pertanian konvensional hanya 800 gram.
Kedua, semua investasi yang dikeluarga petani saat budidaya hidroponik akan kembali. Misalnya, invetasi rockwool dan nutrisi yang diserap akar akan ditimbang dan dihitung, serta dimasukkan ke harga jual produk. Nah, Kunto menghitung, rata-rata dari 1 kg sayur hidroponik, sayurnya hanya 800 gram, sisanya yang 200 gram adalah akar.
Kelebihan lainnya menurut Kunto, pertumbuhan sayur hidroponik lebih cepat dibanding konvensional. Hal itu tejadi karena asupan nutirisi di hidroponik terjamin. Untuk harga sayur hidrponik pun cukup tinggi dengan minimal harga di tingkat petani Rp 15-20 ribu per kg.
“Kalau di pertanian itu yang kita perlukan adalah kualitas hasil, kwantitas, dan kontinuitas produk ke pasar. Semua itu bisa dan ada di pertanian hidroponik,” ungkap pria yang sudah belasan tahun bergelut di pertanian hidroponik ini.
Alumni Institut Teknologi Indonesia (ITI) jurusan Mekanisasi Pertanian yang banting setir menjadi petani ini mengatakan, sebelum memulai terjun ke pertanian hidroponik paling tidak petani harus mengerti ilmu dasar hidroponik. Mulai dari sistem hingga nutrisi yang dibutuhkan untuk tanaman.
“Menurut saya hidroponik itu merupakan rekayasa budidaya pertanian. Dengan melakukan rekayasa pada nutrisi yang dibuat untuk asupan tanaman, para petani bsia mementukan tekstur, rasa, dan warna tanaman,” ungkanya.
Karena itu, Kunto menyarankan, petani atau siapa saja yang ingin terjun bertani hidroponik bisa belajar mengenai formulasi nutrisi. Itu semua bisa dilakukan secara otodidak dan belajar dari mereka yang sudah berpengalaman dibidang hidurponik.
“Ilmu nutrisi bisa didapat dari berbagai media, bahkan di youtube banyak. Asalkan sudah mengetahui fungsi setiap unsur. Misalnya, kalium untuk apa, fosfat untuk apa, nitrogen dan lain-lain, belajar nutrisi akan lebih mudah namun memang memerlukan waktu untuk mempelajarinya,” ujar pria yang pernah gagal di usaha budidaya lele ini.
Reporter : Herman
Diakui Apkasindo, Prof. Rachmat Pambudy Jadi Bapak Motivator Petani Sawit
Ai Awang Hayati: Sukses Membawa Kopi Sumedang Mendunia
Eks Bos ASABRI, Wahyu Suparyono, Kini Pimpin Bulog!