Sinar Tani, Bandung—Anggrek berbagai jenis memenuhi halaman rumah Dokter Usep yang asri, mulai dari yang masih bayi dengan beberapa sulur baru sampai yang setinggi 2 meter dengan bunga meriah. Usep, seorang dokter di usia senjanya menekuni anggrek dengan sepenuh hatinya.
Tidak hanya paham istilah kedokteran, dokter berusia 77 tahun yang kembali membagi ilmunya di Universitas Islam Bandung (Unisba) ini sesudah pensiun dari Universitas Pajajaran, terus mengikuti perkembangan dunia anggrek dari rumah pribadinya di kawasan Cisitu Indah, Kota Bandung.
Bukan hanya hafal istilah kedokteran, Usep jug hafal nama-nama Latin berbagai jenis anggrek, penyakit dan pupuk atau obatnya, termasuk kelakuan masing-masing anggrek-anggreknya. “Saya terus membeli anggrek setiap menemukan jenis baru dari yang paling murah sampai yang paling mahal dengan separoh honor saya mengajar,” katanya sambil tertawa renyah.
Usep yang dikenal sebagai ustadz di kalangan sejawatnya dokter-dokter UNPAD angkatan 1967 memang gila anggrek. Tidak hanya mencintai sepenuh hatinya, bahkan ia tidak pernah membuang anggreknya karena sakit atau hampir mati. Dengan telaten ia mengobati, menyirami dan sabar menunggu sampai anggreknya tumbuh sehat, serta berbunga kembali.
Falsafah seorang dokter untuk membantu menyembuhkan orang sakit diterapkan pada anggreknya. Kenikmatannya adalah melihat anggreknya tumbuh berkembang. Bukan menikmati bunga yang sudah mekar subur yang banyak dijual di toko yang ia sebut sebagaai anggrek hibrid.
Kenikmatannya adalah pada proses yang ia lakukan sendiri membesarkan dan menyehatkan. Kenikmatan memelihara itu akan dibayar oleh anggreknya pada saat tanaman itu mulai keluar akar, daunnya mulai hijau dan tebal, pohonnya sedikit demi sedikit tegak dan sehat memberikan hadiah bunga indah kepadanya. Itulah yang dinikmati Usep yang bernama lengkap Dokter Usep Abdullah.
Usep tertawa lebar ketika disadarkan bahwa ia seorang dokter yang terbiasa berusaha membantu menyembuhkan orang sakit. “Allah yang menyembuhkan, saya hanya membantu melakukan sesuatu,” katanya.
Berbagai Daerah
Istimewanya anggrek Kang Usep ini berasal dari banyak daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri. Misalnya, Anggrek Papua yang dikenal dengan Anggrek Besi tegak berdiri menjulang dengan menebar bunga kuning yang indah. Bunga yang menempel di pohon pinus yang tinggi bunganya menjuntai.
Ada pula anggrek yang baru berbunga sesudah menunggu delapan tahun. Ada anggrek yang bunganya wangi, ada juga yang bau kurang enak, seperti yang keluar dari Anggrek Dasi.
Di bagian samping rumahnya yang langsung disinari matahari penuh ada beberapa pohon Anggrek Gurun yang tumbuh di beberapa pot berisi pasir dan jarang disiram air. “Wallahualam apakah betul dari gurun atau hanya namanya saja. Yang jelas kalau banyak disiram akarnya akan membusuk. Pernah berbunga tiga kali berbunga dengan bunga berbeda,” katanya dengan wajah penuh kebahagiaan.
Harga beli anggrek-anggrek Kang Usep berkisar dari yang murah sekitar ratusan ribu sampai puluhan juta. Tapi Usep tak ada keinginan untuk mengkomersilkan kegiatannya. Ia hanya berniat memelihara, memperbanyak setiap jenis anggreknya, membesarkan, lalu membagikan anggreknya secara cuma-cuma kepada teman dan sahabatnya.
Kang Usep merasa telah cukup diberikan rezeki oleh Allah. Kegiatan memelihara anggrek ini adalah kebahagiaan pribadi. Saya menekuni tanpa menjadikan sebagai sumber penghasilan. Ia lebih memilih untuk berbagi dengan sahabat, berkomunikasi dan besilaturahmi dengan sesama pencinta anggrek di seluruh tanah air.
Kang Usep mengajak berkeliling menunjukkan anggrek-anggreknya. Memelihara anggrek itu melatih kesabaran dan ketekunan, karena anggrek baru berbunga sesudah kita menunggu lama. Sedangkan bunganya bisa layu hanya dalam waktu semalam, tapi ada juga yang tetap segar selama berbulan-bulan, kata Usep menutup bincang-bincang di tepi kolam renangnya yang indah
Ai Awang Hayati: Sukses Membawa Kopi Sumedang Mendunia
Eks Bos ASABRI, Wahyu Suparyono, Kini Pimpin Bulog!
M. Ansar, Penemu Biosaka Kini Hadirkan N Level 1