Sinar Tani, Banjarnegara—Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan (P4S) Artha Tani, Banjarnegara menjadi salah satu contoh bagaimana petani berhasil mengelola lahan pertanian dengan efisien dan efektif. Bagaimana triknya?
Sunarko, sang Ketua P4S Artha Tani hanya tersenyum tipis saat ditanya tentang rahasia di balik keberhasilan kelompoknya mencapai hasil panen yang unggul dibandingkan petani lain di Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah. “Kuncinya ada pada pertanaman Jarwo dengan parit keliling dan kehadiran refugia yang kami sebut Jarwo Riting Plus Plus,” ucapnya kepada Tabloid Sinar Tani, beberapa waktu lalu.
Sunarko, yang merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengakui, selama ini petani di daerahnya kerap mengeluhkan serangan hama pada tanaman padi. Setelah mendapat bimbingan dari penyuluh pertanian, dirinya kemudian menerapkan sistem budidaya jajar legowo (Jarwo).
”Budidaya Jarwo sebenarnya khas Banjarnegara yang dikembangkan Kepala Dinas Pertanian bernama Jarwo. Tapi kemudian saya memodifikasi menjadi Jarwo Riting,” katanya. Untuk metode tanam Jarwo, Sunarko memodifikasi yang sebelummnya Jarwo 2:1 menjadi 1:4. Modifikasi tersebut ternyata berdampak cukup baik terhadap pertumbuhan tanaman padi dengan peningkatan produktivitas.
Sedangkan riting ungkap Sunarko, merupakan singkatan parit keliling. Keberadaan parit ini untuk menghambat hama keong mas yang kerap masuk ke lahan petani saat musim hujan. Kemudian ia berpikir untuk membuat parit di sekeliling lahan agar hama keong mas mengalir terbawa air atau menepi ke pematang. “Fungsi parit ini juga untuk memudahkan pengaturan air di lahan,” tambahnya.
Selain membuat parit, Sunarko pun menanami sekitar lahan dengan tanaman bunga (refugia) dan sayuran. Tanaman refugia berfungsi untuk mengendalikan hama wereng, menjadi habitat bagi predator alami dan memberikan keindahan pada lahan pertanian sehingga petani senang berada di sawah, bahkan bisa menjadi tempat wisata sawah.
Tak berhenti sebatas inovasi Jarwo Riting Plus, Sunarko pun mengembangkan menjadi Jarwo Riting Plus Plus dengan menempatkan rumah burung hantu (Rubuha) di lahan pertanian. Selama ini menurut Sunarko di wilayahnya memang banyak burung hantu yang tinggal di pohon-pohon sekitar lahan pertanian. ”Keberadaan Rubuha membuat burung hantu tertarik tinggal di Rubuha. Burung hantu selama ini menjadi pemangsa utama hama tikus,” katanya.
Dengan inovasi Jarwo Riting Plus Plus, Sunarko menganggap menjadi solusi terbaik untuk meningkatkan hasil panen padi. Jarwo merupakan teknologi unggulan dari P4S Artha Tani yang telah dikembangkan sejak tahun 2017. “Keempat komponen tersebut harus diterapkan secara keseluruhan agar khasiatnya terbukti. Jarwo Riting Plus Plus memberikan manfaat dalam pertumbuhan tanaman yang sehat, kuat, dan mengurangi kerugian hasil panen,” tuturnya.
Dengan inovasi Jarwo Riting Plus Plus ini, P4S Artha Tani telah dikenal masyarakat petani. Bahkan, mereka kini menyelenggarakan pelatihan dengan sistem magang bagi kelompok tani, hobiis, dan mahasiswa dari perguruan tinggi. Pihaknya juga Kami telah melakukan MOU dengan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, khususnya Fakultas Pertanian.
Kegiatan P4S Artha Tani bukan hanya teknik budidaya padi Jarwo Riting Plus Plus, tapi juga pelatihan pembuatan pupuk organik, pestisida alami, budiaya jagung dan kedelai, budidaya tabulampot dan sayuran. “Kami juga mengajarkan cara cepat pembuahan tanaman dan berbuah diluar musim,” katanya. PWS Artha Tani juga memfasilitasi Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kecamatan Susukan
Baca juga
Mentan Amran Terharu Raih Penghargaan UNS: Saya Tak Akan Sampai di Sini Tanpa Ibu
Mengenal Fauzan, Mahasiswa Inspiratif dari Polbangtan Kementan yang Aktif di Kampus dan Sosial
Koperasi KBMI, Angkat Potensi Kelor