Sinar Tani, Bawen — Pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) dan pemasaran produk pangan organik menjadi dua program prioritas utama yang akan dilaksanakan Maporina (Masyarakat Petani dan Pertanian Indonesia) Jawa Tengah pada tahun 2025.
Keputusan tersebut diambil dalam rapat kerja yang berlangsung Kamis (20/12) di Villa “Bonheur MMXXIV” di kompleks Kebun Hortimart, Bawen, Kabupaten Semarang.
Rapat ini dipimpin langsung oleh Ketua Umum Maporina Jawa Tengah, Ir. Aris Budiyono, dan dihadiri pengurus inti organisasi.
Dua isu besar yang dibahas adalah solusi untuk permasalahan sampah yang semakin pelik dan pengembangan agribisnis berbasis organik.
“Masalah sampah telah menjadi isu yang memusingkan hampir semua pemerintah daerah di Jawa Tengah, baik di tingkat kabupaten maupun kota,” ujar Ketua Bidang Kerja Sama Antar Lembaga Maporina, Wibawa Handaka,
Ia menjelaskan bahwa banyak TPA di Jawa Tengah telah kelebihan kapasitas, mengancam keselamatan warga sekitar dan merusak lingkungan.
Untuk itu, Maporina menawarkan solusi berupa Paket Pengolah Limbah Sampah yang meliputi mesin pemilah dan teknologi pengolahan sampah.
“Sampah bukan lagi masalah, melainkan bisa menjadi berkah bagi masyarakat,” tegas Wibawa.
Sampah organik hasil pengolahan akan diubah menjadi pupuk organik yang dapat mengembalikan kesuburan tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang.
Komitmen Maporina
Jika pengelola mengalami kesulitan dalam memasarkan produk pupuk atau pangan organik, Maporina siap bertindak sebagai offtaker.
“Kami siap membeli semua produk yang diolah sesuai standar teknologi yang disepakati, dengan harga yang telah ditentukan,” ujar seorang pengurus yang juga pengusaha pupuk organik.
Sementara itu Wakil Ketua Dewan Pengawas Maporina, Ir. Djoko Sutrisno, M.Si., menekankan pentingnya konsolidasi dengan pelaku utama pertanian organik di Jawa Tengah.
“Kami akan menginventarisasi dan berkoordinasi dengan petani serta kelompok tani untuk mendorong agribisnis organik yang tepat sasaran,” ujarnya.
Djoko juga menyebutkan bahwa pelaku agribisnis organik yang harus dirangkul mencakup sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Pada kesempatan yang sama, pengurus bidang rantai pasok dan perdagangan, Yudit mengungkapkan bahwa upaya pemasaran produk organik seperti beras, sayuran, dan buah-buahan sehat telah dilakukan.
“Kami sudah bekerja sama dengan kelompok tani di Jawa Tengah dan memiliki dua outlet yang melayani pembelian serta penjualan produk organik,” katanya.
Reposisi Pengurus
Selain membahas program kerja, rapat juga memutuskan reposisi kepengurusan Maporina Jawa Tengah periode 2022–2027, mengingat beberapa pengurus sebelumnya meninggal dunia atau sakit.
“Reposisi ini diharapkan membuat organisasi lebih dinamis di sisa waktu tiga tahun ke depan,” jelas Aris Budiyono.
Berkas reposisi akan segera dilaporkan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Tengah untuk mendapatkan pengesahan resmi.
“Hal ini penting untuk mendukung keberlanjutan organisasi,” imbuh Fx. Supardiman, yang kini menjabat sebagai Sekretaris Maporina Jawa Tengah.
Fasilitas Hortimart untuk Mendukung Kegiatan Maporina
Dalam kesempatan itu, pemilik Kebun Hortimart, Budhi Darmawan, menyatakan dukungannya terhadap Maporina dengan menyediakan fasilitas di Hortimart untuk kegiatan organisasi.
Rapat kerja ini menjadi momentum penting bagi Maporina Jawa Tengah untuk merancang langkah konkret dalam mengatasi tantangan lingkungan sekaligus mendorong pengembangan agribisnis organik yang berkelanjutan.
Reporter : Djokowi
Assalamu’alaikum WW.
Selamat siang
Selamat beraktifitas mulia unah sampah jadi berkah dan ketahanan pangan berbasis organik di NKRI khususnya Jawa Tengah.
Mohon ijin mengenalkan diri, Prof. Dr, Ir. Harsisto. M. Eng lengkapnya bisa tanya mbah google.. Harsisto Sardjuri dr anak petani jadi prof,
Saya pribadi masih aktif di BRIN sd 2026.
Punya program mbangun desa NKRI berbasis inovasi dan kearifan lokal.. Lagi cari mitra,