Sinar Tani, Luwu Utara — Magang di Jepang yang dilakukan Abdan Baso memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang berguna. Berbekal hal tersebut, Pemuda asal Kecamatan Malangke Barat (Malba), Kabupaten Luwu Utara ini ingin menerapkan system pertanian terpadu di desanya.
Hal tersebut disampaikan Abdan Baso pada Peresmian Rehabilitasi BPP Malangke Barat yang juga dihadiri Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani.
Pria yang akrab disapa Baso ini mencoba mengembangkan sebuah sistem pertanian – peternakan terintegrasi, dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan untuk ternak serta limbah peternakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.
“Saya ingin mengembangkan pola integrasi pertanian dan peternakan, utamanya terkait limbah pertanian dan peternakan agar ke depan semua limbah dapat dimanfaatkan, sehingga tak ada lagi limbah yang tidak dimanfaatkan,” tuturnya.
Ia menyebutkan, pola atau sistem pertanian terintegrasi saat ini dinilai sangat menguntungkan masyarakat petani, utamanya pertanian dan peternakan, lebih khusus lagi yang terkait dengan pemanfaatan limbah pertanian dan limbah peternakan.
“Pola integrasi peternakan – pertanian, atau ternak dan tanaman, ini dinilai sangat menguntungkan petani kita karena dapat memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan dan limbah peternakan sebagai pupuk organik,” ucap Baso.
Alumnus Unhas ini mengungkapkan, ide pengembangan integrasi pertanian – peternakan itu didapatkan usai mengikuti magang selama satu tahun di Jepang pada 2022 kemarin, tepatnya di Perusahaan Tomioka Egg Farm Hashimotoshi, Prefektur Wakayama, Jepang, sebuah perusahaan di Negeri Matahari Terbit yang bergerak di sektor peternakan ayam.
Baso mengatakan bahwa petani dan peternak, khususnya mereka yang berusia muda atau bahasa kerennya, petani dan peternak milineal, tentu memiliki peran yang sangat besar dalam menunjang pembangunan pertanian dan peternakan. Tak salah kemudian ia menyasar para pemuda untuk aktif berkontribusi di sektor pertanian-peternakan.
Untuk mewujudkan pengembangan integrasi pertanian – peternakan, ia pun membuka Pusat Konsultasi Peternakan Gratis di desa tempat ia tinggal. Pusat Konsultasi Peternakan Gratis ini, kata dia, disiapkan untuk merangsang pemuda lainnya berwirausaha di sektor peternakan.
Bahkan Pusat Konsultasi Peternakan Gratis ini ia buka dua tahun sebelum Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memilih dirinya melalui seleksi yang ketat ikut dalam program Kementerian Pertanian (Kementan) untuk magang di Jepang. Dan ia memilih program satu tahun.
Program tersebut, lanjut dia, adalah sebuah program yang bertujuan untuk membangun petani – pengusaha milenial yang profesional, berdaya saing, dan berjiwa wirausaha. Untuk itu, ia pun dituntut harus mampu mengimplementasikan semua ilmu yang didapatkan setelah program magang di Jepang selesai dijalani.
Putra sulung Ketua KTNA Luwu Utara, Ramli Palalloi ini memiliki mimpi untuk mengubah karakter dan mindset petani-peternak, khususnya yang berusia milenial. Ia menilai, hampir sebagian besar petani-peternak hanya bisa melihat dengan matanya, tetapi belum mampu melihat dan mengamati dengan menggunakan rasio.
“Dari awal memang sudah harus dibentuk karakternya. Saya amati petani baru bisa melihat dengan mata, bukan rasio yang jalan. Sekarang sawit lagi banyak, nah petani pun ikut menanam sawit. Ini harus kita ubah. Petani harus bisa fokus terhadap satu komoditi,” tandasnya.
Reporter : Suriady
Baca juga
Kabupaten Blora Apresiasi Pejuang Ketahanan Pangan
Pasar Lelang Poktan Mumaros, Tingkatkan Harga Jual Hasil Panen
Muhammad Hariyono, Santri Sukses Berbisnis Kacang Tanah hingga Tembus Pasar Nasional