13 Januari 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Berdayakan Petani Gurem, Ini Konsep Jitu Penggiat Pertanian Budi Dharmawan

Berdayakan Petani Gurem, Ini Konsep Jitu Penggiat Pertanian Budi Dharmawan

Sinar Tani, Ungaran — Petani gurem, dengan kepemilikan lahan tidak lebih dari 2.000 m² harus ditolong diangkat taraf hidupnya. Salah satu caranya dengan mengajak mereka menjadi pelaku utama agribisnis hortikultura. Hal tersebut ungkap penggiat pertanian Budi Dharmawan saat diskusi kecil dengan Tim Task Force Maporina Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Dalam kegiatan yang berlangsung di “Taman Wisata Durian”, yang berada ditengah-tengah kebun buah Hortimart Agro Center ini, pembina Maporina tersebut punya konsep sendiri tentang pemberdayaan petani gurem.

Pemilik Hortimart Agro Center yang telah berpengalaman mengelola kebun buah selama 50 tahun lebih tersebut berpendapat, peningkatan kesejahteraan petani harus melalui pembangunan kawasan berbasis Sumber Daya Manusia Petani.

Berbagai bantuan yang diberikan pemerintah seperti bibit, pupuk, alsintan, bahkan bantuan dana bergulir maupun kredit lunak, diakui Budi Dharmawan tidak akan berguna selama petani belum pintar.

“ Yang paling mendasar dan harus didahulukan adalah mendidik dan melatih petani agar menguasai ilmu pertanian yang akan dilakukan” sambung Alumni Teknik Mesin ITB tahun 1961 tersebut.

Lebih lanjut Budi Dharmawan mengatakan hal tersebut bukan perkara mudah. karena petani harus menguasai secara paripurna tentang bisnis komoditas.

“Semisal petani akan berkebun kelengkeng, dia harus faham dari A sampai Z, dari hulu sampai hilir tata kelola tanaman kelengkeng. Maka harus selalu ada petugas yang mumpuni untuk mendampingi petani dari hari ke hari”” kata Budi.

Ditambahkan Budi, setelah petani menguasai ilmunya, baru kemudian dibantu sarana produksi, alat-alat dan diberi modal. “Bantuan tersebut harus berupa hibah, tidak boleh pinjaman atau bergulir. Apabila belum mampu, lebih baik tidak usah membantu petani dulu” tegasnya.

Pada tahap pertama ditentukan dan dididik 200 petani gurem pada suatu kawasan atau wilayah.  Kawasan ini bisa 1 dusun, 1 desa atau 1 hamparan lintas wilayah. Lalu bangun sarana pengairan, gudang dan sebagainya.  “Konsentrasi pembinaan dan bantuan disitu saja. Dalam waktu 3 – 4 tahun kawasan tersebut akan menjelma menjadi sentra produksi kelengkeng” terangnya.

Baca Juga :  Green House Melon P4S Laskar Pelangi Hasilkan Puluhan Juta

Terkait daya serap pasar dan kemungkinan akan terjadi over produksi, Budi Dharmawan mengatakan dalam bisnis sebenarnya tidak ada istilah over produksi, yang ada adalah kompetisi produk.

“Sehingga sejak awal petani harus diberi pemahaman bagaimana memproduksi sebuah komoditas dengan daya saing yang tinggi. Apabila kita bisa menyediakan produk bermutu tinggi, harga melawan, pelayanan prima, barang akan mudah terserap pasar” ungkapnya.

Pengusaha perkebunan cengkeh yang melebarkan sayap ke komoditas buah-buahan ini memang serius dalam mengelalola kebun. Dia mendatangkan konsultan teknis dari negeri Jiran. Demikian pula ia sangat selektif dalam memilih dan menggunakan pupuk serta pestisida.

Saat ini luas kebun Hortimart mencapai lebih dari 25 hektar,   kurang lebih 90% lahan ditanami aneka buah – buahan,  dan sisanya ± 10 % ditanami aneka sayuran organik. Hortimart Agro Center terdiri dari 15 wilayah tanaman atau biasa disebut hanca.

Luas setiap wilayah tanaman (hanca) tidak sama tergantung kondisi permukaan tanah. Masing-masing hanca terdiri dari satu atau beberapa jenis tanaman. Varietas tanaman yang menjadi produk unggulan adalah durian musangking, jeruk siam madu, melon kinanti, dan sayuran organik.

Pada akhir diskusi disepakati akan segera melakukan identifikasi dan koordinasi untuk menentukan kawasan pendampingan. Hadir dalam diskusi kecil tersebut Tim Task Force Maporina Jawa Tengah, antara lain : Aris Budiyono, Pembina dan ketua Tim Task Force, Fx. Supardiman, Etty Setyowati, , Widodo Utomo, Eko Sumardiyono,   Unggul Suroso, Yohanes Wasisto, Wahyuni, Edy Darmanto dan Djoko W.

Maporina (Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia) Jawa Tengah, pada bulan Juni 2024 lalu telah menapak ulang tahun yang ke 2. Selama itu pula, Maporina Jateng  selalu berikhtiar agar pertanian organik berkembang, diiringi meningkat pula taraf hidup petani pertanian organik.di Jawa Tengah.

Baca Juga :  Eco Enzyme Andalan Rumah Sehat Sugih Waras

Reporter : Djoko W

 

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini