14 Oktober 2024

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Joko Nur, Bersinar Ditengah Redupnya Dunia Penggilingan Padi

Penggilingan Padi UD. Sekar Putri

Sinar Tani, Klaten — Di tengah kian meredupnya dunia penggilingan padi, UD. Sekar Putri milik Joko Nur masih bertahan dan terus berkembang. Untuk mencapai titik kesuksesan tersebut tentunya tidak didapat Joko dengan mudah, banyak tantangan dan hambatan yang harus dilaluinya. Seperti apa Joko membesarkan usaha perberasan yang sudah berjalan seperampet abad ini?

Nama Joko Nur mungkin tidak asing lagi di dunia penggilingan padi tanah air. Pria asal Klaten, Jawa Tengan ini dikenal sebagai salah satu pengusaha penggilingan padi yang sukses dengan area distribusi pasar yang luas mencakup Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jabodetabek.

Kesuksesan Joko Nugroho tidak didapatnya dengan mudah, berbagai hambatan kerap menghadangnya dalam membangun usaha.

Kepada Sinar Tani, Joko menceritakan perjalanan usahanya yang dimulai sejak masih di bangku sekolah. Merasa uang saku yang diberikan orang tuanya pas-pasan, Joko berinisiatif mencari tambahan dengan berjualan beras.

Joko mengambil beras dari beberapa penggilingan padi, untuk dijualnya kembali. Untuk mendapatkan margin yang memadai, ia harus jeli memilih harga dan kualitas beras yang dijualnya.

 

Joko Nugroho

“Orang tua saya itu pokoknya cukup nggak cukup tak kasih uang. Kalau mau lebih silahkan cari sendiri, mau jualan beras usaha sendiri silakan,” kenangnya

Joko memulai peruntungan dengan menjual beras kecil-kecilan secara door to door ke warung-warung di kota Jogjakarta.

“Kala itu, warung makan juga keuangannya terbatas, jadi saya menerapkan pola cash and carry dengan untungan yang tidak besar,” ungkap Joko.

Setelah banyak mendapatkan pelanggan warung, Joko lalu merambah ke pasar-pasar besar di Jogja. Untuk bisa bersaing di pasar yang lebih besar, Joko selalu punya strategi yang mumpuni.

Baca Juga :  Tanam Dalam Pot, Solusi Manfaatkan Pekarangan Sebagai Sumber Pangan

“Pasar yang ada di Jogja itu, yang besar-besar, pedagang-pedagang pasar itu saya masukin. Tapi yang penting saya menetralisir produk dan harga,” katanya

Menurut Joko, dalam berjualan yang utama adalah bisa masuk lebih dahulu ke konsumen jika ingin medapat market. Bahkan terkadang ia rela merugi demi mendapatkan kepercayaan dan tentunya menjaga kualitas produk yang dijual.

“Kalau saya pribadi ngomong, kita jualan beras itu kualitas yang dicari. Kalau kualitas dicari, mereka akan cari merk,” tegas Joko.

Joko mengatakan untuk mendapatkan kepercayaan lebih, ada beberapa hal yang dilakukan. Mulai dari bersikap cengli, selalu berkabar, update, dan tidak boleh ingkar janji atau PHP menjadi bagian yang harus dilakukan.

“Tertib management, tidak mencampur adukkan uang modal dengan uang pribadi, selalu melakukan udit, harus pintar mengatur pengeluaran dan tidak terlalu konsumtif itu juga menjadi prioritas.   Semua Ilmu tersebut saya dapatkan setelah banyak berguru dengan teman-teman Tionghoa yang rata-rata bagus dalam management dan suka akan kejujuran,” ceritanya.

Setelah malang melintang di dunia perberasan, tahun 2001 Joko memberanikan diri untuk medirikan usaha penggilingan padi yang diberi nama UD. Sekar Putri di daerah Karanganom Klaten Utara.

Dalam menjalankan usahanya, Joko selalu menjaga pelayanan dan berusaha meningkatkan perekonomian pedesaan serta membantu petani sekitar dalam meningkatkan hasil pertanian. Hal tersebut membuat orang-orang sekitar bisa menikmati keberadaan bisnis yang ia jalankan.

Namanya kian meroket dan menjadi salah satu produsen beras yang berpengalaman dan cukup terkenal. Kejujuran yang dijaga membuahkan Joko semakin dipercaya rekan-rekannya. Pada tahun 2020-2021 ia dipercaya untuk mengambilkan beras Bulog sebanyak 4000 ton, dan semua selesai dengan baik-baik, dan sejak 2021 Bulog menjadikan Joko Nur sebagai mitra sampai sekarang.

Baca Juga :  Dede Sopyandi : ‘‘Say No to Tengkulak’’

“Tahun 2019-2020 membantu Bulog repro Beras Bulog yang sudah under kwalitas menjadi layak konsumsi sebanyak 2000 ton dalam waktu 1 bulan. dan akhir 2020, sekitar 2020-2021 saya dipercaya teman untuk ambilkan beras Bulog sebanyak 4000 ton, dan semua saya selesaikan baik. Saya punya jaringan istilahnya, dapat mandat seperti itu, saya nggak mau mlenjani atau PHP,” tegas Joko yang kini sudah memiliki beberapa merk beras ini.

Dalam menjalankan usahanya, Joko dibantu sang istri tercinta, Hj. Nur Widayati, SE serta kedua putrinya Febrina Sekar Nurryana & Vania Salma Nurryana.

Tak hanya mendapat kepercayaan customer, Joko  juga dipercaya organisasi Perpadi yang dinaungi sebagai Sekretaris 3 DPP Perpadi dan juga Sebagai Ketua Harian DPD Perpadi Jawa Tengah.

Selama bergabung di Perpadi, pria kelahiran 9 Desember ini rajin melakukan studi banding ke luar negeri guna menambah wawasan dan pengetahuan untuk diterapkan kedepannya. Kegiatan ini sangat bagus bagi perkembangan kinerja organisasi.

Perlu diketahui, total penggilingan padi yang ada di Indonesia berjumlah 182.000. Namun 94% masih merupakan penggilingan padi kecil yang memiliki persoalan pada saat panen.

“Mereka tidak memiliki alat pengering atau dryer sehingga tidak dapat menjaga kualitas hasil panen. Kondisinya sangat memprihatinkan,” ungkap Joko.

Menyikapi situasi ini, menurut Joko ada dua hal yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, harus ada subsidi langsung revitalisasi penggilingan padi yang sudah uzur.

“Semacam pemberian kredit super lunak di bawah KUR. Tetapi cara ini pun masih banyak kendala, ketatnya aturan bank yang mengakibatkan banyak pengajuan ditolak,” tegasnya.

Yang kedua subsidi langsung dari Pemerintah dalam bentuk pembelian hasil panen dengan harga tinggi. Seperti yang diterapkan di Thailand, adanya jaminan pasar akan merangsang petani untuk menanam padi lebih baik, dan bisa membawa dampak pada generasi muda yang akan terjun ke bisnis pertanian., dan dengan harga tinggi akan merangsang untuk pola tanam yang lebih bagus.

Baca Juga :  Tanam Semangka, Poktan Sari Mukti Rasakan Manisnya Bermitra

“Karena kalau kita study banding di negara tetangga saja, pemerintah membeli harga tinggi. Sehingga mereka senang dengan subsidi langsung seperti itu. Jadi posisinya ya harusnya dibalik, dengan harga tinggi akan merangsang petani untuk pola tanam yang bagus. Karena sudah ada jaminan. Bahkan pupuk mahalpun bisa dibeli, ” Pungkasnya.

Reporter : Dede

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini