Sinar Tani, Ambarawa – Kelompok Tani “Muda Manunggal Roso” (Mumaros) di Lingkungan Baran Gunung, Kelurahan Baran, Kecamatan Ambarawa, Jawa Tengah, menciptakan terobosan baru dengan menggelar pasar lelang hasil panen dua kali setiap minggu sejak Oktober 2024. Hingga kini, pasar lelang ini sudah diadakan sebanyak 21 kali.
Pasar lelang ini menjadi solusi bagi petani untuk mendapatkan harga terbaik dari hasil panen mereka seperti cabai, tomat, sawi, dan kacang panjang.
Dengan sistem lelang, petani bebas memilih penawaran tertinggi dari pembeli. Proses ini dilakukan secara terbuka, menciptakan rasa puas dan martabat bagi petani.
“Petani tidak lagi merasa dirugikan karena mendapatkan harga yang sama di pasar. Proses tawar-menawar dilakukan dengan transparan, dan hasilnya sangat menguntungkan,” ujar Lanjar Herianto, koordinator pasar lelang.
Kelompok Tani Mumaros resmi berdiri pada 2007 dan mendapatkan legalitas dari Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Semarang pada Desember 2015.
Saat ini, kelompok yang memiliki 32 anggota aktif tersebut mengelola lahan seluas 12,8 hektare di kaki Gunung Ungaran pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut.
Para petani di kelompok ini lebih memilih menanam sayuran daripada padi. Menurut Jupriyono, sekretaris kelompok, alasan ini didasari oleh pertimbangan waktu panen dan keuntungan.
“Cabai bisa dipanen setiap tiga hari selama empat bulan. Sementara, padi membutuhkan waktu hingga 120 hari untuk sekali panen. Dari segi keuntungan, jelas lebih menguntungkan menanam sayuran,” kata Jupri.
Selain cabai, komoditas utama lainnya adalah tomat, terong, sawi, dan kacang panjang.
Harga jual sayuran seperti sawi bisa mencapai Rp3.000 per ikat, sedangkan cabai sering kali menjadi primadona dengan harga hingga Rp32.000 per kilogram pada panen awal.
Program pasar lelang ini diinisiasi oleh Bank Indonesia (BI) Semarang melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). BI bahkan memfasilitasi kelompok tani ini untuk studi tiru ke Sleman, Yogyakarta.
Lanjar menjelaskan bahwa pelaksanaan lelang cukup sederhana. Setiap hasil panen seperti cabai yang dipetik pagi hari dikumpulkan, ditimbang, dan dicatat oleh panitia.
Penawaran harga dilakukan melalui aplikasi WhatsApp atau telepon dengan pembeli dari berbagai pasar, seperti Pasar Stasiun Hortikultura Jetis, Bandungan, dan Sumowono.
“Setelah harga tertinggi disepakati, pembeli langsung mengambil barang pada malam hari. Pembayaran kepada petani dilakukan secara tunai, meskipun kelompok tani sering mendahului pembayaran menggunakan dana kas kelompok,” jelas Lanjar.
Pasar lelang ini terbuka bagi siapa saja, termasuk petani dari luar desa. Setiap kali lelang, rata-rata terjual 5–6 kuintal cabai dan 1–2 kuintal tomat, ditambah berbagai sayuran lainnya.
Sistem lelang ini tidak hanya meningkatkan pendapatan petani tetapi juga memperluas jaringan pemasaran.
Dengan manajemen fee sebesar Rp500 per kilogram, hasil panen petani semakin bernilai tinggi.
Langkah inovatif ini menunjukkan bahwa gotong royong dan dukungan pihak eksternal seperti Bank Indonesia dapat memberikan dampak besar bagi kesejahteraan petani di daerah.
Reporter : Djoko W
Alhamdulillah.. Luar biasa MUMAROS
Senantiasa selalu diridhoi dan bermanfaat bagi petani Ambarawa dan sekitarnya, dan umumnya untuk semua kalangan.
Petani Muda BISA tergerak melangkah mencintai disektor ini seiring gagasan besar Pemerintah dengan swasembada pangan yang mandiri.