Sinar Tani, Semarang — Pandai melihat peluang pasar, perekonomian petani desa Kandri, Semarang, Jawa Tengah meningkat pesat. Dengan menanam pepaya Hawai organik, dompet para petani tergabung dalam Poktan Tani Muda Mandiri ini kini bisa menjadi lebih tebal.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya, lahan tegalan di ujung desa Kandri ini biasanya hanya ditanami jagung, singkong dan beberapa jenis buah-buahan lokal dan dipelihara sekedarnya ini kini berubah total. Bila awalnya mereka hanya mendapat penghasilan ala kadarnya, kini dengan menanam pepaya Hawai yang lebih menguntungkan, kocek mereka menjadi tebal.
Berkat keuletan dan kerja keras, beberapa anggota kelompok tani “Tani Muda Mandiri” berhasil mengagribisniskan pepaya.. Mereka tidak hanya berhasil menanam pepaya dalam jumlah yang memenuhi skala usaha, namun juga berhasil merangkai jejaring usaha dari hulu sampai ke hilir. Dari penyediaan sarana prasarana, budidaya tanaman sampai pemasaran. Sehingga pendapatan usahatani yang diperoleh jauh meningkat dari biasanya.
Bermula dari kedatangan Herman, seorang pebisnis dari kota yang mempunyai kecintaan terhadap dunia pertanian, ke desa Kandri. Ia menyewa lahan tegalan 2 hektar, untuk mencoba menanam pepaya jenis Hawai.
Herman mengaku belum pernah menanam pepaya Hamai. Tapi ia pernah punya usaha menanam mentimun Jepang di daerah Kopeng. Alasan mengapa Herman tertarik untuk menanam pepaya Hawai, sangat logis bagi seorang petani pengusaha.
” Seorang kepala desa di Kopeng, memberitahu saya bahwa ada pengepul buah dari Jakarta yang mau membeli pepaya Hawai.” ucapnya mengenang
Herman berani mencoba menanam komoditas yang baru dikenalnya, ketika sudah pasti ada pasar yang akan menyerap hasil produksinya. Kebanyakan petani justru menanam dahulu, karena suka atau mengikuti tetangga. Sehingga pada ujungnya sering terjadi kerugian. Produksi tidak laku dijual atau pasar telah jenuh karena terlalu banyak barang yang tersedia dipasar.
Kemudian, petani yang sangat terbuka terhadap inovasi baru ini, menanam 2.000 batang pepaya hawai di kebun seluas 2 hektar. Para petani millenial tetangga,yang tergabung dalam kelompok tani “Tani Muda Mandiri” desa Kandri, melirik dan mengamati. Dari jauh para petani muda yang dasarnya juga berpikir maju, mulai tertarik dengan semangat yang dibawa oleh petani kota ini.
Ternyata bertanam pepaya Hawai tidak mudah. Benih F-1 yang disemai hanya tumbuh 30%. Sehingga pembuatan benih harus diulang-ulang agar jumlah tanaman mencapai 2.000 batang. Namun pada akhirnya, karena perhitungan bisnis, sebagian kecil kebun terpaksa di isi pepaya jenis California. Teknis pembenihan pepaya California.relatif lebih mudah.
Musibah muncul lagi ketika pepaya telah siap panen. Tanaman terserang penyakit busuk batang. Dalam waktu singkat penyakit menular dari pohon satu ke pohon yang lain. Hampir tiga perempat populasi tanaman mati alias gagal panen.
Hasil penjualan buah pepaya dari sisa-sisa tanaman yang masih hidup, digunakan lagi untuk meremajakan tanaman dikebun, yang terletak di kecamatan Gunungpati, Kota Semarang ini.
Anehnya justru pada saat itu ada 3 orang petani yang menyatakan ingin bergabung, membudidayakan pepaya unggul. Mereka adalah Gatot Mujiono, Purwanto dan Prayogi.
Sejak awal mula berkebun, Herman telah mengikuti metode pertanian organik. Yang ini juga diterima kawan-kawan yang baru bergabung. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk. mereka membuat pupuk sendiri dengan metode BSM (Bayu Sehat Mandiri). Sebelumnya Herman membeli pupuk kandang dan membuat pupuk cair dengan metode Jadam.
Untuk memperdalam pemahaman tentang pembuatan pupuk organik, Herman dan Purwanto memerlukan untuk mengikuti pelatihan di base cam BSM yang berada di dekat Kopeng selama 2 hari.
Pada saat ini, di saung pupuk yang sangat sederhana, telah berhasil diproduksi pupuk dan pestisida organik berupa Pupuk kompos Padat, Pupuk Urea Cair, Pupuk Horti, Pupuk Horti Cair, Pembenah Tanah, Kcl cair, Pesnab, ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dan Fungisida Sulfur (Belerang). Kegiatan ini digawangi Purwanto.
Sementara ini semua produksi baru dapat memenuhi kebutuhan anggota. Yang telah bertambah menjadi 12 orang. Tidak hanya dari desa Kandri, bahkan dari luar desa pun ada yang telah bergabung.
” Pemasaran semua hasil pepaya kami bantu sepenuhnya. Baik tentang tatacara menjaga mutu dan grading, agar dapat diterima pasar” ujar Prayogi yang ketiban tugas pemasaran hasil.
Hasil buah pepaya, yang memenuhi standar, semua diambil pembeli dari Kota Semarang, seminggu dua kali. Harga yang diterima petani Rp 15.000,- per kg untuk pepaya Hawai dan Rp 6.000,- per kg untuk pepaya California. Sedang buah pepaya rucah atau afkir di beli pedagang buah lokal atau diproses menjadi pupuk organik.
“ Pasar kami masih terbuka, pembeli dapat menyerap 2 ton per hari, sedang kami baru dapat menjual rata-rata 2 ton per minggu” ujar Herman.
Mujiono menambahkan pihaknya masih membuka kesempatan bagi petani yang secara sukarela mau bergabung.
”Prinsipnya, kalau kami berhasil dan kaya, mari kita kaya bersama-sama ” timpal Herman.
Kelompok tani “Tani Muda Mandiri” desa Kandri, termasuk kelompok tani kelas utama, petani anggota mempunyai cabang usahatani beragam. Masduki, ketua kelompok tani mengatakan pihaknya telah mengembangkan komoditas buah-buahan unggul yang sekiranya cocok. Antara lain durian unggul, jambu kristal, anggur meja dan yang terakhir pepaya unggul.
“Kami juga bekerja sama dan telah mendapat bantuan dari sebuah Lembaga Pengabdian Masyarakat Perguruan Tinggi, berupa komplek bangunan dan kebun sebagai tempat kami berkumpul dan berlatih “ pungkasnya.
Reporter : Djoko W
Muhammad Hariyono, Santri Sukses Berbisnis Kacang Tanah hingga Tembus Pasar Nasional
Berawal Dari Ketidaksengajaan, Tabilasip Temuan Aris Berikan Hasil Optimal
Berdayakan Petani Gurem, Ini Konsep Jitu Penggiat Pertanian Budi Dharmawan