Sinar Tani, Bogor–Warga binaan lapas atau narapidana (napi) seakan menjadi titel yang menakutkan bagi masyarakat. Namun jika dibekali skill, khususnya bertani, mereka bisa menjadi warga yang diterima baik. Inilah yang dilakukan Sri Wahyuni, Pengelola Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Swen Inovasi Mandiri di Bogor.
Diawali rasa prihatin dengan nasib warga binaan lapas (narapidana), Sri akhir mengabdikan dirinya membina para tahanan. Menurutnya, jika selama pembinaan, tidak diberikan skill atau pekerjaan yang bisa dilakukan pasca bebas dari jeruji besi, akhirnya tindak pidana malah menjadi pilihan hidup.
“Mereka itu bukan penjahat, mereka itu tersesat dan masih ada waktu mereka untuk bertobat,” ujarnya kepada Tabloid Sinar Tani di sela-sela Forum Nasional P4S di Denpasara Bali, beberapa waktu lalu. Dengan beban moral tersebut, Doktor dari IPB University itu pun menjalin kerjasama dengan Kementerian Hukum dan HAM (KemenhukHam) untuk memberikan pelatihan kemandirian berupa pertanian dan peternakan.
Pembinaan bertujuan agar pada nai yang keluar dari Lapas dapat mandiri membuka usaha sendiri maupun bekerja dengan orang lain. Harapannya satu, mereka dapat berguna ditengah masyarakat. “Setelah keluar dari Lapas, ilmu yang mereka dapatkan bisa diterapkan di masyarakat. Dari awalnya pencuri motor, mungkin nanti mereka bisa menjadi petani milenial, petani andalan, “ harapnya.
P4S Swen Inovasi Mandiri sejak 2013 hingga kini bekerjasama dengan beberapa lapas untuk membina napi dengan paket pelatihan kemandirian pertanian dengan jumlah peserta 20 orang. Dari satu lapas, P4S bisa membina ratusan napi. “Di Jawa Timur misalnya, kami membina napi lapas di Malang, Lapas Porong Sidoarjo. Di Bali juga ada di Lapas Kerobokan, termasuk Lapas Narkotika di Bangli,” tambahnya.
Warga binaan lapas tersebut dilatih kewirausahaan pertanian. Misalnya, jamur, budidaya maggot hingga budidaya peternakan (ayam petelur, sapi, kambing dan domba) hingga lainnya. Bahkan warga binaan di Lapas Warungkiara Sukabumi telah membuat usaha budidaya sapi di lahan kosong sekitar lapas dengan kapasitas 450 ekor. Pengelolaan ternak sapi dilakukan 75 orang warga binaan lapas.
“Di Lapas Cibinong juga, sudah budidaya sapi 200 ekor, Lapas Kuningan bahkan Lapas Nusakambangan,” tuturnya. Tak hanya peternakan, lanjut Sri, P4S Sven Inovasi Mandiri juga mengajarkan warga napi budidaya perikanan. Mulai dari perikanan darat, perikanan tambak dan pengolahan ikan.
Dengan melatih budidaya tanaman dan ternak, Sri mengatakan, warga lapas mendapat juga kesempatan mengonsumsi bahan pangan nabati dan hewani yang dihasilkan. Misalnya, dengan menu makan telur 18 kali dalam sebulan, makan ikan 4 kali, makan daging 4 kali sebulan. “Lapas kan memerlukan ketahanan pangan nabati dan hewani,” tegasnya.
Sri juga membuat Sarana Asimilasi dan Edukasi. Baca halaman selanjutnya.
Reporter : Julian
Diakui Apkasindo, Prof. Rachmat Pambudy Jadi Bapak Motivator Petani Sawit
Ai Awang Hayati: Sukses Membawa Kopi Sumedang Mendunia
Eks Bos ASABRI, Wahyu Suparyono, Kini Pimpin Bulog!