Sinar Tani, Semarang — IRRI (International Rice Resreach Institute) secara tegas menganjurkan efisiensi penggunaan pupuk harus ditingkatkan di tingkat petani, mengingat biaya yang paling besar dikeluarkan untuk produksi padi adalah pupuk. Baik berupa biaya input yang besar bagi petani dan juga besarnya biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk subsidi.
Hal tersebut Staf IRRI di Indonesia, Herta Sipayung PhD, dalam acara “ Sosialisasi Layanan Konsultasi Padi “ dihadapan para pengurus DPD Perhiptani Kabupaten dan Kota se Provinsi Jawa Tengah.
Selanjutkan dikatakan bahwa Rice Crop Management (RCM) atau diterjemahkan menjadi “ Layanan Konsultasi Padi / LKP “ di Indonesia, telah dikembangkan International Rice Research Institute (IRRI) sejak tahun 2015.
Pada tahun ini proyek dialokasikan pada 8 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan sebagai presentasi swah irigasi. Kemudian Jawa Tengah, Sumatra Utara sebagai presentasi sawah tadah hujan dan, Kalimanta Selatan, Kalimantan Tengah dan Sumatra Selatan sebagai presentasi sawah rawa.
LKP adalah sebuah teknologi, maka selayaknya LKP terus di perbarui, berdasar temuan dan evaluasi, sehingga selalu relevan dengan situasi dan kondisi terkini. Seperti misalnya applikasi LKP ID versi 1.0 diparbarui dengan LKP ID versi 2.0.
Sebagai gambaran disampaikan kepada peserta pertemuan, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada 8 provinsi pelaksana kegiatan pada tahun 2024 ini.
Paket 1. Logika keputusan yang diadaptasi dan divalidasi untuk pengelolaan nutrisi berbasis lokasi untuk provinsi-provinsi penghasil padi di Indonesia, dengan Output :
LKP v 2.0 diluncurkan dengan logika Keputusan yang diperbarui untuk target hasil panen dan alogaritma yang diperbarui dari uji coba NOPT historis; Pengujuan pilot kerangka kerja menggunakan domain rekomendasi; Kerangka kerja dan prototipe LKP Plus+ dihasilkan menggunaklan dataset baru ( citra satelit, perkiraan iklim, drone dan lain-lain)
Paket 2 Platform digital LKP dikembangkan menggunakan logika SSNM yang diperbarui (LKP v2.0), dengan Out put :; Evaluasi pengguna target,motivasi/hambatan penggunaan.; Versi RCM yang mudah diakses dan berorientasi pengguna untuk diseminasi di 5 prov penghasil padi
Paket 3 Jalur diseminasi diindentifikasidan diujicoba untuk meningkatkan dan menjamin keberlanjutan adopsi rekomendasi RCM di provinsi yang dituju, dengan Output: Penilaian kondisi lingkungan yang mendukung untuk diseminasi (kebijakan, peraturan, pelaksana, platform yang ada); Terjalin kemitraan dengan organisasi sektor public; Jalur diseminasi dirancang dan diuji coba dengan kolaborasi bersama mitra; Penentuan jalur diseminasi paling efektif untuk mencapai tingkat adopsi tertinggi dari rekomendasi pengelolaan tanaman; Rekomendasi kepada pemerintah mengenai jalur diseminasi yang memiliki dampak paling besar
Paket 4 Peningkatan kapasitas dan pengetahuan pemerintah, organisasi mitra, dan pemangku kebijakan relevan lain untuk mempercepat diseminasi dan adopsi RCM, dengan Output : Penilaian kebutuhan dasrkapasitas yang ada dari penyuluh pertanian dan petani; Pelatihan tentang pengelolaan nutrisi berbasis lokasi, platform digital dan logika keputusan RCM serta diseminasi yang dirancang dan dilaksanakan; Pelaksanaan kerangka pemantauan, evaluasi dan pembelajaran
Hasil akhir dari kegiatan Layanan Konsultasi Padi (LKP) berupa aplikasi (alat digital) pertanian yang memberikan rekomendasi pengelolaan hara spesifik lokasi, yang diadaptasi dari prinsip dan pendekatan Site-Specific Nutrient Management (SSNM) atau Pengelolaan Nutrisi Spesifik Lokasi.
Rekomendasi yang diberikan LKP, menghitung takaran pemupukan berdasarkan target hasil yang disesuaikan dengan hasil pengalaman yang dilaporkan oleh petani. Disamping takaran direkomendasikan juga saat penaburan pupuk dan pengelolaan air di petak sawah.
Alat digital pertanian seperti LKP dapat memberikan informasi praktik manajemen usahatani kepada petani dalam skala besar untuk memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Pelaksana Kegiatan LKP di BSIP (Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian) Jawa Tengah, Dyah Haskarini, SP, menyampaikan bahwa applikasi LKP baru sebatas anjuran kepada para Penyuluh Pertanian dan para petani. Dengan menerapkan rekomendasi yang muncul dari applikasi LKP akan diperoleh manfaat yang sangat besar.
Manfaat langsung yang diterima petani adalah menghemat biaya pupuk. Dari hasil uji coba kepada petani, ditemukan bahwa pada umumnya (hampir semua responden) petani memupuk terlalu banyak dan salah waktu penebaran pupuk.
Sehingga banyak pupuk yang hilang percuma tidak terserap tanaman padi, justru menjadi penyebab terjadinya polusi perairan, tanah dan udara.
Hal tersebut di sepakati Penyuluh Pertanian Lapangan Ungaran Timur,Meytri Setyaningtyas, ]yang telah mencoba aplikasi LKP terhadap Mufidin, ketua kelompok tani “Tegal Lepek” dan Mufti, seorang petani anggota, di desa Kalirejo.
” Ternyata kedua petani petani tersebut terlalu banyak menggunakan pupuk dan salah pula waktu pemupukannya” kata Meytri.
Bisa dibayangkan apabila seorang petani dapat menghemat 50 kg urea per hektar, berapa ribu ton pupuk urea dapat dihemat se cara nasional ?
Teknologi LKP secara tidak langsung memberi akses yang adil akan tersedianya data dan bukti pertanian cerdas iklim, .bagi lembaga pemerintah, pelaku utama: petani, dan para penyuluhan pertanian, melalui platform pertanian digital.
Dan yang tak kalah penting, dengan aplikasi LKP dapat menjadi sarana untuk meningkatan kapasitas serta terjalinnya kemitraan yang adil bagi para pemangku kepentingan. . Mulai saat ini sampai besok ketika proyek sudah selesai.
Reporter : Djoko W
Baca juga
Kunjungi Dokter Tani, MAPORINA Jateng Dorong Pertanian Organik Lewat Kolaborasi
Optimalkan Aliran Air, BBWSPJ dan Pemkab Sidrap Gali Saluran Irigasi
Listrik Masuk Sawah, Dukung Ketahanan Pangan Kabupaten Demak