Sinar Tani, Blora – Pembuatan pupuk kompos dari limbah kebun atau limbah hewan dengan komposisi yang tepat dan fermentasi yang benar menggunakan decomposer dapat menghasilkan pupuk kompos berkualitas tinggi. Baru-baru ini, BBPOPT memperkenalkan “Kompos Plus Agens Antagonis”, yaitu pupuk organik yang terbuat dari bahan limbah alami dan ditambah agensia hayati antagonis, sehingga memberikan banyak manfaat untuk membuat tanah semakin subur dan sehat.
Pupuk kompos berkualitas dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menyediakan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, kalium, dan mikroelemen lainnya. Nutrisi ini tersedia secara bertahap dan dapat diserap oleh tanaman dalam jangka waktu yang lebih lama. Selain itu, pupuk kompos menambah kandungan humus dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air serta nutrisi.
Kompos yang baik juga dapat membuat struktur tanah menjadi lebih gembur dan porus, sehingga memperbaiki sirkulasi udara di dalam tanah. Selain itu, kompos yang terfermentasi sempurna dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air, sangat penting terutama selama periode kekeringan.
Pupuk kompos yang difermentasi dengan decomposer yang baik juga memperkaya tanah dengan mikroorganisme bermanfaat seperti bakteri, jamur, dan aktinobakteri, yang membantu proses dekomposisi bahan organik dan meningkatkan kesehatan tanah.
Sebaliknya, pupuk kompos yang dibuat secara asal-asalan dapat menimbulkan masalah. Penggunaan kompos dari limbah ternak sapi atau ayam potong yang belum difermentasi dapat mendatangkan hama rayap, uret, atau penyakit jamur dan bakteri. Kompos yang belum matang juga dapat menurunkan pH tanah dan mencemari lingkungan dengan residu logam berat yang terkandung dalam limbah tersebut.
Agensia hayati antagonis adalah mikroorganisme atau organisme yang dapat mengendalikan hama atau patogen tanaman, terutama patogen tular tanah, dengan cara menghambat pertumbuhan atau aktivitas mereka.
Membuat pupuk kompos plus agens antagonis tidak terlalu rumit. Bahan yang diperlukan adalah limbah organik (rumput, jerami, dedaunan, sekam, serbuk gergaji, atau sampah organik), kohe atau kotoran hewan (sapi, kerbau, kambing, kelinci, ayam), dan dedak halus atau bekatul. Perbandingan limbah organik, kohe, dan dedak halus/bekatul adalah 20:3:1.
Proses pembuatan kompos meliputi penyusunan bahan di tempat pengomposan dengan ukuran 1 m x 2 m x 1 m. Bahan disusun berlapis-lapis: limbah organik setebal 65-70 cm, kohe 10 cm, dan dedak halus/bekatul 3 cm. Taburkan decomposer sesuai anjuran pada kemasan, siramkan jika decomposer berbentuk cairan, dan ulangi proses penyusunan hingga tempat pengomposan penuh. Siram dengan air secara merata dan pastikan kelembaban bahan cukup.
Tempat pengomposan kemudian ditutup rapat dan fermentasi berlangsung pada suhu 70ºC. Lakukan pembalikan setiap 14 hari, siram, dan tutup kembali hingga 1,5 bulan atau 45 hari. Setelah kompos matang, kering-anginkan dan giling/ayak.
Tambahkan agens antagonis Trichoderma sp atau Gliocladium sp pada kompos yang telah halus dengan perbandingan 200 gram setiap 50 kg kompos. Aduk rata dan tutup kembali dengan plastik.
Pupuk kompos yang telah matang ditandai dengan ciri-ciri remah, tidak berbau, warna coklat kehitaman, suhu sekitar 30ºC, dan kadar air 35-45%. Kandungan hara dalam pupuk kompos ini meliputi total N 1,81%, P2O5 1,89%, K2O 1,96%, CaO 2,96%, MgO 0,70%, C/N ratio maksimal 20%, pH 6,5, pertukaran kation lebih dari 75me/100gr, dan bebas dari mikroorganisme patogen.
Aplikasi pupuk kompos dianjurkan 7 hari sebelum tanam dengan dosis 2 ton per hektar. Decomposer dapat dibeli di kios-kios pertanian, sementara Trichoderma sp atau Gliocladium sp dapat diperoleh dari Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Pekebunan (BPTPHP) Provinsi Jawa Tengah atau laboratorium di wilayah Semarang, Surakarta, Kedu, Pati, Pekalongan, Banyumas, dan Salatiga.
Reporter : Warsana/Djoko W
Baca juga
Kunjungi Dokter Tani, MAPORINA Jateng Dorong Pertanian Organik Lewat Kolaborasi
Optimalkan Aliran Air, BBWSPJ dan Pemkab Sidrap Gali Saluran Irigasi
Listrik Masuk Sawah, Dukung Ketahanan Pangan Kabupaten Demak