Sinar Tani, Tangsel -Teknologi terbukti mampu menjadikan pertanian Indonesia jauh lebih kuat dan tahan terhadap berbagai ancaman. Karena itu, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman meminta agar produksi alsintan bisa dijangkau petani.
Kementerian Pertanian mendorong penggunaan teknologi dan mekanisasi secara masif guna menekan biaya produksi secara signifikan, sehingga mampu meningkatkan produktivitas secara maksimal.
“Pertanian itu semua harus dibuat sederhana, simpel, murah dan terjangkau. Pastinya petani harus kita giring untuk berbisnis. Makanya mereka harus diberi untung,” ujar Mentan di Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian (BBPSI Mektan) Serpong, Rabu, (12/6).
Saat ini, kata Mentan, BBPSI Mektan baru saja menyelesaikan proses uji alat mesin pertanian terhadap pompa. Di sana, Mentan juga meninjau langsung uji lapang jarwo transplanter. Rencananya semua alat tersebut akan dipasarkan dengan harga yang terjangkau. “Alur alokasinya bisa kita kolaborasikan dengan swasta atau membuatnya secara masal. Terpenting, selesaikan dulu apa yang sudah kita kerjakan ini agar bisa menjangkau petani di seluruh Indonesia,” katanya.
Mentan mengatakan, peralatan yang sudah masuk tahap uji ini nantinya akan dijual dikisaran harga yang terjangkau petani. Harga tersebut, bahkan bisa jauh lebih murah apabila pasar dan skema penjualan sudah menemukan kecocokan. “Tadi saya tanya harga satu unitnya Rp 17 juta, tapi saya bilang kalau di bawah Rp 10 juta bisa tidak, atau bahkan Rp 5 juta. Sebab kalau ini terjadi yakinlah kita bisa swasembada,” katanya.
Dengan alsintan, Mentan mengatakan, pekerjaan bisa menjadi lebih efisien. Bayangkan. Satu hektar bisa satu hari, padahal sebelumnya dengan cara tradisional perlu 20 orang pekerja dalam satu hari. Artinya apa? ”Ini pertanaman yang sangat efisien tapi bisa meningkatkan keseragaman tanam,” tegasnya.
Mentan berharap, ke depan, pertanian Indonesia bisa menjadi contoh bagi pertanian dunia. Artinya, mulai dari mengolah lahan, menanam, memupuk sampai memanen sudah menggunakan teknologi dan mekanisasi yang diproduksi di dalam negeri. “Ke depan kita harus menggunakan teknologi karena milenial akan ikut bekerja manakala pertanian kita sudah menguntungkan perlengkapan modern,” katanya.
Sebagaimana diketahui, program Perluasan Areal Tanam (PAT) melalui optimalisasi lahan dan pompanisasi terus digaungkan oleh Kementerian Pertanian sebagai langkah peningkatan produksi dalam menghadapi dampak perubahan iklim seperti kekeringan atau el nino panjang.
Kepala BSIP, Fadjry Djufry menerangkan bahwa dalam melakukan pengujian pompa, BSIP mengacu pada SNI ISO/IEC 17025:2017, termasuk di antaranya manajemen sistem, kompetensi teknis personel, validitas metode pengujian, serta keandalan hasil pengujian.
“Setiap pengujian kami dipastikan telah sesuai dengan standar nasional dan internasional yang berlaku, sehingga dapat memberikan hasil uji yang akurat dan dapat dipercaya,” tuturnya
Reporter : Julian
Hujan Datang, Wamentan Ajak Petani Demak Percepat Tanam Padi untuk Kesejahteraan
Ketersediaan Pupuk Aman, Kementan Dorong Petani Maksimalkan Tanam di Bulan Oktober
Kementerian Pertanian Bagikan Benih Gratis untuk Percepat Tanam di Oktober