Sinar Tani, Bogor — Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertema “Peran Subsidi Pupuk Terhadap Peningkatan Produksi Padi Untuk Mencapai Swasembada Beras”, Selasa (02/07).
Ketua Umum PERAGI, Andi Syakir menyampaikan, dalam situasi global yang tengah dihadapkan pada masalah pangan, berdasarkan sumber World Food Programme-WFP, FAO, tercatat sekitar 900 juta penduduk dunia mengalami kelaparan, dan 7-16% penduduk Indonesia masih rentan terhadap kelaparan.
“Krisis pangan dunia ini diperburuk oleh gelombang iklim ekstrem yang menyebabkan beberapa negara penghasil beras menghentikan ekspor mereka,” sebutnya.
Selain itu, ketidakstabilan geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina semakin memperburuk kondisi ekonomi global, termasuk sektor pangan.
Data menunjukkan adanya penurunan produksi beras di Indonesia dari 33,9 juta ton pada tahun 2018 menjadi 31,1 juta ton pada tahun 2023, sementara kebutuhan meningkat menjadi 30,6 juta ton.
“Hal ini memaksa pemerintah untuk mengimpor sekitar 7 juta ton beras untuk memenuhi kebutuhan nasional. Penurunan produksi juga disebabkan oleh terbatasnya suplai air akibat kekeringan serta penurunan luas tanam padi,” bebernya.
Disisi lain, Pupuk memainkan peran penting dalam meningkatkan produksi padi. Kontribusi pupuk terhadap peningkatan produksi padi di Indonesia mencapai 20%, yang menempatkannya sebagai salah satu konsumen pupuk terbesar di negara ini.
Namun, alokasi pupuk bersubsidi cenderung mengalami penurunan dari 9,55 juta ton menjadi 4,73 juta ton dalam tujuh tahun terakhir, yang bertentangan dengan kebutuhan peningkatan produksi padi.
Acara di Gedung Display Pusat Standardisasi Instrumen Perkebunan Bogor, dengan tujuan membahas dampak penurunan subsidi pupuk terhadap produksi padi dan menyusun rekomendasi program pemberian subsidi yang tepat.
FGD ini dihadiri oleh para pakar dan pembahas dari berbagai kalangan, termasuk akademisi, birokrat, dan pelaku pertanian. Adapun narasumber utama di antaranya adalah Dr. Ismail Wahab (Direktur Tanaman Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan), Dr. Adytia M. Kiloes (Peneliti BRIN), Prof. Dr. Erizal Jamal (Peneliti Ahli Utama BRIN/Tenaga Ahli Utama KSP), dan Dr. Muhrizal Sarwani (Analisis Kebijakan Utama Kementerian Pertanian), dan dimoderatori oleh Prof. Dr. Edi Santosa, M.Si (Guru Besar IPB University).
Menurut para narasumber, kebijakan subsidi pupuk perlu dilakukan dengan cermat untuk memastikan alokasi yang tepat dan digunakan sesuai dengan kebutuhan peningkatan produksi.
Selain itu, penggunaan pupuk kimia harus memperhatikan kesehatan lingkungan dengan menerapkan penggunaan pupuk berimbang.
Kebijakan subsidi pupuk juga harus mempertimbangkan efisiensi anggaran dan teknis untuk meningkatkan produksi, termasuk perluasan areal tanam dan perbaikan infrastruktur pertanian.
FGD ini diharapkan menghasilkan rekomendasi program penguatan subsidi pupuk yang dapat memperkokoh kedaulatan pangan nasional dan mencapai swasembada beras. Output dari FGD ini adalah policy brief yang akan digunakan sebagai dasar untuk penyusunan kebijakan lebih lanjut.
PERAGI berharap rekomendasi yang dihasilkan dapat membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan yang tepat untuk mencapai swasembada beras dan mengatasi tantangan krisis pangan di masa depan.
Hujan Datang, Wamentan Ajak Petani Demak Percepat Tanam Padi untuk Kesejahteraan
Ketersediaan Pupuk Aman, Kementan Dorong Petani Maksimalkan Tanam di Bulan Oktober
Kementerian Pertanian Bagikan Benih Gratis untuk Percepat Tanam di Oktober