Sinar Tani, Semarang — Tikus sawah sampai saat masih jadi musuh utama petani. Hal itu tidak lepas dari daya rusak yang ditimbulkan serangan tikus bisa terjadi sangat cepat dan luas. Karena itu, berbagai langkah dilakuan untuk mengatasi serangan hewan pengerat ini. Salah satunya dengan memanfaatakan burung hatu yang merupakan musuh alaminya.
Di Provinsi Jawa Tengah tren serangan hama tikus terus menurun dari tahun ke tahun. Data BPS menampilkan pada tahun 2013 tercatat terjadi serangan tikus seluas 37.894 Ha. Pada tahun 2017 turun menjadi 15.873 ha, dan pada tahun 2018 turun lagi menjadi 9.529 hektar. Berdasarkan perhitungan pada tahun 2022/2023 akan terjadi serangan seluas 4.743 ha, ternyata pada tahun itu luas serangan tikus 3.035 hektar.
Diatas kertas, prosentase luas serangan tikus memang kecil, dibanding luas panen padi yang mencapai 1,64 juta hektar, hanya 0.0018%. Namun bagi petani yang sawahnya terserang tikus, akan tetap merasakan sebagai musibah besar.
Apabila diasumsikan rata-rata pemilikan sawah petani seluas 0,3 ha. Maka pada tahun 2022/2023 terdapat 1.012 orang petani yang tidak panen akibat serangan tikus.
Hama yang satu ini tidak mudah dikendalikan karena, tikus sawah memiliki laju reproduksi yang sangat tinggi. Sepasang tikus dalam waktu 6 bulan, bila kadaan normal, dapat berkembang mejadi minimal 200 ekor.
Tikus juga memiliki kemampuan adaptasi yang baik dan seringkali menjadi resisten terhadap berbagai jenis pestisida, membuat pengendalian populasi mereka menjadi lebih sulit. Tikus bersembunyi diliang-liang yang kadang sulir dijangkau. Sehingga pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan terpadu, termasuk penggunaan predator alami, metode mekanis, dan manajemen habitat yang baik.
Melihat hal tersebut, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menyambut baik Gerakan Massal Membangun Rumah Burung Hantu (Rubuha), yang diinisiasi Kementrian Pertanian. .
Kementerian Pertanian RI melaksanakan Germas Rubuha 2024 yang merupakan gerakan nasional pembangunan Rubuha secara serentak yang dilaksanakan secara daring melalui bimbingan teknis dan sosialisasi PROPAKTANI Pada hari Sabtu 13 Juli 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya peningkatan produktivitas pertanian melalui metode pengendalian hama tikus ramah lingkungan dalam rangka mendukung program Percepatan Tanam dan Pertambahan Areal Tanam (PAT).
Gerakan Massal (Germas) Pemasangan Rumah Burung Hantu (Rubuha) ini dilaksanakan dalam upaya pengendalian Hama tikus untuk mendukung pengamanan Produksi Padi. Kegiatan ini sebagai upaya memasyarakatkan burung hantu sebagai predator alami tikus sawah sehingga mengurangi pemakaian pestisida kimia, menurunkan biaya produksi serta meningkatkan kesejahteraan petani.
Seperti diketahuis sebuah rubuha dihuni sepasang burung tyto alba, dua ekor burung ini mampu mengamankan 5 Ha sawah petani dari serangan tikus.
Di Provinsi Jawa Tengah Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Supriyanto, SP, MP, bersama 29 Kepala Dinas Pertanian kabupaten dan kota di Jawa Tengah melaksanakan Germas Pemasangan Rubuha secara serentak pada hari Sabtu, 13 Juli 2024.
Pada saat Germas tersebut, jumlah kelompok tani yang berpartisipasi sejumlah 157 kelompok. Rubuha yang dipasang sejumlah 309 unit.
Germas Pemasangan Rubuha Serentak di Jawa Tengah secara simbolis dilakukan di Kelompok Tani desa Podosuko kecamatan Candi mulyo, kabupaten Magelang.
Pada kesempatan tersebut Supriyanto menyampaikan pesan kepada Kelompok Tani agar memelihara dengan baik keberadaan burung hantu atau burung tyto alba dan rubuhanya.
“ Burung hantu atau tyto alba merupakan predator hama tikus, memanfaatkan tyto alba untuk pengendalian hama tikus merupakan salah satu metode Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang disebut metode musuh alami “ kata Supriyanto.
Dalam kesempatan yang sama Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (BPTPHP Ir. Herawati Prarastyani, Msi, menjelaskan kepada para petani bahwa tikus adalah makanan utama Tyto alba, yakni sekitar 99,41 persen.
“Burung Tyto alba ini mampu mendengar dan mendeteksi hama tikus hingga 500 meter. Sedang daya jelajah seekor burung mencapai hingga 10-12 Km, setiap burung tyto alba berburu tikus untuk dimakan sekitar 3-5 ekor setiap malam” ujarnya.
Kegiatan yang diselenggarakan pada hari libur kerja tersebut tetap berjalan lancar dihadiri oleh puluhan orang. Terlihat hadir jajaran petugas dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, segenap Penyuluh Pertanian dan Petugas POPT, Babinsa, Bhabinkamtibmas,dan puluhan petani anggota Gapoktan Podosuko.
“ Gerakan Massal Membangun Rumah Burung Hantu (Rubuha) harus terus digalakkan, karena metode ini dikenal paling murah dan ramah lingkungan serta sangat efektif dalam mengantisipasi ancaman hama tikus yang sering terjadi pada semua fase perkembangan tanaman padi. Saya harapkan gerakan ini terus berlanjut, agar burung hantu makin berkembang biak memangsa tikus. Sehingga hama tikus dapat dikendalikan, dan program Percepatan Tanam dan Pertambahan Areal Tanam (PAT) sukses mencapai tujuan” pungkas Supriyanto.
Reporter : Djoko w
Baca juga
Kunjungi Dokter Tani, MAPORINA Jateng Dorong Pertanian Organik Lewat Kolaborasi
Optimalkan Aliran Air, BBWSPJ dan Pemkab Sidrap Gali Saluran Irigasi
Listrik Masuk Sawah, Dukung Ketahanan Pangan Kabupaten Demak