Sinar Tani, Brebes — Fx. Hery Priyono, seorang Penyuluh Pertanian di Brebes, berhasil meramu berbagai bahan menjadi sebuah formula yang dapat meremidi kesuburan tanah pertanian. Formula yang memanfaatkan jasad renik atau microorganime tersebut diberinama Gita.
Petani bawang merah di kabupaten Brebes, tempat Hery bekerja, dikenal sangat intensif dalam melakukan proses bercocok tanam. Sudah menjadi rahasia umum, untuk mengamankan tanaman dan memperoleh produksi tinggi, sebagian besar dari mereka mengaplikasikan bermacam pestisida kimia sintetis dalam dosis dan frekwensi yang tinggi. Juga dengan pemakaian pupuk kimia, jenis dan dosis pupuk yang diberikanpun makin hari makin bertambah.
Dampak dari perlakuan yang kurang tepat tersebut sekarang mulai dirasakan petani. Banyak tanah pertanian yang kurang produktif lagi, karena mengalami kerusakan fisik dan biologis.
Mengatasi hal tersebut pemerintah sigap memberdayakan petani mengendalikan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) secara bijaksana dan berbudidaya tanaman sehat lewat kegiatan Sekolah Lapang Pengendalian Hama dan penyakit Terpadu (SLPHT).
Sejalan dengan gaung SLPHT yang makin samar terdengar, FX. Hery Supriyono melihat masih adanya tanah-tanah yang rusak kesuburanya. Juga perlakuan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan, untuk mempertahankan produksi tinggi juga masih terjadi. Lingkaran setan terus berlanjut.
Menurut Hery, sebenarnya petani menyadari hal tersebut, namun tak berdaya mengatasinya. Karena untuk menyehatkan tanah, tak ada jalan lain kecuali dengan pemberian pupuk organik dalam jumlah besar. Untuk keperluan itu petani membutuhkan tambahan dana dan tenaga yang besar pula. Maka diambil alasan yang “masuk akal” : malas ah.
Remediasi Tanah
Dengan pengalaman ketika mengikuti SLPHT ditambah belajar dari berbagai sumber, Penyuluh Pertanian senior yang sekarang bertugas di BPP Brebes ini, bertekat untuk membantu petani memulihkan kesuburan tanah mereka (remediasi tanah)
Hery berexperimen membuat pupuk organic cair (POC) yang dapat mengembalikan kesuburan tanah, ringan, mudah diaplikasi dengan biaya terjangkau.
Setelah banyak trial and error, akhirnya Hery berhasil membuat sebuah formula yang diberinama Gita (Ragi Tanah) Kompetorindo.
Menurut Hery, Bioremidiasi memanfaatkan sumber daya pupuk organik cair, yang terbuat dari bahan lokal guna mengembalikan kondisi ekologis tanah yang kondusif bagi media tumbuh. Agar tanaman tumbuh sehat, aman bagi lingkungan dan konsumen, menuju swasembada pangan yang berkelanjutan.
Tujuan moral Bioremediasi Tanah meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha dalam agribisnis. Agar tidak hanya mengejar keuntungan semata tanpa mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan bagi lahan pertanian hingga para kosumen produk pertanian.
Gunakan Bahan Alami
Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat Gita diambil Hery dari sekeliling desanya. Antara lain gedebog pisang, nasi basi, akar bambu dan sebagainya. Prinsipnya, Hery memanfaatkan mikro organisme pengurai unsur hara makro seperti Nitrogen, Phospat dan Kalium, serta unsur hara mikro seperti Fe, Bo, Mn dan lainya yang ada dalam tanah
Hery menegaskan, dengan penggunaan pupuk organik cair maka petani akan dapat menekan biaya sarana produksi. Dibandingkan penggunaan pupuk kimia maupun pupuk organik padat dengan cara-cara konvensional
“Tujuan utama POC ini adalah dipergunakan sebagai pembenah tanah, dan penyubur tanah bagi tanaman pangan, hortikultura, sayuran, dan bunga. Namun bisa juga dapat digunakan sebagai tambahan campuran minum bagi ternak, serta penggunaan lain misalnya proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik dalam pembuatan pupuk kompos serta penggunaan di kolam perikanan air tawar,” ungkapnya.
Gita sudah dicoba Hery bersama para petani binaannya, bahkan sudah sampai keluar daerah. Namun untuk saat ini, Hery belum mengkomersialkan larutan pupuk racikannya.
“Karena harus menggaji karyawan, belanja bahan dan kemasan, petani yang menggunakan cukup mengganti harga bahan dan tenaga seikhlasnya,” ungkap Hery
Aplikasi Gita
Siapkan ember besar kemudian takar sebanyak 8 Liter air lalu tuangkan 2 Botol Gta @ isi 500 cc. Tambahkan gula, urea atau NPK masing-masing sebanyak 1 Kilogram.
Selain itu tambahkan pula jus buah dan jus sayuran atau jus daun sebanyak 1 liter lalu di aduk sampai homogen, kemudian masukkan dalam jerigen biarkan terfermentasi minimal 48 jam atau maksimal selama seminggu.
“Sebaiknya aplikasi sewaktu pagi atau sore hari, dan di sarankan seyogyanya tidak terkena sinar matahari langsung,” tambah Hery.
Gunakan untuk mengocori lahan ( H-7 ) sebelum pengolahan tanah untuk luas 0,175 Ha, pengolahan tanah dapat dilakukan baik manual memakai cangkul ataupun dengan mekanik menggunanakan bajak manual dengan penarik sapi maupun kerbau , bisa juga menggunakan bajak mekanisasi menggunakan Hand Traktor, Traktor kecil, Traktor sedang maupun Traktor besar.
“Lakukan 2X (dua kali) pengocoran yakni satu minggu sebelum olah tanah dan tiga hari sebelum olah tanah ( H-7 dan H-3 ). Untuk kebutuhan H-3 maka diperlukan penyiapan Cairan GITA lagi seperti tersebut di atas,” jelasnya.
Ditambhakan Hery, bersamaan pengolahan tanah di taburkan pula secara merata pupuk kandang sebanyak 100 kg – 500 kg lalu tambahkan pula dedaunan kacang- kacangan seperti turi; gliricidae; lamtoro; kacang tanah; albazia; sengon; munggur dll, sebanyak 100 Kg-300 Kg pada setiap luasan seperempat bahu lahan (0,175 Ha), atau setara 600-1800 Kg/Ha.
Setelah olah tanah selesai, dapat pula dilakukan pengocoran lagi sebelum ditanami, lalu dilakukan penanaman seperti biasa, bisa menggunakan tenaga tanam manual maupun dengan mekanisasi Transplanter.
“Pemupukan seperti biasa namun tetap berpedoman pada BWD/Bagan Warna Daun ataupun Cheking menggunakan Soil Test Kit sehingga efisiensi pupuk tetap diutamakan. Pegocoran selanjutnya lakukan seminggu sekali hingga tanaman padi menjelang premordia,” ujarnya.
Sedangkan untuk pengaplikasiannya, Hery menjelaskan dapat dilakukan pagi atau sore hari dan seyogyanya tidak terkena sinar matahari langsung. Cara aplikasi dapat dengan di kocor dengan diencerkan terlebih dulu menggunakan air bersih. Dapat pula dengan cara disemprotkan, bilamana mempergunakan sprayer usahakan agar isi tangki bersih dari sisa racun.
Pengalaman Petani
Dari testimoni beberapa petani yang telah mencoba, mereka mengaku POC Gita dapat mempercepat pengolahan lahan, lahan cepat terbentuk koloid tanah, mempercepat texturisasi tanah, tahan menyimpan air lebih lama, kelembaban tanah terjaga, luas daun meningkat, kuantitas bulir padi meningkat, bobot biji meningkat, hingga hasil panen meningkat signifikan
Hery menambahkan bahwa dari aspek sosial inovasi ini praktis dan mudah dilaksanakan bahkan oleh petani dari segala tingkat pendidikan , disamping itu teknologi ini bisa diterima karena bahan dan alat pendukung tersedia di lapangan serta mudah dalam penyediaannya
Dari aspek ekonomis penggunaan POC ini cukup menguntungkan. Beberapa lokasi percobaan oleh para petani volunteer menyatakan ada peningkatan baik secara fisik maupun kuantitas maupun kualitas produk pertaniannya.
Hery bersama teman-teman di BPP Larangan Brebes juga telah mengadakan penelitian sederhana : Pengaruh pemberian POC Gita terhadap produksi padi.
Penelitian ini dilakukan di BPP Larangan Brebes pada Februari 2020 dengan metode pengambilan sampel acak berjenjang.Data diolah menggunakan aplikasi Excel.
Hasil penelitian menunjukkan:
- Jumlah anakan kontrol rerata 14,07 , POC dengan rerata 27,73.
- Berat malai: Kontrol rerata 3,68 gr, POC rerata 4,15 gr.
- Panjang malai: Kontrol rerata 24,50 cm POC rerata 26,11 cm.
- Jumlah bulir: Kontrol rerata 144,27 POC rerata 153,17.
- Berat seribu butir: Kontrol rerata 26,20 gr, POC rerata 27,12 gr.
Kontribusi kenaikan produksi padi:
- Jumlah Anakan meningkat 97,09%(SN) terhadap kontrol.
- Berat Malai meningkat 12,77%(N) terhadap kontrol;
- Panjang Malai meningkat 6,53%(N) terhadap kontrol.
- Jumlah Bulir Permalai meningkat 6,17%(N) terhadap kontrol.
- Bobot Seribu Butir meningkat 3,51%(N) terhadap kontrol,
- Jumlah Cabang Malai meningkat (–3,55%) (TN) terhadap kontrol.
Bioremediasi lahan diukur dari kenampakan fisik dan pengukuran dengan alat sederhana, uji Kapasitas Tukar Kation.
- Kontrol lampu redup, POC Nyala Terang.
- Hasil soil test kit kontrol miskin NPK, POC Hara Makro NPK sangat subur,
- Pengukuran PH: kontrol asam, POC Normal.
POC hasil racikan Penyuluh Pertanian Brebes ini telah dicoba oleh petani di semua kecamatan di kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Ternyata dari unggahan di Medsos banyak petani di luar Brebes yang ikut mencoba. Beberapa ada yang di Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sumsel dan Kalimantan.
Reporter ; Djoko W
Baca juga
Listrik Masuk Sawah, Dukung Ketahanan Pangan Kabupaten Demak
Jual Pupuk di Atas HET, Mentan Ancam Cabut Izin Distributor Nakal
Dorong Produktivitas, TNI Bersama Warga Panca Lautang Perbaiki Saluran Irigasi