Sinar Tani, Semarang — Mengembalikan kesuburan lahan sawah dengan meninggalkan pupuk dan pestisida kimia, lalu kembali menggunakan pupuk dan pestisida organik mulai diyakini dapat mendongkrak pendapatan petani di kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Hal tersebut diungkapkan Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, SH, MH, dalam “ Panen Padi Sehat Rawa Pening dan Dialog Interaktif Ketahanan Pangan” di desa Candirejo, kecamatan Tuntang, beberapa lalu.
Kalimat optimis tersebut dungkapkan Bupati Ngesti Nugraha, setelah mendengar laporan Ismail Saleh, ketua gapoktan Mandiri dan menyaksikan hasil ubinan padi pada pagi hari itu. Sekaligus menjawab keluhan petani, bahwa lahan sawah mereka semakin kesini semakin susah digarap.
“ Bila kena air seperti bubur, bila kering menjadi sangat keras, lapisan lumpur makin dangkal dan membutuhkan pupuk makin banyak” kata seorang petani.
Bupati mengatakan, produktivitas tanaman padi pada lahan yang telah pulih kesuburannya, dan menggunakan pupuk organik penuh, dapat mencapai 9,6 ton GKP per hektar, sedang yang masih memakai pupuk kimia 550 kg ditambah pupuk organik 500 kg hanya mencapai 8 ton lebih GKP per hektar.
Dihadapan para petani gapoktan Mandiri serta seluruh Camat se kabupaten Semarang, Kepala Desa dan Lurah se Kecamatan Tuntang, Ngesti menambahkan bahwa banyak keuntungan bila petani mau memupuk kembali tanaman padi menggunakan pupuk organik.
Keuntungan pertama, adalah produksi padi meningkat dari 7 ton menjadi 9,6 ton. .
Karena dengan meninggalkan pupuk kimia, kesuburan tanah yang telah rusak menjadi pulih , biota-biota alami yang ada dalam tanah hidup dan aktif. kembali.
Keuntungan kedua adalah petani dapat menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk kimia. Petani dapat berswasembada menyediakan pupuk dari bahan yang ada disekitar domisili. Misalnya kohe ternak, sisa-sisa tanaman, jerami, sekam dan sebagainya.
Keuntungan selanjutnya, petani dapat menghasilkan beras sehat yang sangat bagus bagi kesehatan konsumen.
Bupati yang mengaku berasal dari desa tersebut mengatakan adanya tatangan yang masih harus dihadapi petani pada umumnya, ketika akan beralih dari pola pertanian kimia menjadi pola pertanian organik.
“ Kita perlu menata pola produksi, distribusi dan keterjangkauan akan pupuk organik itu sendiri. Kebutuhan pupuk organik cukup besar 2 – 5 ton per hektar, sehingga perlu adanya pola penataan, agar petani dapat mudah memperoleh pupuk organik dengan harga terjangkau” tambahnya
Lebih lanjut juga dikemukakan bahwa perlu diusahakan pola pemasaran hasil. Terbukti di gapoktan Mandiri, dengan memanen dan memproses sendiri kemudian dijual dalam bentuk beras, petani mendapat selisih lebih 20% dibanding kalau ditebaskan.
Pertanian Modern
Yang merisaukan para petinggi di kabupaten Semarang, mungkin juga terjadi didaerah lain, adalah tenaga kerja produktif dibidang pertanian semakin langka. Para pemuda dan pemudi didesa enggan bekerja di sektor pertanian. “ Sudah kotor, kulit gosong pendapatan kecil Lebih baik keja di kota, walau pendapatan juga kecil tapi paling tidak lebih keren” kata mereka.
Dikatakan pula oleh bupati : “ Sampai ada beberapa hektar sawah dibiarkan bero, karena kesulitan tenaga kerja, sehingga apabila dipaksakan petani akan merugi ”
Solusi untuk masalah tersebut adalah menjalankan usaha tani modern, dengan memanfaatkan teknologi yang semakin maju. Baik teknologi alat mesin pertanian maupun teknologi informasi (IT).
Pada kesempatan itu bupati menunjukkan kepada para petani display alsintan yang disiapkan di arena pertemuan. Distributor produk alsintan dari negeri tirai bambu di Semarang, menampilkan power tiller untuk mengolah tanah, power sprayer, sprayer elektic, pompa air, rice mill mini, dan drone penyemprot tanaman. Sedang produsen alsintan dari Yogyakarta memaerkan produk mini combine harvester dan hand tractor.
“Semua lat-alat ini akan membantu petani sehingga seluruh pekerjaan terasa ringan, menghemat waktu dan biaya. Dan yang penting juga: terlihat keren.disukai nak muda”
“ Pada tahun 2024 ini kami akan membeli 4 drone untuk kami tempatkan di BPP, boleh digunakan dilahan petani, gratis “ kata bupati.
“ Kami juga telah menempatkan pompa air di beberapa titik sawah tadah hujan, salah satu di desa..telah dinjau Presiden RI Bapak Djoko Widodo beberapa hari lalu, termasuk ada 3 titik sumur dalam yang menggunakan pompa air tenaga surya.
Pemanfaatan teknologi informasi untuk mengetahui harga pasar, prakiraan cuaca, rekomendasi pemupukan sudah tersedia dan bisa di akses melalui handpone.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Ngesti meminta kepada masyrakat untuk memanfaatkan teknologi dalam hal ini HP untuk kemajuan pertanian.
“Semua ini kami laksanakan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Kami yakin kemudian akan menggerakkan roda ekonomi masyarakat kabupaten Semarang “ pungkas Ngesti Nugraha.
Reporter : Djoko W
Baca juga
Listrik Masuk Sawah, Dukung Ketahanan Pangan Kabupaten Demak
Jual Pupuk di Atas HET, Mentan Ancam Cabut Izin Distributor Nakal
Dorong Produktivitas, TNI Bersama Warga Panca Lautang Perbaiki Saluran Irigasi