- Sinar Tani, Sukoharjo — Kualitas produk buatan anak bangsa yang tidak kalah dari produk impor ditunjukkan lewat mesin perontok (Thresher) multi guna. Dibuat oleh putra asli Sukoharjo, Jawa Tengah, mesin lokal ini mampu merontok 2 ton padi per jam, 1,5 ton jagung per jam dan 8 kwintal kedelai per jam, serta memiliki daya tahan hingga 15 tahun. “
Dibengkel las dan mesin yang diberi nama bengkel PENI, Supardi (60 mth) dibantu 27 orang karyawan merakit mesin perontok sebagai usaha pokok. Bengkel yang masih termasuk kelas UMKM ini mampu menghasilkan Thresher sebanyak 15 unit.
Apabila ada pesanan dalam jumlah banyak, bengkel ini dapat menambah kapasitas produksi dengan menambah karyawan dan jam kerja. Sedang apabila ada waktu senggang, bengkel PENI juga memproduksi mesin-mesin lain sesuai pesanan pelanggan. Misalnya mesin penggiling daging bakso, mesin penggiling pupuk kandang, serta mesin-mesin yang lain.
Berbekal pengalaman kerja selama 7 tahun di bengkel mesin CV. Suratman Solo, Supardi muda pada tahun 1998 mencoba rejekinya dengan membuka bengkel las dan mesin sendiri. Lokasi yang dipilih adalah tempat tinggal sendiri di desa Bentakan, kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo.
Sejak awal, Supardi memang fokus dalam perakitan Thresher atau mesin perontok. Dia bekerja sama dengan perajin cor logam di Ceper, Klaten dan sebuah toko besi di Solo untuk pekerjaan press plat besi.
Setelah melalui proses bongkar pasang berkali-kali, akhirnya pada ia berhasil merakit sebuah mesin perontok multi guna seperti yang diunginkan. Mesin perontok pertama tersebut ternyata disukai petani, dan langsung terjual. Hal ini menambah semangat Supardi untuk terus memproduksi.
Mesin penggerak yang dipakai menggunakan mesin penggerak ex china, atau ex Jepang. Menurut pengalaman pemakai, mesin ex china bertahan 7 tahun, sedangkan ex Jepang dapat bertahan 15 tahun.
Mesin perontok keluaran terakhir memiliki ukuran yang sudah diperpanjang, sehingga dapat menghasilkan gabah yang lebih bersih. Kecuali itu mesin penggerak telah dimodifikasi sedemikian rupa, di pasang gardan bekas, unit perontok ini dapat berjalan sendiri, dikemudikan dijalan raya maupun jalan usaha tani. Sehingga dengan lincah dapat melayani petani dimanapun tanpa ditarik mobil pengangkut.
Dilapangan satu unit Thresher biasanya dilayani oleh 15 sampai 20 orang tenaga kerja. Tiga atau empat orang melayani mesin, yang lain menyabit atau mengumpulkan panenan.
Karena mesin ini multi guna, maka dapat digunakan untuk merontok padi, dari bentuk batang padi bermalai menjadi gabah bersih, Sedangkan untuk jagung, bisa digunakan untuk jagung berklobot menjadi jagung wose. Dan kedelai.yang dirontok dengan mesin ini, dari bentuk batang ber polong menjadi kedelai wose bersih.
Untuk menjaga kualitas produk, Supardi mengaku melakukan uji mesin perontok ke Laboratorium Pengujian Alat Dan Mesin Pertanian Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian di Serpong Jawa Barat. Hasil pengujian berupa test report yang dapat menggambarkan kualitas dan kapasitas mesin tersebut.
Dibanding dengan produk serupa dari produsen lain, Supardi mengakui harga mesin perontok produksinya selisih Rp 1 juta sampai Rp 3 juta.
“Karena saya benar-benar mematuhi ketentuan dari pemerintah. Saya tidak mengurangi ukuran besi maupun ketebalan plat “ katanya.
Mesin perontok buatan PENI ini dijual Rp 48 juta/unit, dengan garansi selama 1 tahun.
“Biasanya “pisau” perontok akan aus setelah 3 kali dipakai, Bengkel menyediakan pengganti baru atau memperbaiki yang lama,” tambahnya.
Beratus-ratus unit mesin perontok buatan bengkel PENI telah tersebar di seluruh pulau-pulau besar di Indonesia. Bahkan Supardi juga dipercaya oleh Pemerintah untuk memenuhi pengadaan kebutuhan mesin perontok petani. \
“Ketika memenuhi pengadaan pemerintah, saya mengirim barang dan teknisi sampai lokasi. Setelah barang diterima dalam keadaan baik, teknisi melatih para operator agar dapat menjalankan mesin dengan baik dan benar,” tambahnya.
Untuk keberlanjutan usaha, Supardi mengaku telah menyiapkan putra bungsunya, Danang Dwi Prasetyo sebagai kader penerus usaha yang sudah dirintisnya.
Walaupun bersaing dengan mesin kombin ( combine harvester) yang dapat bekerja lebih cepat dan lebih rapi, namun masih banyak petani yang lebih memilih untuk menggunakan jasa mesin perontok Thresher buatan Supardi.
Alasan adalah mesin combine meninggalkan jejak berupa parit-parit yang cukup dalam disawah, dan memerlukan banyak tenaga untuk memulihkan Kembali. Disamping itu, dengan menggunakan mesin perontok, petani merasa masih dapat sedikit bersedekah.
Sisa-sisa padi yang terlewat oleh tukang potong padi biasanya dipunguti oleh para “pengasak”.yang kebanyakan adalah tetangga sendiri yang tidak memiliki sawah.
“Pada musim panen, mereka cukup puas bila memperoleh 5 – 10 kg gabah dari hasil me ngasak setiap turun kesawah,” jelasnya.
Reporter : Djoko W
Polbangtan Kementan Dorong Produktivitas Pertanian di Gobang melalui Program Pompanisasi
Pompanisasi di Gunung Kidul, Langkah Nyata Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
Hujan Datang, Wamentan Ajak Petani Demak Percepat Tanam Padi untuk Kesejahteraan