Sinar Tani, Semarang — Sumber Mata Air, atau orang setempat suka menyebut UMBUL atau Sendang, “Senjoyo” merupakan sumber air besar yang terletak di tepi selatan Kota Salatiga. Walaupun berada di dekat Kota Salatiga, namun Kawasan Senjoyo justru masuk daerah administrasi dusun Jubug, desa Tegalwaton, Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Keberadaan Umbul Senjoyo yang memiliki debit air sekitar 1.000 litter/detik ini sangat berarti bagi masyarakat sekitar umbul, maupun masyarakat kota Salatiga dan Kabupaten semarang. Air yang membual-bual dari umbul Senjoyo tidak hanya dimanfaatkan untuk kepentingan domestik masyarakat setempat saja, namun juga dimanfaatkan untuk keperluan air minum, industri, perkantoran dan irigasi pertanian, yang ada di wilayah Kota Salatiga dan kabupaten Semarang.
Yang unik di Sumber Mata Air Senjoyo ini adalah debit mata air yang sudah dihitung sebesar 1000 lt/detik itu berasal 7 sumber mata air . Masing-masing punya nama dan identitas sendiri-sendiri. Ke 7 sumber tersebut adalah : Umbul Senjoyo, Sendang Slamet, Sumur Bandung, Kali Putri, Kali Lanang, Grojokan Sewu dan Sendang Teguh.
Air yang muncul dari dalam tanah ada yang mengalir bebas membentuk sungai dan telaga, Namun ada yang yang langsung dicegat pada pondok-pondok instalasi air bersih, untuk dialirkan ke beberapa pengguna.
Tercatat disana, pengguna air tersebut terdiri dari PDAM Kota Salatiga sebanyak 190 liter/detik, PDAM Kabupaten Semarang sebesar 30 liter/detik, Industri tekstil PT. DAMATEX sebanyak 53 liter/detik dan Asrama Militer YONIF 411 sebesar 11,80 liter/detik. Baru selebihnya, sekitar 870 lt per detik mengalir ke sungai Senjoyo, menyatu dengan aliran sungai dari atas, lalu ke saluran-saluran irigasi dan dimanfaatkan untuk budidaya pertanian).
Pengelolaan air irigasi yang bersumber dari umbul Senjoyo bersama air dari Sungai Senjoyo ditangani oleh Dinas PSDA (Pengelolaan Sumber Daya Air Bersih) DPU Propinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan cakupan wilayah irigasi yang luas diatas, 4.000 hektar dan mencakup irigasi lintas wilayah, antara Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga.
Pemanfaatan mata air Senjoyo dan sungai Senjoyo untuk irigasi ini dibagi menjadi 10 Daerah Irigasi. Menjadi andalan irigasi lahan sawah seluas 4.574 Ha.
Meliputi sawah-sawah di Kabupaten Semarang seluas 3.727 Ha, yang berada di 45 desa pada 5 kecamatan, yaitu wilayah Kecamatan: Tengaran, , Bringin, Pabelan, Suruh dan Bancak. Sedangkan luas sawah di Kota Salatiga yang menerima irigasi dari sungai Senjoyo seluas 847 Ha pada 6 desa di 3 Kecamatan, yaitu kecamatan : Tingkir, Argomulyo dan Sidorejo.
Air irigasi tersebut mengalir sepanjang waktu. Baik dimusim kemarau, apalagi di musim hujan. Dibawah bimbingan Dinas PSDA dan Dinas Pertanian setempat, para petani mengatur air irigasi dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. Mereka tergabung dalam kelompok-kelompok tani dan juga kelompok-kelompok Darma Tirta.
Wilayah-wilayah penerima irigasi dari Senjoyo ini merupakan penghasil padi utama dikabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Kecuali padi wilayah-wilayah ini juga menghasilkan jagung, ubi jalar dan kacang tanah.,
Perubahan iklim membawa dampak yang signifikan terhadap problem air yang ada di “Sumber Mata Air” Senjoyo. Lembaga IUWASH mencatat bahwa fenomena di wilayah Kota Salatiga setidaknya menglami penurunan yakni sebanyak 23% . Hal ini tentunya akan berimplikasi terhadap ketersediaan air tanah di wilayah “Sumber Mata Air” Senjoyo.
Fenomena penurunan debit air dari Umbul Senjoyo sudah dirasakan oleh masyarakat dan terutama petani, beberapa tahun lalu. Di inisiasi oleh sebuah LSM di Salatiga, bersama seluruh komponen masyarakat setempat, di kawasan resapan air umbul Senjoyo berhasil dibangun ribuan sumur resapan.
Hasil dari sumur resapan tersebut langsung terlihat dan dirasakan masyarakat. Beberapa tahun kemudian debit air Umbul Senjoyo berangsur meningkat dan sekarang telah pulih kembali seperti semula.
Petani penerima manfaat aliran irigasi sungai Senjoyo ini, dapat Bertani sepanjang tahun. Gilir tanam yang dilakukan berupa tanaman pad-padi-palawija, atau bahkan padi-padi-padi dalam setahun.
Tanah yang subur, pengelolaan air serta budidaya yang baik oleh petani, dapat memberikan rata-rata produktivitas padi yang cukup bagus.
Pada 5 kecamatan di Kabupaten Semarang pada tahun 2020, rata-rata produktivitas padi terendah adalah 58,9 ku per Ha GKG (Gabah Kering Giling) dan yang tertinggi mencapai 61,6 ku per Ha GKG. Pada tahun 2021 rata-rata produktivitas padi pada 5 kecamatan tersebut meningkat sedikit. Terendah menjadi 59,4 ku per Ha GKG (Gabah Kering Giling) dan yang tertinggi mencapai 62,4 ku per Ha GKG. Sumber : BPS Kabupaten Semarang
Sedangkan pada lahan sawah penerima irigasi Senjoyo di Kota Salatiga tidak teridentifikasi secara spesifik. Rata-rata produktivitas padi tahun 2019 mencapai 57,2 ku per Ha GKG (Gabah Kering Giling).Sumber : BPS Kota Salatiga
Air merupakan salah satu sumber alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan mempunyai daya regenerasi yang selalu berada dalam sirkulasinya dari suatu siklus yang disebut siklus air/siklus hidrologi.
Karena sifatnya dapat diperbaharui. Namun demikian searah dengan perkembangan populasi mahluk hidup yang cepat dan khusus pada manusia untuk memenuhi kebutuhan air dalam kehidupannya, menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan persediaan air disekelilingnya.
Oleh karena itu diiperlukan teknologi pengelolaan sumber air yang bijak dan cerdas (smart), juga mengikuti kearifan lokal (Local Wisdom) yang ada, sehingga ketersediaan air tetap berjalan sesuai kebutuhan populasi mahluk hidup yang ada.
Reporter : Djoko W
Polbangtan Kementan Dorong Produktivitas Pertanian di Gobang melalui Program Pompanisasi
Pompanisasi di Gunung Kidul, Langkah Nyata Perkuat Ketahanan Pangan Nasional
Hujan Datang, Wamentan Ajak Petani Demak Percepat Tanam Padi untuk Kesejahteraan