Sinar Tani, Karawang — Industri benih terbilang unik. Pasalnya, karena semua berhubungan dengan alam, teknologi, manusia, kedispilinan, termasuk resikonya yang cukup tinggi. Karena itu, tantangan yang dihadapi industri benih sangat besar.
Uniknya industri benih diungkapkan Direktur Utama PT. Agri Makmur Pertiwi, Junaidi Sungkono saat Panen Raya Padi Varietas Pak Tiwi 2 di Desa Jayamakmur, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawan, Kamis (13/6). “Benih termasuk industri yang unik. Semua berhubungan, dari alam, teknologi, manusia, kedisiplinan, termasuk resiko misalnya hasil yang diproduksi tidak diterima dengan baik oleh pasar,” katanya.
Bagi Junaidi, semua industri mempunyai tantangan, termasuk industri benih. Salah satunya regulasi. Karena itu Ia berharap, konsistensi pemerintah dalam kebijakan perlu ditingkatkan, karena menyangkut investasi pelaku usaha. “Memproduksi benih itu mudah. Tanam tumbuh dan panen. Tapi tidak sebatas itu,” tegasnya.
Menurutnya, untuk menghasilkan benih unggul tidak instans, tapi melalui proses pemuliaan, percobaan tanam di lapangan. Bukan hanya 1-2 lokasi, tapi sampai 10 lokasi dan bertahun-tahun. Selain itu dilakukan pengamatan di banyak lokasi, bukan hanya di dataran rendah tapi juga dataran menengah dan dataran tinggi.
Kemudian baru diputuskan untuk diproduksi dalam jumlah besar. Jadi untuk bisa melepas satu varietas banyak parameter yang diukur. “Kalau sekadar memproduksi gampang, tapi mendapatkan satu varietas mencari yang bisa memuaskan untuk pemakaian yang sulit,” katanya.
Junaidi mengatakan, ada kemungkinan setelah 3-4 tanam ada masalah muncul. Karena umur, kemurnian vareitas akan berubah dan ketahanan penyakitnya menurun. Bahkan varietas yang dihasilkan bertahun-tahun itu, kemungkinan bertahannya juga sebentar. Belum lagi tantangan masalah alam dan iklim.
“Ini tantangan industri benih,” kata Junaidi. Karena itu, industri benih harus mempunyai perencanaan yang matang. Sebab, bisa jadi yang diteliti dan diproduksi nantinya tidak laku di pasaran. “Misalnya, kita rencanakan produksi sebanyak 1.000 ton, tapi karena faktor alam hasilnya hanya 300 ton,” tambahnya.
Untuk itu, menurut Junaidi, perusahaan benih juga harus berkesinambungan. Penelitian juga harus berjalan menghasilkan benih unggul. Jadi kualitas benih harus sama, meskipun diedarkan dan ditanam di seluruh Indonesia. Sebab untuk menanam suatu varietas petani juga berinvestasi. Petani perlu biaya tanam, tenaga kerja dan lain-lainnya. “Alangkah menyedihkan apabila benih-benih itu tidak bisa membuat mereka lebih sejahtera,” katanya.
Varietas Pak Tiwi
Saat ini PT. Agri Makmur Pertiwi memproduksi varietas Pak Tiwi 2. Varietas ini merupakan perbaikan dari varietas sebelumnya Pak Tiwi 1. Perbedaan utama varietas Padi Pak Tiwi 2 adalah bulir padinya lebih besar dibandingkan Pak Tiwi 1. Benih Padi Sawah Pak Tiwi 2 telah dilepas berdasarkan Kepmentan No. 2435/Kpts/SR.120/7/2012. Peb
Menurut Junaidi, padi Pak Tiwi 2 merupakan benih unggul padi sawah dengan jumlah anakan lebih produktif banyak, malai panjang, tahan rebah dan potensi hasilnya mencapai 10,3 ton/ha gabah kering giling (GKG). Kelebihan lain Pak Tiwi 2 ini bisa dipanen mulai 105-122 hari setelah semai. Nasinya juga pulen dan rasanya enak.
“Kelebihan Pak Tiwi 2 antara lain ketahanan terhadap penyakit, padinya bernas, bersih, produksinya tinggi, umurnya juga genjah, berasnya sangat pulen. Walaupun kami katakan baik, tentunya petani sendiri yang akan memilih. Produktivitas rata-rata di atas 8 ton/ha,” tutur Junaidi.
Hasil ubinan padi Pak Tiwi 2 yang ditanam di lahan petani Desa Jayamakmur, Karawang, Jawa Barat, produktivitasnya mencapai 8,16 ton/ha. “Hasil panen di lapangan sama seperti yang kami perkirakan. Kami berharap bisa dimanfaatkan masyarakat petani di daerah sekitar ini,” tambahnya.
Pak Tiwi 2 termasuk benih padi inbrida yang tidak banyak perusahaan benih mau mengembangkan benih jenis tersebut. Namun bagi Junaidi, mengembangkan padi inbrida merupakan bentuk panggilan untuk ketahanan pangan bangsa.
“Semua investor mengatakan tidak menguntungkan investasi di padi. Apalagi masuk ke breeding inbrida, semuanya ingin hibrida. Bagi kami, paling tidak kita harus membangun pertanian. Inbrida maupun hibrida semua bisa dikerjakan, memberikan manfaat yang paling baik,” tuturnya.
Jadi menurut Junaidi, meski benih padi inbrida bisa diturunkan, tapi jika benih tersebut digunakan terus menerus, maka akan menurunkan kualitasnya. Misalnya, ada perubahan ketahanan penyakit, kemurniannya, juga kualitas beras yang nanti dihasilkan akan menurun. “Kami tidak mengejar keuntungan semata-mata. Kami harus berbuat sesuatu untuk negeri kita,” tambahnya.
Tips Pemupuka Padi Pak Tiwi 2
Dasar | Pemupukan 1 | Pemupukan 2 | Pemupukan 3 | Pemupukan 4 |
5-10 HST | 21-25 HST | 35-40 HST | 45 HST | |
Dua minggu sebelum pengolahan tanah, berikan bahan organik berupa pupuk kandang atau kompos jerami sebanyak 10 ton/ha secara merata | Gunakan pupuk majemuk (NPK 15: 15:15) dengan dosis 100 kg/ha, Urea/ZA 150 kg/ha | Berikan pupuk NPK dengan dosis 150 kg/ha, Urea atau ZA 100 kg/ha.
Lakukan penyiangan dan penggenangan sebelum aplikasi pupuk. Taburkan juga insektisida berbahan aktif karbefuran atau semprotkan insektisida berbahan aktif karbosulfat |
Berikan pupuk NPK dengan dosis 150 kg/ha, pupuk KCL 50-75 kg/ha.
Lakukan penyiangan dan penggenangan sebelum aplikasi pupuk. |
Berikan ZPT Agrogibs 40 untuk meningkatkan performa masa vegetatif tanaman. |
Reporter : Indri/Yul
Hujan Datang, Wamentan Ajak Petani Demak Percepat Tanam Padi untuk Kesejahteraan
Ketersediaan Pupuk Aman, Kementan Dorong Petani Maksimalkan Tanam di Bulan Oktober
Kementerian Pertanian Bagikan Benih Gratis untuk Percepat Tanam di Oktober