6 Oktober 2024

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Glintung Go Green, Kampung Tematik di Kawasan Industri Kota Malang

Sinar Tani, Malang — Bak langit dan bumi, itulah istilah yang bisa menggambarkan suasana kampung Glinting,Kota Malang beberapa tahun lalu dan sekarang. Kampung yang sebelum tahun 2012 dikenal sebagai daerah kumuh dan banjir kini berubah total. Seperti apa kampung yang terletak ditengah Kawasan industry Kota Malang ini.

Bicara kampung Glintung tentu tidak lepas dari sosok Ir. H. Bambang Irianto. Dengan kerja keras, keuletan dam keyakinan bahwa kampung Glitung bisa berubah sosok inspiratif yang satu ini memang patut diberikan penghargaan.

Kepada Tabloid Sinar Tani, Ir. H. Bambang Irianto menceritakan perjalanannya membangun kampung Glintung. Sejak terpilih sebagai Ketua RW 23, Kelurahan Purwantoro, Kecamatan Blimbing, Kota Malang ini Bambang tertarik mengembangkan penghijauan di kampungnya.

“Awalnya kampung ini banjir, kumuh, kriminalitas tinggi, kemudian tingkat kesehatan warga rendah. Saya menjadi Ketua RW 23, dananya tidak ada dan warga rata-rata tercekik rentenir, satu-satunya prestasi kampung saya itu pernah meraih gelar memandikan jenazah. Saya berpikir mengapa kampung saya tidak pernah berubah dari kondisi seperti begitu, kondisi uang tidak ada saya susunlah tahapan-tahapan membangun kampung,”kenangnya.

Bambang mengatakan, ketika itu Pemerintah Kota Malang sedang menggalakkan program penghijauan Malang Ijo Royo-royo. Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya ini kemudian menggagas sebuah gerakan pemberdayaan kampung dengan melakukan program penghijauan lingkungan.

Untuk mewujudkan impiannya tersebut, Bambang mengaku pertama yang dilakukan adalah merubah dan membangun mental warga,

“Setahun pekerjaan saya sebagai Ketua RW hanya rapat-rapat warga untuk merubah pemikiran warga, tahun kedua mulailah saya lakukan penhijauan,” ujarnya

Karena ketidak adaan dana untuk melaksanakan penghijau, Bambang melakukan berbagai cara mulai dari membuat kesepakatan/aturan dengan ketua RT bahwa setiap warga yang membutuhkan stempel RW untuk administrasi kependudukan harus memiliki tanaman di rumahnya.

“Ada yang melahirkan mengurus akte kelahiran harus menambah tanaman, orang mau pindah ke kampung saya, harus membawa tanaman untuk di rumah masing-masing. Bukan untuk saya, kalau tidak membawa tanaman jangan pindah kalau ada yang protes silakan saya diganti, tapi warga tidak mau, akhirnya terpaksa menanam tidak boleh beli, dari mana saja untuk sementara yang penting hijau,”ungkapnya.

Gerakan Menabung Air

Selain penghijauan lingkungan, Bambang Irianto juga mengagas Gerakan Menabung dengan mengajak warga bersama-sama menabung air sewaktu musim hujan tiba.

Menurut Bambang Irianto, Gerakan Menabung Air yang dilakukan warganya bukan berarti menabung air hujan dengan menampungnya di dalam penampungan, melainkan menyalurkan air hujan dan menyimpannya di dalam tanah melalui lubang biopori, sumur resapan maupun sumur yang menjadi aliran air hujan.

“Dengan menabung air di dalam tanah, maka cadangan air tanah akan meningkat sehingga air sumur warga akan naik dan tidak kering. Pada siang hari air dalam tanah akan menguap sehingga udara tetap segar dan sejuk. Manfaatnya tidak hanya itu saja, dengan menabung air dapat mengurangi risiko terjadinya banjir saat musim hujan, pada lubang biopori juga dapat dimasukkan sampah basah, atau sampah organik sehingga nantinya akan menghasilkan kompos yang bisa dimanfaatkan warga juga,”tuturnya.

Konsep biopori dijelaskan Bambang merupakan hasil knonsultasi dengan akademisi yang ketika itu menjabat sebagai Rektor Universitas Brawijaya.

“Kemudian saya inovasikan biopori dengan bahan paralon saya namakan biopori standar, kalau yang dari kaleng cat 5 kilo saya namakan biopori jumbo. Masih banjir, saya buat lagi dari kaleng cat yang 25 kilo saya namakan biopori super jumbo,” jelasnya.

Selain biopori, Bambang juga mengandalkan sumur injeksi atau sumur resapan. Untuk membuatnya menggunakan dana bantuan program pengabdian masyrakat Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

“Sumur resapan juga dibuat oleh perusahaan yang membuka usaha di kampung Glintung, Ada juga bantuan pembaca media koran lokal dari daerah Malang, karena pemberitaan kampung begitu masif ada surat pembaca, menyumbang biaya pembuatan sumur,  akhirnya di kampung ada 700 biopori standar dari paralon, ada 200 jumbo, 200 super jumbo ada tujuh sumur resapan,” ungkapnya.

Denan adanya program nabung air iniliha masalah banjir di kampung Glintung bisa diatasi dengan baik.

“Sekali hujan kurang lebih 100.000 liter air meresap di wilayah kampung dalam setahun kurang lebih 9,7 juta liter, setelah berjalan 3 tahun sumur-sumur warga naik 5 meter dari bawah tanah. Adanya sinar matahari, air menguap maka kelembaban tanah dan udara di kampung lebih sehat, suhu udara turun dan sejuk, program ini saya namakan gerakan menabung air,”paparnya.

Kampung Glintung sekarang menjadi acuan berbagai kota,  karena sudah diadopsi sebagai kampung tematik yang sudah maju, produktif dan menghasilkan.

Keberhasilan Bambang dalam mengubah kampung Glintung juga membuatnya diminta Walikota Malang untuk mewakili Kota malang dalam lomba inovasi perkotaan di Guangzhou, China tahun 2016 yang diikuti oleh 201 kota dari seluruh dunia.

“Disana kampung Glintung Go Green mendapat penghargaan dari Guangzhou International Urban Innovation, dengan inovasi water banking movement. Dari situlah kemudian nama kampung Glintung melejit tidak hanya Nasional tetapi juga Internasional, berbagai Kementerian, BUMN, dan Universitas, datang ke kampung Glintung,”kenangnya.

Bambang mengaku kampung Glintung Go Green bukan sekedar tanaman atau sekedar lingkungan hidup. Kampung tematik ini adalah kampung yang dibangun berdasarkan potensi yang dimiliki.

“Misalnya kalau di Kota Batu ada apel, daerah Dinoyo ada keramik, Sanan dengan tempenya, Kota Jogja dengan bakpianya. Artinya berdasarkan potensi yang ada, tetapi membangun kampung bukan hanya selalu UKM saja, harus secara menyeluruh, lingkungan hidup, kesehatan, pendidikan, keamanan dan lain-lain itulah kampung tematik,” jelasnya

Dijelaskan Bambang, yang datang ke kampung Glintung bukan sekedar belajar soal tanaman melainkan juga belajar tentang membuat kampung Pancasila, kampung perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

“Polda Jatim membuat kampung Tangguh Semeru, kampung Pancasila itu apresiasi dari TNI sekarang di mana-mana semua berawal dan bersumber dari kampung tematik,”tuturnya.

Selain itu, diungkapkan Bambang, pada tahun 2020 terdapat 13 kampung binaanya di kota Tangerang yang diresmikan Kemenkumham sebagai kampung sejahtera mandiri tahun 2021/

“Kampung Glintung Go Green sendiri sudah produktif, secara umum penghargaan tingkat Nasional maupun Internasional, tinggal keberlanjutannya maka aspek kelembagaan saya sarankan untuk membentuk lembaga koperasi atau kelompok tani supaya nanti jangan sampai berganti RW programnya berubah,” pungkasnya.

Reporter : Soleman

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini