Pasuruan — Di balik hijaunya perkebunan mangga-jagung di Jawa Timur, terdapat satu kisah luar biasa tentang pemberdayaan dan kolaborasi. ICARE Jatim telah merangkul visi inovatif untuk mengubah lanskap pertanian dengan mengintegrasikan korporasi petani dalam sebuah perjuangan bersama.
Kabupaten Pasuruan, sebuah daerah yang memikat dengan perpaduan indah antara dataran rendah dan dataran tinggi. Dari pantai berpasir yang memikat hingga bukit dan gunung yang menjulang gagah, Pasuruan menjadi tempat yang kaya akan kekayaan alamnya, terutama dalam sektor pertanian. Inilah kabupaten yang dikenal sebagai salah satu produsen terbesar mangga dan jagung di Jawa Timur.
Menurut Data DKPP Kabupaten Pasuruan tahun 2023, pada tahun 2021, produksi mangga mencapai puncaknya dengan angka mencengangkan, mencapai 2.688.257 kwintal/tahun, yang setara dengan 16,89?ri total produksi mangga di seluruh provinsi Jawa Timur.
Jagung juga tak kalah penting, dengan produksi sebesar 392.544 ton/tahun. Pengembangan dua komoditas ini dipastikan akan memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, terutama dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Untuk meraih potensi pertanian yang luar biasa ini, Pasuruan telah diangkat menjadi salah satu lokasi unggulan dalam program Integrated Corporation of Agricultural Resources Empowerment (ICARE) di Jawa Timur. Program ini dijadwalkan berlangsung selama 5 tahun, mulai dari 2023 hingga 2027.
Fokus utamanya adalah pada 3 kecamatan yang merupakan pusat produksi utama mangga dan jagung. Untuk komoditas mangga, kegiatan ini akan dilakukan di Kecamatan Rembang dan Kecamatan Sukorejo, dengan varietas mangga utama yang akan ditanam adalah Gadung Klonal 21, yang juga dikenal sebagai mangga putar.
Sementara untuk jagung, fokusnya akan berada di Kecamatan Sukorejo dan Wonorejo. Dengan program ini, Pasuruan berpotensi menjadi lumbung pertanian yang semakin makmur dan berkelanjutan di Jawa Timur.
Kegiatan ICARE
Sebagai langkah awal menuju kesuksesan program ICARE, dilaksanakan survei baseline selama 4 hari berturut-turut di Kabupaten Pasuruan pada tanggal 7 hingga 10 Desember 2023. Tujuan utama dari survei ini adalah untuk mengumpulkan data yang berharga tentang profil petani dan usahatani di kawasan pengembangan. Lebih dari 2.052 petani telah aktif terlibat sebagai calon penerima manfaat dalam program ICARE.
Pada tahap ini, keakuratan menjadi kunci. Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa status calon penerima manfaat dan lokasi program tersebut sepenuhnya sesuai dengan kondisi nyata. Hal ini didasarkan pada bukti dokumen yang sah dan umumnya dimiliki oleh petani, seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Surat Pemberitahuan Pembayaran Terhutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan.
Selain itu, dilakukan cross-validation dengan data luasan lahan yang kami peroleh dari Sistem Informasi Penyuluhan Pertanian (SIMLUHTAN) untuk memastikan bahwa basis data yang akan kita bangun benar-benar sinkron dan akurat.
Langkah kedua adalah pembuatan peta poligon untuk mengeksplorasi batas terluar kawasan mangga dan jagung, serta merinci setiap petak lahan dengan detail yang akurat, seperti nama dan alamat pemilik, luas lahan, jumlah tegakan, varietas, umur tanaman, prioritas, dan informasi penting lainnya.
Proyek pemetaan ini melibatkan tim gabungan dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP) dan perguruan tinggi, yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang ambisius.
Poligon ini tidak hanya sekadar gambaran visual, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam mengawasi dan mengendalikan setiap tahap kegiatan di seluruh kawasan ICARE, mulai dari produksi hingga pemasaran.
Peta ini menggunakan analisis yang cermat terkait dengan status unsur hara tanah, varietas tanaman yang ada, dosis pupuk yang dibutuhkan, kesesuaian komoditas, dan kelembagaan petani. Dengan demikian, peta ini akan menjadi alat yang sangat berharga dalam merencanakan dan mengoptimalkan pengembangan usahatani di wilayah tersebut.
Langkah selanjutnya adalah Koordinasi dan Sosialiasasi Program pada Level Regional, dimana untuk menyamakan persepsi terkait kegiatan ICARE di Jawa Timur.
Sosialisasi program dilaksanakan secara bertahap dan berjenjang pada awal kegiatan terhadap semua stakeholder yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam rantai nilai usahatani mangga dan jagung di lokasi pelaksanaan kegiatan.
Adapun stakeholder tersebut mencakup DKPP Pasuruan, Pemda Kabupaten Pasuruan terkait, Disperta Provinsi Jatim, Bappeda Provinsi Jatim, Jajaran Muspika di 3 kecamatan, Aparat Desa, Kelompok Tani, Calon Petani Kooperator, serta pihak swasta terkait.
Koordinasi ini merupakan hasil kerja sama antara Balai Pengujian yang memiliki mandat dari BPSI Tanaman Buah Tropika dan BPSI Tanaman Serealia. Dalam tahap ini, ada dua fokus kunci yang akan kami tekankan.
Pertama, dengan melakukan identifikasi dan menyelaraskan program ICARE dengan rencana kegiatan lokal yang telah ada. Kedua, dengan mendefinisikan peran dan tanggung jawab dari semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan ICARE.
Analisa tanah juga dilakukan dengan melibatkan pengambilan 100 sampel tanah di lokasi kegiatan, yang dipercayakan kepada Tim Laboratorium Tanah BPSIP Jawa Timur. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang kondisi kesuburan tanah yang ada sebelum pelaksanaan kegiatan ICARE dimulai. Dengan demikian, dapat merencanakan strategi penerapan teknologi budidaya yang sesuai, terutama dalam konteks pemupukan.
Selanjutnya, langkah penting dalam proses ini adalah Identifikasi Rantai Nilai Eksisting, Konsolidasi, Evaluasi, dan Persiapan Analisis Gap. Kami memulainya dengan Focus Group Discussion (FGD) untuk mengidentifikasi rantai nilai dan nilai tambah yang ada dalam rantai pasok usahatani mangga dan jagung. Melalui kegiatan ini, akan mendapatkan pemahaman yang mendetail tentang aktor-aktor yang terlibat, peran mereka, serta mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin muncul dalam rantai nilai tersebut.
Setelah itu, melanjutkan dengan tahap konsolidasi dan evaluasi, yang merupakan tindak lanjut dari hasil identifikasi rantai nilai sebelumnya. termasuk melakukan evaluasi dengan mengonfirmasi hasil FGD kepada para pemangku kepentingan yang terlibat. Data yang dikumpulkan akan menjadi dasar untuk menyusun analisis gap atau kesenjangan.
Tahap ketiga melibatkan penyusunan analisis GAP untuk komoditas mangga dan jagung. Dalam analisis ini, diidentifikasi rantai nilai ideal untuk kedua komoditas tersebut, serta mengidentifikasi kesenjangan antara kondisi ideal tersebut dengan kondisi eksisting yang ada saat ini. Ini akan membantu dalam merencanakan tindakan yang perlu diambil untuk meningkatkan rantai nilai dan produktivitas usahatani mangga dan jagung.
Lantas bagaimana cara penyusunan langkah agribisnisnya? Klik Selanjutnya
Reporter : Atekan, Gunawan, Galuh, Ratih
Sumber : BSIP Penerapan
Baca juga
Inovasi SMA Muhi Cilacap, Hasilkan Melon Golden Aroma Berkualitas
Atasi Cuaca Ekstrem, Modifikasi Cuaca Jadi Andalan Pemprov Jateng
Mubes Alishter, Mulyadi Benteng Kembali Terpilih Jadi Nahkoda