Sinar Tani, Batu Malang — Hujan dan cuaca ekstrem yang terjadi beberapa waktu terakhir menyebabkan banyak petani merugi akibat gagal panen. Memasuki pertengahan bulan Oktober, hujan dan cuaca ekstrem melanda di wilayah Indonesia, tidak terkecuali wilayah Pulau Jawa dan sekitarnya, hal tersebut merupakan salah satu ancaman yang mengerikan bagi para petani.
Pada dasarnya, hujan memang dibutuhkan para petani khususnya yang berada di wilayah dataran rendah mengingat mayoritas sawah yang diolah adalah sawah tadah hujan. Akan tetapi, bilamana hujan yang melanda terlalu ekstrem dan berintensitas tinggi maka berkah ini bisa menjadi musibah bagi para petani.
Seperti diungkapkan Petani Jagung di Malang, Arifin, intensitas sinar matahari yang menurun akibat tertutup oleh awan mendung juga berdampak pada menurunnya kualitas produk pertanian, menurunnya kualitas hasil pertanian sudah tentu akan berimbas pada penurunan harga. Para pengepul tentu tidak mau mematok harga yang terlalu tinggi untuk kualitas yang rendah,
“Para petani sendiri juga mengalami penurunan pendapatan atau bahkan kemungkinan terburuknya bisa gagal panen sampai mengalami kerugian yang luar biasa, apalagi bagi mereka-mereka yang modal usahanya berasal dari pinjaman atau utang pasti akan sangat terpukul dengan kerugian ini, pemerintah harus bisa mengatasi persoalan gagal panen yang dialami petani di sejumlah daerah, mereka bukan hanya mengalami pengurangan keuntungan, tapi bahkan ada juga yang merugi karena sawah dan kebunnya terendam banjir,” kata Arifin
Sejumlah sentra pertanian padi, buah, dan sayur mengalami gagal panen karena lahan persawahan dan perkebunannya terendam banjir, curah hujan yang tinggi di atas normal juga mengakibatkan terjadinya peningkatan kelembaban dan menyebabkan makin bertumbuhnya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) terutama penyakit.
Tidak hanya itu, intensitas penyinaran di lahan pertanian pun turun dan berdampak terhadap menurunnya kualitas produk pertanian dan perkebunan.
“Pemerintah harus memikirkan nasib para petani yang akan kehilangan penghasilan karena produksi taninya hancur akibat banjir,”ucap Arifin.
Pada musim ketiga ini, petani menanam palawija dengan tanaman utama cabai merah dan tanaman tumpang sari seperti kubis dan kacang tanah, beberapa ada yang menanam bawang merah, kubis, dan bahkan tanaman jagung yang sudah siap untuk dipanen sebelum Oktober, sementara cabai merah rencananya mulai dipetik Oktober-November 2022, karena terendam air, petani terpaksa memanen cabai yang masih hijau dengan harga jual rendah.
Hujan dengan intensitas tinggi yang turun di Kabupaten Jombang selama beberapa hari terakhir juga membuat para petani buah blewah di Desa Rejosopinggir, Kecamatan Tembelang, gagal panen, tanaman blewah dan semangka di kawasan itu sejatinya sudah memasuki masa panen, namun akhirnya membusuk karena terendam air hujan.
Tidak hanya di pedesaan, cuaca ekstrem hingga beberapa waktu ke depan berpotensi menyebabkan terjadinya hujan intensitas tinggi yang dapat memicu air sungai meluap di sekitar Jabodetabek, kondisi ini dikhawatirkan akan menyebabkan petani ibu kota penggarap lahan di pinggian sungai gagal panen akibat banjir yang dapat merusak lahan pertanian.
Setidaknya ada beberapa hal yang dapat diupayakan untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak dari hujan dan cuaca ekstrem. Pertama, pemerintah khususnya pemerintah daerah (Pemda) dapat memberikan bantuan kepada para pihak yang berkecimpung di sektor pertanian.
Bantuan ini tidak harus berupa bantuan materi berupa sumbangan dan sebagainya, tetapi yang paling penting adalah bagaimana pemerintah dapat menyusun dan merealisasikan suatu program yang dapat mengelola dan memitigasi risiko dari adanya hujan dan cuaca ekstrem yang merupakan fenomena tahunan.
“Misalnya, Pemda dapat memfasilitasi petani dengan membangun jalur pembuangan air sehingga kelebihan air di sawah dapat dialirkan dan dibuang dengan lancar, petani tentu akan sangat terbantu dengan hal tersebut dan diharapkan dengan kebijakan ini maka para petani setidaknya menjadi terhindar dari kerugian,” ungkapnya.
Reporter : Soleman
Indonesia Pamerkan Inovasi Pertanian di JIRCAS 2024, Fokus pada Padi dan Biomassa
“Wakil Menteri Pertanian Resmikan Pengembangan Ekosistem Biomassa, Transformasi Pertanian Dimulai!”
Mentan Amran Ungkap Potensi Hemat Rp 1.400 Triliun dari Program P2L