SINAR TANI.CO.ID, Banda Aceh — Sejumlah mahasiswa Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Iskandar Muda (UNIDA) Banda Aceh mengikuti praktek dan aplikasi Eco Enzym yang dilaksanakan di kampus Surien, Banda Aceh belum lama ini.
Dosen pembimbing Ir Khairul Anwar MP kepada tabloidsinartani.com menyebutkan kegiatan tersebut selain dihadiri para mahasiswa dan dosen Prodi Agroteknologi Fak. Pertanian juga dosen Prodi PGSD FKIP UNIDA, diantaranya Ir. Ilya Puryani, M.P, Ella Frisella, SP, M.Sc, Jauhari, SP, M.P, Novi Mailidarni, S.TP, MT, Ir. Sulaiman, M.P dan
Marliansyah, S.Pd, M.Pd.
Menurut Khairul Anwar kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kebersihan dan mengolah limbah/sampah mejadi rupiah melalui produk Eco Enzyne (EE) yang juga dikenal sebagai air ajaib.
Melalui pelatihan ini diharapkan para mahasiswa terlatih mandiri dan berinovasi membuat produk seperti EE yang sangat berguna sebagai pupuk bagi tanaman. Selain itu air ajaib yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk mengepel, mencuci baju/piring, sanitezer/handsenitezer. Selain itu juga berkhasiat menghilangkan bau mulut dan obat luka termasuk luka diabetes.
“Dengan membuat EE maka limbah/sampah rumah tangga organik yang berupa kulit buah segar dan sayur tidak lagi dibuang ke tempat sampah malah bisa diolah menjadi rupiah,” bebernya.
Dijelaskan, pelaksanaannya sudah dilaksanakan sejak tanggal 29 Oktober 2022. Pembuatan EE sangat mudah yaitu dengan merajang/mencincang/iris semua kulit buah yang digunakan sampai sekecil mungkin.
Adapun bahan-bahan yang digunakan yakni 1 bagian gula merah/tebu cair, 3 bagian kulit buah minimal 3 macam dan 10 liter air (air PDAM harus diendapkan minimal 6 hingga 24 jam.
Lebih lanjut, Khairul menguraikan bahan yang sudah teriris tersebut dicampur dengan 1 bagian gula ditambah 10 liter air dalam fiil (wadah bekas cat) volume 20 liter.
Kemudian gula merah/tebu cair 1,4 kg + air bersih 14 liter + kulit buah 4,2 kg yang iris sekecil mungkin, diaduk sampai merata. Setelah itu, fiil nya ditutup serapat-rapatnya untuk difermentasi selama 3 bulan (100 hari). “Sedangkan hasil fermentasi baru bisa dipanen setelah pada tanggal 29 Januari 2023,” tutupnya.
Baca juga
Mubes Alishter, Mulyadi Benteng Kembali Terpilih Jadi Nahkoda
Awali 2025, Duta Lingkungan Sinjai Bersih-Bersih Pantai Marannu
Ramah Lingkungan, Obat Hama Teknologi Korea Siap Wujudkan Swasembada