8 Oktober 2024

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Tingkatkan Produksi Di Lahan Rawa Berpirit, Ini Caranya

Warna kuning keemasan yang menempel pada tanah sebagai penciri bahwa pada kawasan tersebut pirit sudah teroksidasi/Foto : Dok. Balittra

Sinar Tani, Jakarta —  Lahan rawa berpirit yang tersebar luas di seluruh Indonesia memiliki pontensi untuk nisa dikembangkan sebagai lahan pertanian yang produktif. Namun kondisi lahan yang masam membuat produktifitas pertanian di lahan ini tidak bisa diandalkan. Berbagai upaya terus dilakukan untuk mengembangkan potensi pertanian di lahan rawa berpirit.

Lahan rawa berpirit merupakan tanah mineral yang memiliki lapisan pirit pada kedalaman 0=100 cm. Lahan yang sangat masam (ph < 4,5) dan tidak subur ini ternyata sangat luas dan tersebar di seluruh Indonesia, tercatat ada sekitar 8,7 hekat lahan yang tersebar di Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi.

Dalam seminar penggunaan pupuk mikro majemuk dalam tanaman padi di lahan rawa berpirit yang diselenggarakan di Jakarta (22/11) di ketahui bahwa lahan berpirit ternyata bisa diatasi dan dengan penanganan yang tepat produktifitas di lahan rawa berpirit bisa diandalkan.

I Gusti Made Subiksa yang melakukan penelitian teknologi aplikasi pupuk mikro Verno FG pada tanaman padi di lahan rawa sulfat masam untuk pengendalian keracunan akibat oksidan pirit mengatakan bahwa lahan rawa sulfat masam terbentuk dari endapan marin dan fluvio-marin yang dicikan dengan adanya lapisan tanah mengandung pirit dengan kadar >2%.

“Karakterisitik ini menyebabkan lahan rawa dengan tanah sulfat masam tergolong dalam ekosistem yang rapuh,” ungkapnya.

Lebih lanjut Made Subiksa mengaku pirit yang keberadaannya stabil dalam kondisi reduktif, tetapi tidak stabil dan mudah teroksidasi pada kondisi oksidatif. Pirit akan terurai menghasilkan besi dan kemasaman tanah tinggi.

“Pengelolaan lahan rawa sulfat masam memang harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan teliti sesuai dengan karakteristik tanah. Pengolahan yang baik bisa merubah tanah sulfat masam menjadi lahan produktif, namun sebaliknya bila tidak hati-hati bisa mengalami degradasi dan tidak produktif,” terangnya.

Dari hasil demplot di Kalimantan Selatan dengan lahan sulfat masam yang sering mengalami kercaunan besi,  Made Subiksa mengatakan hasil aplikasi pupuk Verno FG menunjukkan pertumbuhan tanaman yang sangat baik dan normal dengan anakan yang cukup banyak.

“Tidak ada tanda-tanda keracunan besi baik untuk varietas Inpari maupun Supadi,” tambahnya.

Lebih lanjut dijelaskaan Made Subiksa, bahwa perlakuan pupuk mikro Verno FG dikombinasikan dengan kapur 1 t/ha, NPK 350 kg/ha, dan Urea 200 kg/ha sesuai rekomendasi dapat meningkatkan produktivitas padi Inpari 2 sebesar 14% dan Supadi 75% dibandingkan dengan pola petani.

“Sementara itu untuk Demplot di Sumatra Selatan, perlakuan pupuk mikro Verno belum tervalidasi dengan baik karena vaktor eksternal yaitu serangan blast dan walang sangit,: ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Khairil Anwar yang melakukan pengujian efektifitas pupuk mkro majemuk Verno terhadap pertumbuhan dan produktivitas padi di lahan rawa berpirit mengatakan, keracunan besi pada lahan berpirit muncul karena darainase yang buruk.

Lebih lanjut ia menjelaskan pada musim hujan atau saat bertanam padi, adanya geangan akan menyebabkan terjadinya reduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Dan bila kensentrasi Fe2+ melebihi daya toleransi varietas padi yang ditanam akan muncul gejala keracunan besi.

“Ion besi yang menyelimuti akar membentuk karat, menghambat serapan hara memunculkan gejala karat multi hara. Dan hal tersebut dapat menurunkan produktivitas gabah hingga 30-100%,” tambahnya.

 

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini