21 April 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Diaspora Indonesia di Eropa Diminta Bantu Ekspor Pertanian, Wamentan Sudaryono: Saatnya Petani Kuasai Pasar Global!

Diaspora Indonesia di Eropa Diminta Bantu Ekspor Pertanian, Wamentan Sudaryono: Saatnya Petani Kuasai Pasar Global!

SINAR TANI, Jakarta — Wamentan Sudaryono mengajak diaspora Indonesia di Eropa untuk memperkuat ekspor pertanian. Dengan keunggulan produk seperti kopi dan gula aren, saatnya petani Indonesia menembus pasar global!

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengajak diaspora Indonesia di Eropa untuk berperan aktif dalam memperkuat ekspor komoditas pertanian Indonesia.

Dalam Forum Grup Diskusi (FGD) yang digelar bersama Organisasi Pengusaha Indonesia di Belanda (OC CIDER 2025) di Jakarta, Kamis (20/2/2025), Wamentan menekankan pentingnya kolaborasi antara diaspora dan pengusaha Indonesia untuk memperluas pasar pertanian nasional di Eropa.

Menurut Sudaryono, dorongan ekspor ini sejalan dengan arahan Presiden yang menargetkan peningkatan devisa negara dan kesejahteraan petani melalui perdagangan luar negeri.

“Saya mengajak kawan diaspora di Eropa, kita perkuatlah perdagangan luar negeri kita dan ekspor kita. Presiden sangat menekankan untuk peningkatan ekspor, bagaimana ekspor itu bisa meningkatkan devisa dan juga mensejahterakan rakyat,” ujar Wamentan Sudaryono yang akrab disapa Mas Dar.

Keunggulan Produk Pertanian Indonesia

Dalam kesempatan tersebut, Wamentan menyoroti keunggulan komoditas pertanian Indonesia yang memiliki daya saing tinggi di pasar Eropa, seperti gula aren, olahan kopi, dan biji kopi.

Ia membandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia yang telah sukses meningkatkan ekspor produk pertaniannya.

“Kalau negara seperti Vietnam, Thailand, Malaysia bisa, kenapa kita tidak bisa? Jadi sekali lagi, saya sangat yakin dan pasti bisa mengangkat kesejahteraan rakyat melalui para diaspora yang ada di negara lain. Saya kira ada banyak sekali keunggulan-keunggulan produk pertanian kita, dari mulai perkebunan, kemudian dari mulai hasil olahan, apakah itu gula aren, apakah itu olahan kopi, apakah itu biji kopi, dan lain-lain sebagainya,” jelasnya.

Baca Juga :  Di Cisaat, Wamendag: Harga dan Ketersediaan Kebutuhan Pokok Aman

Selain itu, ia menekankan bahwa pasar Eropa memiliki standar yang tinggi terhadap produk impor.

Oleh karena itu, diaspora dan pengusaha Indonesia harus memastikan produk pertanian yang diekspor memenuhi standar tersebut agar dapat bersaing di pasar global.

Lebih lanjut, Wamentan Sudaryono juga mendorong diaspora Indonesia di Eropa untuk melakukan business matching dengan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di tanah air.

Menurutnya, langkah ini penting untuk mempercepat pemerataan ekonomi serta mengakselerasi program hilirisasi produk pertanian agar memberikan nilai tambah bagi petani.

“Dan ini adalah peluang yang besar bagi kita. Maka saya mendorong untuk diaspora Eropa ini kalau bisa melakukan *business matching* dengan pelaku industri UMKM yang ada di Indonesia. Sehingga kita bisa ketemu antara standar tinggi Eropa dengan kemampuan pengusaha lokal kita. Apakah itu dari segi packaging, apakah nambahin narasi-narasi sosial, apakah keinginan mereka apa, maksud saya kita ikut aja,” katanya.

Dengan adanya kerja sama ini, produk pertanian Indonesia tidak hanya bisa masuk ke pasar global, tetapi juga memiliki nilai tambah yang lebih besar, baik dari sisi kualitas maupun branding.

Meningkatkan Produksi Dalam Negeri

Selain memperluas pasar ekspor, Wamentan juga menegaskan bahwa Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi pertanian dalam negeri dengan pemanfaatan teknologi canggih dan mekanisasi.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan menekan angka kegagalan panen.

Ia berharap, dengan meningkatnya ekspor, citra petani Indonesia juga semakin positif di mata masyarakat.

“Jadi kami mendorong untuk peningkatan ekspor melalui peningkatan produksi dalam negeri. Selain memang dengan ekspor itu keren, tentu saja dengan ekspor itu saya ingin juga memberikan stigma atau menciptakan stigma baru bahwa tidak semua petani itu jelek, tidak semua petani itu susah hidupnya, dan tidak semua petani itu tua. Banyak juga yang masih muda, penuh inovasi, dan lain-lain,” ujar Wamentan Sudaryono yang juga merupakan anak petani asal Grobogan, Jawa Tengah.

Baca Juga :  NFA Dorong Subsidi Kedelai Bagi Pengrajin Tahu dan Tempe Segera Direalisasikan

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan sektor pertanian Indonesia semakin kuat di pasar global, sehingga kesejahteraan petani dan perekonomian nasional dapat terus meningkat.

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini