SINARTANI.COM, Banda Aceh — Setiap orang pasti menemukan titik jenuh dalam kehidupannya. Tak mungkin selamanya melakukan sesuatu hal yang kurang bermanfaat.
Di Bulan Suci Ramadan ini selaku wakil Koordinator Mobil Kopi Komunitas Banda Aceh, Marzuki bersama 20 anggotanya melakukan acara buka puasa bersama dan santunan kepada anak yatim.
Hal inilah yang dilakukan Marzuki mantan pembalap liar yang kini beralih bisnis kopi mobil di daerah Blang Padang (alun-alun) kota Banda Aceh.
Setiap hari ia mulai buka lapak pukul 16.00 – 23.00 wib.
“Jika kondisi cuaca baik omsetnya Rp 300 ribu, kalau weekend bisa mencapai Rp 500 ribu per hari,” ungkap Marzuki seraya menyuguhkan secangkir kopi Americano kepada tabloidsinartani.com.
Marzuki mulai bercerita bisnis kopi mobil dilakoni nya pada tahun 2020 saat Covid-19. Rupanya, masa covid membawa berkah bagi dirinya. Pasalnya, dalam setahun bisnis nya memberi keuntungan yang melejit hingga bisa membeli satu unit mobil bekas.
“Mobil satu lagi mangkal dekat Pantai Uleelheue. Dari 2 mobil kopi, saya melibatkan 4 orang tenaga kerja. Kami juga menerima pesanan untuk acara pesta melalui WhatsApp 0853-5910-0393,” ujarnya berpromosi.
Kini, Marzuki boleh berbangga hasil jerih payah nya membuahkan hasil nyata. Tak hanya itu dari hasil perkawinan dengan gadis idamannya telah dikarunia seorang putri.
“Alhamdulilah dari usaha kopi mobil ini saya bisa menikah dan menyewa rumah Rp 7,5 juta per tahun,” ucapnya bersyukur.
*Hoby berbisnis dan balapan liar*
Marzuki merupakan anak ke delapan dari 10 bersaudara kelahiran Simpang Ulim Aceh Timur, 20 Februari 1993 pasangan Ismail Abdullah (alm) dan Raflah Yusuf.
Ayahnya wafat saat ia masih duduk di kelas 1 SMP.
Sosok supel dan ramah ini memiliki bakat mengikuti jejak almarhun ayah nya sebagai pebisnis.
Walaupun hanya menamatkan pendidikan SMA, namun tak pernah iri dengan saudara – saudaranya yang semua sarjana dan bekerja sebagai pegawai negeri.
“Saya malah merasa bangga, karena bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain,” bebernya.
Melalui bakatnya pula, dia turut membantu teman – temannya merancang kopi mobil dengan desain yang unik dan menarik.
Menurutnya, bisnis kopi mobil lebih fleksibel dan menguntungkan dari pada harus menyewa toko.
“Sehingga kalau bosan dan tidak menguntungkan, kita bisa menjualnya kembali,” ledeknya setegah bercanda.
Waktu semasa sekolah lanjut Marzuki sekira tahun 2008-2009 saya hobi juga balapan liar. Hampir tiap malam kebut kebutan di daerah Lampineung, hingga beberapa kali harus berurusan dengan Pak Polisi. Bahkan pernah terjadi kecelakaan yang mencederai kaki dan 4 jahitan di kepalanya.
Marzuki merasa bersalah kepada Ibu nya lantaran jarang pulang ke rumah.
“Biasanya kala 3 hari tidak pulang, ibu saya mengirim pesan singkat, bahwa rumah kita belum pindah masih di Ketapang,” ucap Marzuki menirukan pesan Ibunya.
Namun seiring waktu berjalan pada tahun 2016 ia pun mulai berbenah dan berubah total. Karena berhenti, sebelumnya sempat bekerja di Kantor Notaris sejak tahun 2012. Namun setelah itu saya belajar mandiri membuka usaha burger dan cincau tapi selalu gagal. Sehingga hampir berputus asa karena kehilangan kepercayaan dari keluarganya.
“Bahkan teman – teman sering mencemoohkan dengan kata kata… yang bisa hanya menghabiskan harta orangtua saja,” gumamnya.
Ada wasiat dari Ayahnya yang selalu diingat, karena sebelum meninggal bisa melihat diriya berkeluarga.
“Namun belum sempat melihat saya pesta, terakhir saat kakak yang ke enam menikah. Ayah pun menghembuskan nafasnya yang terakhir,” ucapnya dengan mata berbinar.
Dulu jika ingin ngopi bersama teman-teman saya selalu minta sama ibu, Apalagi jelang lebaran sering merasa sedih, jika tak memakai baju baru.
Hingga akhirnya muncul dalam pikiran untuk menjual mobil sedan kesayangan nya dan itupun atas restu ibunda. Dari penjualan mobil senilai Rp 25 juta ia nekad untuk membangun bisnis Kopi Mobil.
Uang tersebut digunakan untuk membeli mobil bekas seharga Rp 18 juta dan peralatan kopi. Doa ibu nya terkabul… asetnya pun mulai meningkat dari 5 menjadi 20 meja serta sudah menghabiskan modal mencapai Rp 70 juta.
“Hidup ini harus selalu bersyukur dan sering melihat ke bawah. Pasalnya ada yang hidupnya lebih susah dari kita,” tutup Marzuki mengakhiri ceritanya.
*Abda*
Inovasi Poktan Merdeka Medan, Olah Tongkol Jagung Jadi Tepung
Kementerian Pertanian Ajak Investor Vietnam Investasi Peternakan di Lembah Napu, Sulawesi Tengah
Segarnya Bertani Kelapa Kopyor