Sinar Tani, Jakarta—Data menjadi bagian penting dalam membuat sebuah strategi dan kebijakan. Untuk itulah, perlunya data yang valid agar keputusan bisa diambil dengan tepat. Begitu juga dengan Sensus Pertanian 2023 (ST2023). Sensus 10 tahunan itu diharapkan menghasilkan data yang akurat, sehingga pemerintah pun dapat membuat strategi jitu dalam membangun pertanian.
Pertanian menjadi sektor yang mampu bertahan di tengah berbagai terpaan. Sayangnya sebagai sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar ini, justru masih banyak menyimpan pekerjaan rumah. Data BPS pada Februari 2023 jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian mencapai 138,63 juta orang.
Namun dibalik itu, pertanian merupakan sumber penghasilan utama penduduk miskin yang mencapai 49,89 persen. Rumah tangga petani di Indonesia juga masih didominasi petani gurem dengan jumlah 15,81 juta rumah tangga atau 58,07 persen dari total rumah tangga usaha pertanian pengguna lahan di indonesia.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Prof. Dedi Nursyamsi mengakui, betapa pentingnya data sensus pertanian untuk pembangunan pertanian. “Tinggal bagaimana Kementerian Pertanian memanfaat data hasil Sensus Pertanian tersebut,” katanya saat webinar: Sensus Pertanian 2023 dan Kebutuhan Data Pertanian Saat Ini yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani bersama BPS di Jakarta, Rabu (12/7).
Dedi berharap dengan adanya ST2023 ini akan memberikan gambaran yang komprehensif, terkait pertanian di Indonesia hingga wilayah administrasi terkecil. Misalnya, jumlah pelaku usaha pertanian, mulai dari berdasar jenis usaha, komoditas dan lain-lainnya. Selain itu, akan didapatkan geospasial statistik pertanian (potensi pertanian menurut wilayah), luas lahan pertanian sampai level desa, menurut penggunaan, jenis kepemilikan, dan data lainnya.
Bukan hanya itu menurut Dedi, hasil ST2023 juga akan dapat meningkatkan kualitas desain kebijakan. Sebab, data ST2023 nantinya sebagai rujukan dalam penyusunan kebijakan strategis sektor pertanian. Misalnya dalam penyaluran pupuk bersubsidi agar lebih tepat sasaran.
“Nantinya perencanaan pembangunan pertanian dan pelaksanaan program, serta montoring semua mengacu pada satu data statisluk. Kalau data bermutu dan mendekati kebenaran, saya yakin pelaksanaa pembangunan mulai perencanaan, implemntasi dan monev akan menghasilkan dan indeks kinerja yang makin mantap,” tuturnya.
Sementara itu Direktur Pengembangan Metodologi Sensus dan Survey BPS, Dr. Sarpono, S.Si,. M.Sc mengatakan, pelaksanaan kegiatan sensus pertanian ini mengacu kepada rekomendasi global dan menjawab kebutuhan data di level nasional maupun level global dengan mengacu kepada program FAO dalam hal ini World Programme for the Census of Agriculture (WCA) 2020.
Rekomendasi FAO setiap negara anggota melakukan Sensus Pertanian minimal setiap 10 tahun sekali. Pada tahun 2022 sebanyak 123 negara lain sudah melaksanakan Sensus Pertanian. Untuk tahun ini sekitar 17 negara lain juga akan melaksanakan Sensus Pertanian, salah satunya Indonesia.
Tantangan ST2023
Sarpono mengakui, tantangan yang harus dihadapi dalam Sensus Pertanian tahun 2023, terutama menjawab isu global yakni ketahanan pangan, kualitas dan keamanan pangan, serta keberlanjutan. Sedangkan tantangan pertanian nasional diantaranya, kelembagaan petani, penguatan SDM dan riset, peningkatan kesejahteraan petani, dan isu lainnya, termasuk perdagangan luar negeri.
Bagi BPS, Sensus Pertanian 2023 juga menjadi sebuah tantangan dalam pengembangan statistik. Misalnya, untuk menyediakan data yang adaptif, tidak hanya akurat, tapi juga butuh kecepatan dari sisi waktu, lebih rinci, lebih relevan dan lain sebagainya.
“Teknologinya ini juga menjadi tantangan bagaimana BPS mengembangkan statistik tersebut. Begitu juga tantangan pemanfaatan data statistik yang lebih luas, karena pengguna yang juga semakin luas. Harapannya data sensus menjadi lebih tepat guna dalam aspek pemanfaatan data tersebut,” ujarnya.
Sarpono mengakui, kebutuhan data melalui kegiatan sensus pertanian ini sangat ditunggu, baik oleh pemerintah pusat daerah, termasuk juga kementerian/lembaga, dinas maupun instansi. Data tersebut nantinya menjadi dasar perencanaan, pelaksanaan dan tentunya juga untuk evaluasi program pertanian.
Hasil sensus pertanian ini menurutnya, juga bisa dimanfaatkan sebagai penyiapan infrastruktur statistik, terutama di sektor pertanian. BPS nantinya bisa menyiapkan kerangka sampel yang bisa dimanfaatkan berbagai kementerian lembaga dalam proses pengumpulan data berikutnya.
“Jadi Sensus Pertanian 2023 sebagai benchmark dan rekonsiliasi data-data sektor pertanian yang saat ini sudah ada. Sekarang ini bagaimana kita membangun kolaborasi pada kegiatan Sensus Pertanian untuk menuju satu data pertanian Indonesia,” tuturnya.
Namun Sarpono menegaskan, Sensus Pertania tidak berhenti di tahun 2023 ini. Pada tahun 2024 akan ada kegiatan susulan yaitu survei ekonomi pertanian yang akan mengidentifikasi secara lebih rinci, terkait bagaimana struktur usaha pertanian.
“Rencananya di tahun 2024 akan ada survei produksi dan lingkungan pertanian, diseminasi hasil final dan penyusunan sistem informasi geospasial hasil ST2023. Hasil survei nantinya dapat digunakan sebagai alat untuk melihat sebaran komoditas dan unit usaha pertanian,” katanya.
Sementara itu Pengamat Pertanian, Khudori melihat hasil ST2023 ini memenag tidak bisa langsung dampaknya, terutama petani. Karena itu, penting memastikan hasil sensus dimanfatakan secara luas untuk kementerian/lembaga dan dan pemda untuk menyusun kebijakan.
Selain itu, perlu adanya survei lebih lanjut yang waktunya diantara Sensus Pertanian yang jangka waktunya 10 tahun sekali itu. ”Ke depan harys ada beberapa survei sebelum Sensus Pertanian tahun 2033. Disinilah petani akan merasakan pentingnya hasil Sensus Pertanian,” ujar Khudori.
Bagi Sahabat Tabloid Sinar Tani yang telah mengikuti webinar dan ingin mendapatkan materi dan e sertifikat bisa diunduh di link bawah ini:
Meteri WEBINAR : Sensus Pertanian 2023 dan Kebutuhan Data Pertanian
E Sertifikat Webinar: Sensus Pertanian 2023 dan Kebutuhan Data Pertanian
Esertifikat Excel : Klik Disini
Reporter : Julian
Baca juga
Menakar Peluang dan Tantangan Penyuluh Pertanian Ditarik ke Pusat
Listrik Masuk Sawah, Dukung Ketahanan Pangan Kabupaten Demak
Jual Pupuk di Atas HET, Mentan Ancam Cabut Izin Distributor Nakal