SINAR TANI.CO.ID,JAKARTA — Perubahan iklim mengancam pertanian seluruh dunia. Kenaikan suhu sampai 1,5 derajat Celcius mempunyai dampak besar terhadap ekosistem di dunia, khususnya pertanian. Agroekosistem berubah, hama marak dan kondisi tanah dan air terganggu akibat longsor atau banjir. Belum lagi konflik dan geopolitik. Siapkah SDM pertanian Indonesia mengantisipasi perubahan ini?
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB mengungkap adanya kemungkinan dalam lima tahun ke depan akan terjadi peningkatan suhu 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Kebakaran hutan, banjir, longsor dan taufan sudah melanda seluruh dunia. Saat ini bahkan sudah terjadi perubahan perilaku hewan terditeksi di Afrika. Terjadi kerusakan ekosistem, pencemaran air laut di lokasi tertentu dan sejumlah spesies hewan dilaporkan menghilang.
Sayangnya, menurut YouGov, berdasarkan survey pada 30 Juli-24 Agustus 2020, orang Indonesia berada di urutan pertama yang mengaku tidak peduli dengan perubahan iklim. Indonesia berada di peringkat atas, mengalahkan Amerika Serikat dan Arab Saudi. Negara lain yang masuk ke dalam daftar ini adalah Mesir, India, Meksiko, Thailand, serta Australia.
Empat dari lima negara yang menunjukkan tingkat kepedulian tinggi adalah Chili, Kenya, Afrika Selatan, dan Filipina. Hampir semua orang di Chili dan Kenya menganggap perubahan iklim adalah sesuatu yang serius.
Kondisi ini terjadi di tengah kekuatiran akan ramalan Bank Dunia bahwa perekonomian global akan menyusut hingga 1,9% poin menjadi 0,5% pada 2023, bahkan berlanjut pada 2024 akan kembali menurun 1% menjadi 2,0%.
Beberapa negara seperti India, Indonesia dan Brazil, Meksiko diperkirakan dalam kondisi cukup baik dan mampu bertahan dari resesi. diperkirakan Indonesia tumbuh 5,3% tahun 2022 dan 5% pada 2023, Meksiko diperkiraan akan tumbuh 1,8% pada 2023, dan Brazil diprediksi akan tumbuh 2,1%.
Sejauh mana kebenaran hasil survey dan perkiraan ekonomi global, tetapi ini adalah satu peringatan bahwa diseminasi informasi mengenai perubahan iklim dan global warming serta upaya penanggulangannya perlu mendapat perhatian utama dalam program pertanian kita. Kondisi di lapangan menunjukkan, walaupun kejadian bencana banjir dan longsor sudah sering terjadi, tetapi issue perubahan iklim belum menjadi kepedulian masyarakat.
Yang diperlukan adalah pendidikan dan gerakan masif agar perubahan iklim menjadi kepedulian masyarakat. Yang kita butuhkan adalah action. Fakta dan data sudah menunjukkan bahwa pemanasan global dan perubahan iklim itu nyata dan terjadi di sekitar kita, bahkan sudah menyerang kita. Sejak tahun 2010-2020, BNPB mencatat adanya peningkatan bencana alam. Selain itu, suhu udara permukaan di wilayah-wilayah seluruh Indonesia juga beberapa mengalami peningkatan.
Dampaknya berupa banjir, kekeringan, kemudian ada puting beliung yang tidak biasa terjadi di suatu lokasi menjadi biasa. Masyarakat harus tahu dan waspada bahwa akan terjadi ekskalasi kerrusakan apabila kita abai terhadap kewajiban memelihara alam. Wallahualam.
HKTI DAN MASALAH PETANI
Wamentan Ajak Mahasiswa USK Jadi Wirausahawan Muda Pertanian untuk Wujudkan Kedaulatan Pangan
Berkurban