15 Oktober 2024

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Benih Berteknologi, Petani Menunggu

Sinar Tani, Jakarta — Bioteknologi diprediksi menjadi andalan yang akan memecahkan berbagai masalah pertanian masa depan. Transgenik, GMO (Genetically Modified Organism) dan genome editing dilakukan dengan memodifikasi DNA dengan teknik rekayasa gentik. Hibrida, transgenik sampai genome editing sudah diaplikasikan petani di berbagai negara, menghasilkan produktivitas dan kualitas tinggi dan bisa beradaptasi dengan berbagai kondisi alam dan mampu menurunkan biaya produksi.

Tetapi di Indonesia pada umumnya petani masih menggunakan varietas unggul hasil perkawinan silang konvesional (Inbrida).  Hanya jagung, tebu dan kentang yang sudah menggunakan benih hibrida. Pertimbangan kehati-hatian penggunaan benih transgenik sangat dikedepankan, sementara itu impor pangan produk transgenik terjadi dalam skala besar.

Target Swasembada padi, bawang merah dan cabe pada 2016; jagung (2027); gula konsumsi (2019); kedelai (2020), gula industri (2025), daging sapi (2026) dan bawang putih (2033) masih menjadi utang Pekerjaan Rumah yang belum tuntas. Tanpa dukungan bioteknologi hal tersebut sulit diwujudkan.

Hasil penelitian dan temuan benih berteknologi di Indonesia sudah cukup banyak tetapi penggunaannya di lapangan masih sangat terbatas. Padahal sampai dengan tahun 2020 benih hibrida yang sudah dilepas oleh pemerintah tercatat sebanyak 107 varietas.

Pemuliaan berkembang mulai dari Domestikasi seleksi, diikuti oleh Hibridisasi dan Mutasi, Bioteknologi Invitro dan Molekuler, Transgenik dan sekarang Genome Editing. Penggunaan benih hibrida di Indonesia baru pada komoditas jagung, kentang dan tebu.

Produksi benih padi melalui proses rumit, dan produktivitasnya rendah dibandingkan padi konsumsi, yaitu hanya sekitar 1,5 ton per hektare. Oleh karena itu, harga benih padi hibrida lebih mahal dibandingkan dengan benih padi Inbrida. Sementara itu petani harus selalu menggunakan benih baru pada setiap penanaman baru.

Baca Juga :  Ketersediaan dan Stabilitas Harga Pangan: Inilah Peran CPP

Tingkat pengembangan benih padi hibrida sangat tergantung pada permintaan pasar. Tingkat adopsi teknologi padi hibrida pada kurun waktu 2013-2017 di bawah 5 persen. Boleh jadi saat ini lebih rendah lagi.

Dapat dipastikan, untuk meningkatkan produksi menggunakan benih berteknologi tergantung kepada harga benih itu sendiri, biaya produksi yang harus ditanggung petani, perbedaan produktivitas dengan varietas konvensional dan harga produk, yang akhirnya akan menentukan keuntungan petani.

Dampak penggunaan benih berteknologi yang dikuatirkan terhadap kesehatan dan lingkungan, sampai saat ini dinyatakan aman. Pengamanan juga dilakukan melalui tahapan dan regulasi yang sangat ketat.

Para ahli terkait mengingatkan bahwa sosialisasi melalui edukasi kepada masyarakat, penyuluhan, dukungan fasilitas kepada petani sangat diperlukan. Kembali penyuluhan menjadi sangat penting.

Ironis bahwa kita mengimpor produk transgenik dalam jumlah besar sementara penggunaan benih transgenik di dalam negeri mengalami kendala. Jadi petani menunggu lampu hijau disertai dengan berbagai dukungan yang diperlukan.

Target produksi tinggi yang ditargetkan pemerintah harus sejalan dengan taget keuntungan yang diharapkan petani. Keuntungan petani memang tidak selalu sejalan dengan produksi tinggi yang diharapkan pemerintah.

Esertifikat: Klik Disini !!!

Esertifikat berdasarkan nomor : Klik Disini !!!

Materi : Klik Disini !!!

Reporter : Memed Gunawan

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini