Sinar Tani, Untuk penghasilannya yang pas-pasan, rumah mang Sarta (seorang petani, nama samaran) sebenarnya cukup baik. Bentuk luarnya meniru arsitektur rumah di kompleks beken, dengan plesteran dan cat yang cantik. Tapi di bagian dalam berantakan. Dindingnya masih asli batako, lantainya masih tanah dan dapur apalagi kamar mandinya jauh dari memadai. Dia mendahulukan tampilan luar, bukan mengutamakan kenyamanan dan kesehatan, yang justru merupakan fungsi utama sebuah rumah.
Seperti rumah tinggal atau apartemen yang kecil tapi efisien, dengan perlengkapan serba ringkas tetapi fungsional, begitulah pula tampilan Gedung Pemerintah di satu negara yang sengaja tidak disebutkan namanya. Bangunannya berkualitas baik, sederhana, tapi fungsional, semua yang diperlukan tersedia. Fasilitas untuk komputer dan komunikasi ke sumber data dunia, perpustakaan, ruangan penyimpanan data sampai sistem pemantauan dan ruang arsip. Yang diutamakan adalah fungsi dan fasilitas kerja.
Ruang manajemen dan pimpinannya kecil dan ruang rapatnya efisien yang luasnya sekelas fasilitas untuk Eselon III. Tetapi semua data bisa diperoleh di ruang ini. Semua staf mendapatkan tempat yang nyaman untuk bekerja, dan lalulintas informasi utama langsung terpampang di layar komputer jika diperlukan.
Memed Gunawan
Sekarang mari kita bicara tentang fasilitas penyuluh. Mereka yang digadang-gadang sebagai ujung tombak pembangunan pertanian itu menempati gedung Pemerintah Daerah (Pemda) yang umumnya besar dan megah. Jumlah penyuluh juga termasuk besar, sebagian baru diangkat jadi Aparat Sipil Negara (ASN) dengan kriteria khusus. Kantornya yang pasti besar, paling tidak tampilan luarnya. Tetapi pasukan penyuluh ini belum mendapat prioritas tinggi sesuai dengan predikatnya sebagai Ujung Tombak Pembangunan Pertanian Indonesia.
Selayaknya sebagai Pasukan Khusus dan Ujung Tombak, kemampuan dan peralatannya harus memadai. Mereka memerlukan latihan, tambahan pengetahuan teknis maupun non teknis, pasokan informasi yang mumpuni dan dibekali amunisi yang terbaik. Kalau sekarang mereka masih terkendala untuk mendapat semua itu, kita juga tidak bisa menyalahkan kementerian yang membawahinya. Semua itu tergantung kepada prioritas dan anggaran yang kini hampir semuanya di luar wilayah kewenangan Kementerian Pertanian (Kementan). Banyak peran penyuluh yang tidak optimal karena program, prioritas, pelaksanaan di lapangan dan anggaran terkendala. Semua itu memerlukan dukungan banyak pihak selain Kementan, antara lain Pemda dan DPR.
Biaya operasional penyuluh yang kecil dan tanpa didukung alat transportasi yang memadai menjadikan penyuluh mengalami keterbatasan mobilitas, sementara seorang penyuluh harus membina petani satu kecamatan.
Dunia pertanian terus berubah. Penyuluh pertanian memerlukan pengetahuan terkini melalui pendidikan dan pelatihan dan semua iini memerlukan program dan dana. Semoga ke depan semua institusi terkait memberikan dukungan terbaik bagi penguatan penyuluhan pertanian agar institusi yang diharapkan jadi Ujung Tombak ini tidak seperti rumah Kang Sarta.
Baca juga
Penyuluh ditarik ke Pusat
Ketahanan Pangan dan Swasembada Pangan
Jangan Lupakan Pangan Lokal