SINAR TANI, Jakarta — Apa yang kurang di negeri ini kalau bicara produksi? Dalam hitungan mudah, produksi sebagian besar bahan pangan selalu melebihi kebutuhan untuk konsumsi. Surplus. Sangat masuk akal jika kebutuhan produk pertanian untuk stok maupun bahan baku industri harus mengandalkan produk dalam negeri. Impor adalah solusi terakhir jika kemampuan produksi dalam negeri masih lebih rendah dari kebutuhan masyarakat konsumen.
Terkendalanya pengadaan maupun pemasaran dalam jumlah besar banyak ditentukan oleh karakteristik produksi itu sendiri yang umumnya skala kecil dan tersebar dengan keragaman kualitas yang lebar.
Tidak mengherankan, bahan baku industri sering dianggap lebih cepat, lebih mudah dan lebih murah melalui importasi dari pada dibeli di dalam negeri. Di sinilah pentingnya infrastruktur, mengapa?
Pertama, masih belum memadainya dukungan infrastruktur pemasaran atau kurang efisiennya sistem pemasaran produk pertanian yang membuat daya saing produk pertanian tertekan. Tidak hanya jalan, pelabuhan, moda transportasi dan sistem manajemen yang dibangun pemerintah, tetapi fasilitas pergudangan, penyimpanan dan sistem manajemen yang dibangun swasta.
Kedua, kondisi pertanian kita yang berskala kecil dan tersebar adalah salah satu permasalahan tersendiri, yang mengakibatkan collecting cost menjadi mahal dan lama. Infrastruktur di daerah sentra produksi maupun jalur transportasi ke daerah konsumen belum memadai, mengakibatkan biaya angkutan mahal. Infrastruktur untuk membangun kecepatan dan keakuratan reaksi pasar terhadap suatu informasi pasar belum terwujud dengan baik.
Dikabarkan bahwa biaya angkutan sayuran dari Medan ke Jakarta atau ke Singapura ternyata lebih mahal dari biaya angkut dari Australia sehingga produk pertanian kita kalah bersaing. Pesan Setia Sembiring, salah seorang perwakilan warga Liang Melas Datas, yang mengirimkan 3 ton jeruk kepada Presiden Jokowi (yang akhirnya dibeli oleh presiden) sangat jelas. Dia mengharapkan jalan rusak mendapatkan perhatian pemerintah untuk diperbaiki agar pengiriman produk jeruknya ke pasar lebih mudah dan murah.
Ketiga, pergudangan dan penyimpanan produk pertanian termasuk yang paling susah di negeri beriklim tropis yang panas dan lembab karena produk pertanian semakin cepat membusuk. Ini adalah kondisi alam yang memerlukan penanganan mahal tetapi mau tidak mau harus dilakukan. Jamur dan bakteri yang mencemari produk pertanian kita menjadi penyebab paling umum ditolaknya ekspor komoditas pertanian di luar negeri.
Secara bertahap infrastruktur dan sistem pemasaran terus diperbaiki. Demikian pula pasar sudah semakin efisien dengan dikembangkannya standardisasi dan sertifikasi global sehingga kualitas dapat dipantau.
Jadi sebenarnya kita sudah tahu di mana penyakitnya. Solusinya bisa dilakukan melalui peningkatan infrastruktur dan pembangunan oleh pemerintah, tetapi ada juga yang memerlukan rekayasa kelembagaan pemasaran oleh para pelaku usaha. Kita perlu mengapresiasi upaya membangun infrastruktur baik untuk kegiatan produksi pertanian maupun untuk meningkatkan efisiensi pemasaran. Lanjut.
Benih: Antara Aturan dan Teknologi
Sertifikasi ISPO Kebun Rakyat Mengapa Tersendat?
Pertanian dan Ketahanan Pangan Vietnam Menyalip Kita. Kok Bisa?