20 Maret 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Jangan Lupakan Pangan Lokal

Jangan Lupakan Pangan Lokal

Pangan lokal pengganti pangan pokok beras

Sinar Tani, Jakarta — Dalam meningkatkan ketahanan pangan, pemerintah menggalakkan pembukaan sentra produksi baru yang dikenal food estate, memanfaatkan lahan rawa dan lebak, intensifikasi di daerah pertanian yang sudah berkembang dan diversifikasi pangan. Mempromosikan kembali pangan lokal sumber karbohidrat yang sudah kadung tergantikan dengan beras tidaklah mudah. Apa salahnya dengan pangan lokal sehingga perlu dimasyarakatkan agar mendapat tempat kembali di selera konsumen?

Kembali mengonsumsi pangan non beras sesudah selera berubah ke beras secara psikologis cukup berat. Berbeda dengan era ketika masyarakat diperkenalkan dengan bulgur ketika kita kekurangan beras tetapi pada saat itu pangan lokal seperti jagung, singkong, sagu dan ubi jalar masih menjadi pangan pokok sebagian masyarakat di beberapa daerah. Setelah pilihan beralih ke beras, kembali ke pangan pokok non beras dianggap satu kemunduran kehidupan.

Beras dianggap lebih enak, mudah disimpan, mudah dimasak dan harganya terjangkau telah memerangkap persepsi masyarakat tentang beras. Nyatanya pangan lokal banyak yang menjadi jenis makanan tradisional yang eksklusif melalui berbagai pengolahan menjadi produk olahan baru yang sering kali harganya lebih mahal dari beras.

Upaya pemenuhan kebutuhan beras sedang dilakukan melalui peningkatan produksi dengan pengerahan kerja dan biaya besar. Areal pertanian baru yang dibangun dalam skala besar, menggunakan peralatan canggih dan dikelola secara moderen, merupakan sasaran jangka panjang. Pertanian harus menjadi pertanian moderen yang efisien. Produktivitasnya tidak serta merta menyamai daerah pertanian yang sudah berkembang. Jadi diversifikasi pangan tetap berjalan bersamaan secara paralel. Bagaimana caranya?

Promosi pangan lokal harus disertai dengan tersedianya piihan komoditas pangan yang ada di pasar. Apakah di pasar tersedia sumber pangan non beras dengan harga yang terjangkau, mudah disimpan dan mudah dimasak seperti beras?

Baca Juga :  Perlu Teknologi untuk Mencapai Swasembada Gula Tahun 2028

Pangan non beras yang tersedia dan siap dimasak sekarang kurang  tersedia di pasar. Harganya harus lebih murah dari beras, diproduksi dalam jumlah besar dan kalau perlu mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Program pemberian makan bergizi gratis sangat tepat jika menjadi ajang promosi dan pengenalan pangan non beras yang masif bagi masyarakat dan generasi muda.

Soal harga memang masih menjadi PR pemerintah. Kebutuhan jagung, singkong dan ubi jalar untuk pangan non beras saat ini bersaing dengan kebutuhan lain untuk industri sehingga harganya masih relatif tinggi. Sagu dan shorgum mempunyai prospek sebagai komoditas pangan baru yang potensial untuk dikembangkan di hulu maupun hilir.

Masyarakat menunggu kebijakan yang dapat segera diimplementasikan di lapangan. Kita tidak kekurangan tenaga ahli yang berpengalaman, yang diperlukan adalah gerakan di lapangan didukung oleh infrastruktur, sarana produksi, pengolahan dan tentu saja insentif, paling tidak pada tahap awal.

Reporter : Memed Gunawan

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini